Kabar mengenai ledakan di markas Dewa Kematian langsung menyebar cepat ke telinga para anggota Hexagon, khususnya Don Giantino. Misi tersebut dianggap telah gagal karena ada banyak korban yang berjatuhan.
Dr. Neuron, Howard, dan Inspector masih belum diketahui kabarnya. Banyak yang beranggapan bahwa mereka tewas dalam insiden itu. Namun, ada pula yang percaya bahwa mereka masih bertahan hidup di suatu tempat karena jasad mereka belum ditemukan.
Tim Diamond Crush berusaha untuk memastikan keadaan mereka di lokasi kejadian. Namun, proses evakuasi sangatlah sulit dan membutuhkan banyak waktu karena markas tersebut tertimbun reruntuhan bebatuan.
Sementara itu, anggota tim yang lain berhasil selamat karena mereka melarikan diri tepat waktu. Karena keadaan mereka terluka parah, mereka kini dirawat secara intensif di sebuah rumah sakit Granadivo di bawah pengawasan tim Diamond Crush.
Satu-satunya anggota tim yang terlihat baik-baik saja hanyalah Shinobi. Dia sempat cemas dan khawatir berlebihan terkait keadaan teman-temannya. Akan tetapi, dia bisa menenangkan dirinya setelah dia berbicara dengan Reagan.
Mereka berdua terlibat obrolan yang cukup serius di ruang tunggu rumah sakit.
“Sejujurnya, pertarungan kemarin adalah pertarungan terberat di sepanjang perjalananku sebagai Havenstar. Aku tidak bisa membayangkan jika ada musuh yang jauh lebih kuat dari robot-robot tersebut,” ucap Shinobi dengan suara yang lemah dan bibir tercekat.
“Aku pernah mengalami hal yang sama denganmu dalam pertempuran melawan Jupiter beberapa bulan yang lalu. Untuk saat ini, kau sebaiknya bersantai terlebih dulu. Rasa frustasi dan khawatir tidak akan mengubah fakta yang sudah terjadi,” ucap Reagan sembari memutar musik hip hop yang terdengar mengalun pelan. Dia tidak mengganggu ketenangan pasien yang lain.
Shinobi hanya tersenyum singkat saat dia melihat Reagan yang menari-nari kecil mengikuti irama musiknya. Dia telah mengenal pria itu cukup lama sehingga hubungan keduanya bisa dibilang lumayan akrab.
Di tengah pembicaraan mereka, Reagan tiba-tiba mendapatkan sebuah pesan yang sangat penting dari Ruby Hardfort. Ekspresinya yang tadinya santai seketika dipenuhi rasa panik yang luar biasa.
Reagan beranjak dari tempat duduknya dan berniat pergi meninggalkan rumah sakit itu. Melihat reaksi yang tidak biasa pada wajah Reagen, Shinobi langsung bertanya untuk menjawab rasa penasarannya.
“Hei! Mengapa kau terburu-buru seperti itu? Apakah ada masalah yang penting?”
Reagan menghentikan langkahnya sejenak lalu dia memberikan sebuah kabar yang sangat mengejutkan. Shinobi sempat tidak percaya dengan kabar tersebut. Kakinya langsung lemas hingga tubuhnya gemetaran.
Shinobi butuh waktu selama beberapa menit untuk mengatasi ketakutan dan rasa ragu yang menyeruak di benaknya. Baru kemudian, dia kembali bersuara. “Aku akan ikut denganmu,” ucapnya dengan mantap.
Mereka berdua kini sedang menuju ke sebuah tempat.
***
Seluruh anggota Fallen Star tampak sedih dan berduka saat dia mendengar kabar tentang ledakan di markas Dewa Kematian. Mereka tidak percaya bahwa Howard dan Inspector tewas dalam insiden tersebut.
Doctor mencoba menenangkan mereka dengan ucapan manis. Dia percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Walaupun demikian, dia pada dasarnya turut bersedih dan merasa bersalah karena dia membiarkan Howard pergi.
Tanpa kehadiran Howard, suasana di markas berubah menjadi sangat sepi dan terasa membosankan. Biasanya, dia selalu terlibat pertengkaran dengan James, 45, Mick, dan Patrick untuk hal-hal yang bersifat sepele.
Mereka juga merindukan sosok Inspector yang misterius tapi bikin kangen. Meskipun dia baru bersama mereka dalam waktu singkat, dia telah dianggap sebagai keluarga oleh Doctor dan teman-temannya.
Dari semua orang, Margareth adalah orang yang paling terpukul atas peristiwa tersebut. Mentalnya langsung down dan isi kepalanya dipenuhi oleh pikiran-pikiran negatif. Dia sangat takut jika Howard benar-benar mati.
Margareth saat ini mengunci dirinya dan menangis sejadi-jadinya di dalam kamarnya. James berusaha untuk membujuknya agar dia mau keluar. Akan tetapi, usahanya sia-sia. Gadis itu tidak menanggapi bujuk rayu James. Dia sedang membutuhkan ruang sendirian untuk menumpahkan kesedihannya.
Di tengah suasana yang masih berkabung, Doctor tiba-tiba menerima sebuah pesan yang sangat tidak terduga dari Don Giantino. Saat membaca pesan itu, wajahnya yang tersembunyi di balik topeng putih itu langsung pucat.
“Ada masalah apa, Doc?” 45 langsung bereaksi ketika dia melihat ada sesuatu yang janggal pada gerak-gerik Doctor. Pria itu tampak gelisah dan berjalan hilir mudik tanpa tujuan yang jelas.
“Aku akan menjelaskan situasinya secara detail nanti. Panggil Mick, Patrick, dan Crestia sekarang juga! Kita akan berkumpul di halaman depan lima menit lagi,” ucap Doctor dengan suara yang serius.
Doctor tidak bisa membawa seluruh anggota tim karena dia mempunyai beberapa pertimbangan. Dia meminta James dan Magician untuk tetap tinggal di markas untuk memastikan keamanan wilayah sembari mengawasi Margareth yang tengah kalut.
Simon yang sejak tadi kebingungan perlahan memberanikan diri untuk menemui Doctor. Dia ingin menanyakan perihal situasi yang terjadi saat ini. Anak itu memang masih polos dan belum mengerti banyak hal.
“Master, kau mau ke mana? Apa kau akan bertarung?” tanya Simon dengan sorot mata yang lembut. Perkataan anak itu membuat hati Doctor luluh dan tenang untuk sementara waktu. Dia membungkukkan tubuhnya dan mengusap rambut anak itu secara perlahan.
“Tenang saja, Simon! Aku mempunyai urusan penting yang harus kulakukan. Aku berjanji akan kembali secepat mungkin. Selama aku pergi, tolong jaga teman-temanmu yang ada di markas!” sahut Doctor dengan suara yang pelan.
“Baiklah. Aku akan menunggu kepulanganmu, Master!” balas Simon dengan sebuah senyuman yang cerah.
Tak lama setelah itu, Doctor menuju ke halaman depan sesuai dengan perintahnya barusan. 45 beserta timnya tampak sudah bersiap-siap untuk berangkat. Di sebelah mereka, ada sebuah mobil yang mesinnya telah menyala.
“Jadi, apa misi kita hari ini, Doc?” tanya Mick secara blak-blakan. Dia sudah menduga bahwa dia akan terjun ke medan pertempuran. Hal itu membuat darahnya menjadi bergejolak secara otomatis.
Doctor menghela napasnya dalam-dalam sebelum dia bersuara. “Aku baru saja menerima kabar bahwa Centurion sedang diserang oleh pasukan robot kiriman Dewa Kematian. Situasi di sana sedang kacau balau. Kita harus segera menuju ke medan pertempuran.”
“Apa kau ingin naik mobil ini untuk pergi ke sana?” Patrick kali ini yang bertanya.
“Tentu saja tidak. Kita hanya menggunakan mobil ini sampai ke bandara. Setelah itu, kita akan menuju Centurion menggunakan pesawat jet pribadi milik pejabat pemerintahan Rievers,” ucap Doctor dengan mantap.
Melihat situasi yang sangat genting, Doctor memikirkan cara yang paling cepat menuju ke Centurion. Dengan fasilitas transportasi yang ada saat ini, mereka setidaknya membutuhkan waktu sekitar satu jam.
Di sepanjang perjalanan menuju ke sana, mereka merasa sangat cemas. Mereka sibuk memikirkan kekuatan musuh yang akan mereka hadapi. Di satu sisi, mereka juga bersemangat karena mereka bisa menunjukkan hasil latihan mereka selama beberapa waktu terakhir.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Haunted Ghost
ActionThe Spirit of Fallen Star Part 3 Hantu dari masa lalu mulai memberikan teror bagi publik dan mengancam stabilitas perdamaian yang diciptakan oleh Hexagon. Dia adalah pembunuh yang dicari-cari oleh Howard selama ini. Hexagon membentuk sebuah tim khu...