Di sebuah rumah yang sangat mewah di Centurion, William en Fahrenheit tinggal bersama dengan keluarga barunya yang harmonis. Meskipun dia belum mempunyai seorang anak, dia mempunyai istri yang cantik dan penuh perhatian.
William bekerja sebagai seorang CEO di sebuah perusahaan teknologi bernama Fernster Inc. yang bergerak di bidang komputer dan pembuatan software. Dia mewarisi IQ yang tinggi dari ayahnya.
Meskipun kehidupannya dianggap sempurna, William mempunyai lubang hati yang besar semenjak dia kehilangan Rose. Gadis itu adalah satu-satunya anggota keluarga yang dia miliki setelah kedua orang tua mereka meninggal.
Seperti biasa, William selalu pulang ke rumah untuk menemui istrinya selepas dia menyelesaikan pekerjaannya di kantor. Dia melepas jasnya dan menuju ke ruang tamu untuk mengistirahatkan tubuhnya.
Istrinya menyambut kedatangan William dengan penuh hangat. Dia membawakan secangkir teh hangat beserta beberapa cemilan ringan. Kemudian, dia memberikan sedikit pijatan kepada suaminya sembari bercanda ringan.
Tiba-tiba, istrinya menjerit dengan sangat keras.
“Ada apa, Sayang?” tanya William yang merasa terheran-heran.
“Itu…” jawab istrinya gelagapan sembari menunjuk ke arah pintu yang menuju ke ruang belakang.
William sontak menoleh ke arah tersebut. Dia langsung terkejut saat dia melihat sesosok berjubah hitam dan bertopeng tengkorak sedang berdiri di hadapan mereka. Dia membawa sabit merah yang memancarkan aura-aura kematian.
Ya, sosok yang muncul di hadapan mereka adalah Dewa Kematian.
Ketika situasi sedang mencekam, segerombolan penjaga terlihat menyeruak masuk dari pintu depan. Mereka langsung menembaki musuh dengan serangkaian peluru yang melesat cepat. Dewa Kematian mampu menahan peluru itu dengan mudah.
“Bos, cepatlah pergi dari tempat ini!” ujar salah satu penjaga. William beserta istrinya tanpa pikir panjang langsung berlari menuju ke pintu keluar, sedangkan para penjaga itu masih terus bertarung dan menahan Dewa Kematian.
Namun, upaya para penjaga itu hanya sia-sia. Mereka hanya bisa bertahan kurang dari dua menit melawan Dewa Kematian. Mereka langsung dibantai tanpa ampun oleh pengguna jubah hitam itu.
Sembari berlari dengan panik, William mencoba untuk meminta bantuan kepada Don Giantino. Dia sangat yakin bahwa sosok yang menyerangnya adalah seorang Havenstar yang punya kekuatan super.
Langkah mereka berdua terhenti sesaat ketika mereka mendengar suara ledakan dari arah rumah mewah mereka. Rumah itu dilahap oleh jago merah yang membara hingga menimbulkan kepulan asap hitam pekat.
Bukan hanya itu, Dewa Kematian terlihat sedang menuju ke arah mereka dengan tubuh yang melayang seperti hantu. Sabit kematian itu terlihat semakin menyala terang di bawah kegelapan malam.
William dan istrinya masih terus memacu langkah mereka sebisa mungkin. Sialnya, istrinya tersandung hingga kakinya keseleo. William berusaha untuk membopong tubuh istrinya, tetapi Dewa Kematian terus menuju ke arah mereka.
“Sayang, jangan pedulikan aku! Kau lebih baik pergi dari sini secepatnya!” ucap istri William.
“Aku tidak akan meninggalkanmu begitu saja…”
Sebelum Willliam menyelesaikan kalimatnya, sebuah sabit tajam tanpa sadar menusuk perutnya dengan sangat cepat. Darah mengucur deras dari tubuhnya hingga dia tersungkur ke atas tanah.
Istrinya berteriak kencang dengan rasa putus asa yang mendalam. Tanpa rasa ampun, Dewa Kematian juga menghunuskan ujung tajam sabit merah itu kepada perempuan itu hingga sepasang pasutri itu terbaring lemah dengan darah yang bersimbah.
Dewa Kematian sepertinya masih belum puas. Dia masih mendengar desah napas dari kedua orang itu sehingga dia berniat mengakhirinya dengan satu tebasan penghabisan. Namun, gerakannya terhenti secara tiba-tiba.
Dewa Kematian melihat kedatangan beberapa Havenstar dari Black Guardian dari kejauhan. Mereka terlihat memancarkan energi bintang yang terang dan bersiap untuk menyerangnya dengan kekuatan penuh.
“Tunggu dulu, Brengsek!” ucap salah satu anggota Black Guardian dengan keras. Dewa Kematian tidak menghiraukannya. Dia tiba-tiba menghilang begitu saja tanpa meninggalkan jejak.
Anggota Black Guardian terpaksa membiarkan musuh pergi begitu saja karena mereka lebih prihatin terhadap kondisi William dan istrinya yang sangat kritis. Mereka berdua harus segera diberi perawatan yang intensif.
***
Kabar tentang William langsung menyebar dengan cepat di seluruh Freiheit Federation, khususnya di telinga Howard. Emosinya langsung bercampur aduk ketika dia mendengarkan kabar tersebut.
Howard sempat menghubungi William beberapa kali untuk memperingatkan ancaman dari Dewa Kematian. Namun, usahanya selalu gagal karena prosedur birokrasi yang sangat rumit, mengingat William adalah orang yang penting di perusahaannya.
Setelah meminta izin dari Doctor, Howard memutuskan untuk menjenguk William yang kini dirawat di salah satu rumah sakit terbesar di Centurion. Dia memacu motornya dengan kecepatan maksimum tanpa pikir panjang.
Perjalanan dari Rievers menuju ke Centurion normalnya membutuhkan waktu sekitar lima jam apabila ditempuh dengan sepeda motor. Namun, Howard mengambil rute jalan pintas demi memangkas waktu agar dia cepat sampai.
Sesampainya di lokasi tujuan, Howard langsung memakirkan motornya dan bergegeas menuju ke area lobi rumah sakit. Dia bertanya kepada resepsionis terkait ruangan William dirawat saat ini.
Howard melangkah melewati koridor utama lalu menuju ke lantai dua, tepatnya ke ruangan ICU. Di sana, dia bertemu dengan beberapa anggota Black Guardian dan pasukan penjaga yang terlihat sangat waspada.
Para penjaga itu langsung bereaksi ketika Howard berniat menerobos masuk untuk memastikan kondisi William.
“Orang asing dilarang keras berada di tempat ini,” ujar salah satu penjaga.
“Aku bukanlah orang asing karena aku mengenal William. Lepaskan aku!” balas Howard yang mencoba untuk memberontak.
Melihat situasi yang terlihat memanas, salah satu anggota Black Guardian bergerak dari posisinya untuk menengahi ketegangan yang terjadi di antara mereka. Dia terlihat sangat tenang dalam berbicara.
“Dia adalah salah satu kenalanku. Jadi, biarkan aku yang berbicara dengan anak ini!” ucapnya. Spontan, para penjaga melepaskan Howard secara baik-baik.
“Kau ini siapa? Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?” tanya Howard sembari mengerutkan keningnya.
“Kita mungkin belum pernah bertemu secara langsung. Namaku Rou Ledger. Aku melihat pertarunganmu di Festival Havenstar beberapa waktu lalu,” balasnya dengan ramah.
“Jadi, kau adalah teman dari Dino?”
Lelaki bernama Rou Ledger itu mengangguk. Dia kemudian mengajak Howard untuk duduk di salah satu kursi yang ada di sebelah mereka. Mereka berdua berbicara panjang lebar seputar situasi yang terjadi saat ini.
Kebetulan, Rou adalah salah satu Havenstar yang ikut menyelamatkan William pada malam itu. Dia bersama beberapa rekannya mendapatkan tugas dari Don Giantino untuk menjaga William karena mereka khawatir bahwa Dewa Kematian akan menyerangnya lagi.
William beserta istrinya masih berada dalam kondisi koma. Mereka memang sempat berada di ambang kematian karena luka mereka sangat parah, tetapi mereka untungnya masih bisa diselamatkan berkat upaya dari dokter dan segenap tenaga medis di rumah sakit itu.
“Syukurlah, aku sangat takut apabila terjadi apa-apa dengan William,” ucap Howard yang merasa sangat lega mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Haunted Ghost
AksiThe Spirit of Fallen Star Part 3 Hantu dari masa lalu mulai memberikan teror bagi publik dan mengancam stabilitas perdamaian yang diciptakan oleh Hexagon. Dia adalah pembunuh yang dicari-cari oleh Howard selama ini. Hexagon membentuk sebuah tim khu...