Iblis yang Mengamuk

2 0 0
                                    

Setelah menentukan tim, mereka memilih lawan masing-masing lalu menyebar ke berbagai titik di seluruh ruangan itu. Pink beserta Jeanne memutuskan untuk bertarung melawan robot yang berbentuk burung kasuari humanoid.

Robot itu mempunyai kode nama Birdeon. Ia mempunyai sepasang tangan dan kaki yang mempunyai tiga cakar tajam layaknya pisau belati. Di samping itu, ada sepasang senapan mesin yang ada di pundak robot itu.

Tanpa butuh waktu lama, Pink dan Jeanne memulai serangan pertama mereka ke arah Goldtronic. Pink memerintah Red Demon untuk mengeluarkan Flame Punches alias pukulan berlapis api. Serangan itu kemudian disusul oleh sayatan cakar tajam citah Jeanne. 

Birdeon menghindari serangan tersebut dengan bergerak cepat. Ia berlari ke area sekitar dengan kecepatan mencapai 50km/jam. Kecepatan itu bukanlah tantangan yang berat bagi Jeanner.

Perempuan itu memburu Birdeon dengan sangat gesit. Sembari menghindar, Birdeon menghujani Jeanne dengan serangkaian tembakan peluru beruntun. Jeanne mencoba untuk mengelak dan menangkis peluru tersebut satu per satu.

Setelah itu, Jeanne bermanuver dengan cekatan lalu dia mencakar Birdeon sekali lagi. Kali ini, Birdeon menggunakan kedua kakinya untuk menahan serangan Jeanne. Robot itu mampu mengimbangi kemampuan Jeanne dengan terampil.

Serangan kaki Birdeon melesat dengan sangat cepat nan mematikan. Ujung ketiga cakarnya bisa meninggalkan bekas lubang pada benda solid, seperti dinding ruangan itu. Jeanne sempat dibuat ketar-ketir selama beberapa detik akibat serangan itu.

Dari arah belakang, Red Demon turut memberikan support terhadap Jeanne. Dia menyemburkan api dari jarak beberapa meter hingga mengenai Birdeon. Sayangnya, serangan itu tidak berdampak apa-apa terhadap robot itu.

Jeanne terus menekan serangan robot itu dengan berbagai kombinasi serangan, mulai dari cakaran hingga tendangannya yang cepat nan fleksibel. Setelah mencapai momentum yang tepat, dia pun mengeluarkan jurus pamungkasnya.

“Rasakanlah ini, Cheetah Elegante!” Jeanne mempercepat gerakannya dan melakukan atraksi di udara dengan sangat anggun. Dia kemudian meraih leher robot itu lalu dia menjatuhkannya secara elegan ke permukaan lantai dengan kedua lututnya.

Tubuh robot itu menghantam lantai hingga menghasilkan suara benturan yang sangat keras. Meskipun Jeanne menggunakan kekuatan penuhnya, serangan itu belum cukup untuk menghancurkan robot itu. 

Jeanner merasa cukup frustasi karena tubuh robot itu sangat keras seperti armor milik pasukan Jupiter. Dia sempat pesimis karena dia tidak mempunyai jurus andalan yang lebih kuat dari jurus sebelumnya.

“Aku tidak akan membiarkanmu bangkit, Robot Sialan!” ucap Pink dari kejauhan sembari mengarahkan Red Demon. Makhluk kembali mengeluarkan tinju berlapis api untuk menyerang robot itu. Satu per satu pukulan itu dilepaskan oleh makhluk ganas itu.

Setelah menerima serangan yang bertubi-tubi semacam itu, Birdeon melakukan pemberontakan dan mencoba untuk mengubah alur pertempuran. Robot itu seperti memiliki program otomatis yang mendeteksi adanya ancaman serius.

“Birdeon: Killer Mode Activation,” ucap robot itu dengan suara yang dingin. Kedua tangan dan kakinya tiba-tiba memunculkan bilah pisau yang tajam yang di setiap sisi. 

Selang beberapa detik kemudian, Birdeon melesat ke arah Jeanne dengan kecepatan yang meningkat lebih pesat ketimbang sebelumnya. Bukan hanya itu, gerakannya semakin brutal dan presisi.

Jeanne sebisa mungkin menghindari serangannya. Pisau pada tubuh robot itu sangat tajam hingga mampu memotong dinding logam dengan mudah. Jika Jeanne terkena serangan itu, dia pasti akan menerima luka sayatan yang dalam.

Sembari menjaga jarak aman, Pink memerintah Red Demon untuk membantu Jeanne sebisanya. Dia mengeluarkan serangan api secara beruntun hingga perhatian Birdeon mulai teralihkan ke arah Pink.

Birdeon menganggap Pink sebagai salah satu ancaman yang harus dimusnahkan. Dia langsung mengubah incarannya dan bergerak menuju ke arah gadis itu dengan kecepatan maksimum.

“Pink, hati-hati!” teriak Jeanne secara refleks.

Melihat gerak-gerik Birdeon, Pink langsung meminta Red Demon untuk melindunginya dan menahannya sebisa mungkin. Namun, makhluk itu tidak bisa berbuat apa-apa di hadapan Birdeon yang bertindak brutal.

Serangan Birdeon pada Red Demon meninggalkan rasa sakit yang luar biasa pada Pink. Gadis itu berteriak sangat kencang hingga perhatian teman-temannya jadi teralihkan kepadanya, khususnya Jeanne.

Perempuan itu refleks bertindak cepat untuk menyelamatkan Pink. Dia mengeluarkan serangan cakar secara bertubi-tubi tanpa memedulikan tangannya berdarah-darah saat menyentuh pisau tajam Birdeon.

“Aku tidak akan membiarkanmu menyentuh temanku,” ucap Jeanne tanpa mengendurkan fokus serangannya. Birdeon terlihat tidak gentar sama sekali. Dia bahkan mengubah pola serangannya secara tiba.

Ketika Jeanne lengah untuk sesaat, Birdeon melakukan rotasi tingkat tinggi layaknya angin puting beliung yang sangat tajam. Dia menyayat tubuh Jeanne hingga perempuan itu tergeletak tidak berdaya.

“JEANNE…” teriak Pink dengan sangat kencang ketika dia melihat pemandangan mengerikan yang disuguhkan di hadapannya. Emosinya sangat terpukul hingga pikirannya tiba-tiba blank.

Entah mengapa, Pink seperti terlempar ke masa lalu. Dia mengenang kembali momen traumatis ketika dia melihat ibunya tewas dalam pertempuran melawan salah satu Havenstar jahat.

Pink dan kakaknya untungnya bisa selamat dari insiden itu karena mereka bersembunyi di atas loteng rumah mereka. Karena mereka masih kecil, mereka hanya bisa diam tanpa bisa melakukan apa-apa.

Insiden itu membuat Pink diselimuti oleh ketakutan selama beberapa bulan. Dia sangat stress hingga kesehatannya menjadi terganggu. Setiap hari, dia selalu membayangkan sosok monster yang tidak bisa lepas dari bayangannya.

Imajinasi liar, amarah, dan ketakutan Pink tanpa diduga membangkitkan sosok Red Demon yang muncul secara tiba-tiba. Makhluk itu memang terkesan jahat, tetapi makhluk itulah yang mampu meringankan beban dan trauma Pink yang masih kecil.

Semenjak saat itu, Pink sangat takut kehilangan orang-orang yang berharga baginya. Dia selalu berusaha untuk melindungi siapapun yang membutuhkan pertolongannya lewat kekuatan Red Demon.

Namun, insiden tidak terduga kembali menghantui Pink. Gadis itu kehilangan kakaknya akibat tindakan Dewa Kematian yang tak berperikemanusiaan. Trauma itu kembali lagi dan mengikis jiwa Pink secara perlahan-lahan.

Puncak dari serangkaian peristiwa tersebut adalah momen ini. Pink tidak kuat melihat rekannya yang sedang terluka parah dan berada di ambang kematian. Tanpa dia sadari, emosi negatifnya yang memuncak dan menyelimuti dirinya.

Emosi tersebut ibarat sebuah sumber daya tambahan yang menambah kekuatan Red Demon dalam skala masif. Iblis merah itu tiba-tiba bangkit dan memancarkan energi bintang dalam jumlah yang signifikan. Apinya terlihat berubah menjadi kuning kebiruan. Suhu panas api iblis itu melebihi 2.500 derajat Celcius.

Tanpa membuang-buang waktu, Red Demon mengamuk dan langsung menghajar Birdeon secara brutal dan habis-habisan dengan tinju berlapis api. Bukan hanya merusak, tinju itu membuat tubuh logam Birdeon meleleh secara perlahan-lahan.

Setelah terkena amukan tinju dari Red Demon, Birdeon tersungkur ke atas permukaan lantai hingga sistem yang mengoperasikan tubuhnya mati secara total. Kondisinya sangat mirip seperti lilin yang meleleh akibat panas dari api.  

“Jeanne… jangan mati!” ucap Pink secara pelan usai dia mengalahkan Birdeon. Tidak lama setelah itu, dia merasa tubuhnya sangat lelah hingga pandangannya kabur secara perlahan-lahan. Dia pun pingsan menyusul Jeanne. 

The Haunted GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang