Jika dihitung-hitung, robot capung itu berjumlah sekitar 30 ekor. Mereka menyerang tanpa rasa ampun dengan mesin penembak yang ada di keempat tangan mereka dan sepasang peluncur meriam di pundak mereka.
Mereka mempunyai keuntungan dalam pertempuran tersebut karena mereka bisa terbang bebas di udara, sementara Dr. Neuron dan yang lain mayoritas adalah tipe petarung jarak dekat.
Meskipun situasi mereka kurang begitu diuntungkan, Dr. Neuron tetap terlihat tenang karena dia sangat jenius dalam menyusun strategi dalam waktu singkat. Dia telah mengetahui kemampuan setiap anggota tim secara detail sehingga dia bisa memberikan perintah yang tepat kepada mereka.
Pertama-tama, Dr. Neuron meminta X1, Crow, Jeanne, dan Pink Valentine untuk menyerang dan melumpuhkan sayap robot tersebut. Hal itu memudahkan anggota tim yang lain untuk bertarung di darat. Mereka berempat sengaja dipilih oleh Dr. Neuron karena mereka mempunyai kapabilitas untuk mengimbangi robot capung itu dalam pertempuran di udara.
X-1 dilengkapi dengan mesin jet khusus yang memungkinkan dia untuk terbang dengan sangat cepat. Ia sangat terlatih dalam menggunakan sepasang dagger tajam untuk memotong sayap-sayap robot capung tersebut.
Mirip seperti X-1, Crow juga bisa terbang karena dia mampu bertransformasi menjadi manusia burung gagak bersayap hitam. Dia bermanuver dengan lincah di udara sembari memukul dan menendang robot capung itu secara bergiliran.
Dari kejauhan, Pink Valentine memerintah Red Demon untuk terbang di udara sembari menyemburkan api yang panas. Meskipun dia terlihat lemah, imajinasinya sangat kuat sehingga dia mampu memanggil makhluk seganas Red Demon.
Tidak mau kalah, Jeanne bergerak dengan sangat gesit dan mengandalkan cakarnya yang tajam untuk menyerang sayap robot capung itu. Lompatan serangannya sangat tinggi karena dia bisa memanfaatkan dinding ruangan itu sebagai tumpuan.
Bukan hanya mereka berempat, Dr. Neuron menggunakan medan magnetnya untuk menarik tubuh logam robot-robot itu agar mereka jatuh ke lantai. Namun, dia tidak bisa menggunakan kemampuan itu terus menerus karena dia perlu menghemat energinya sebelum dia berhadapan dengan Dewa Kematian.
Ketika gerombolan robot capung itu berjatuhan satu per satu, anggota tim yang lain menghadapi satu per satu musuh yang menuju ke arah mereka dengan jurus-jurus mereka. Selain itu, mereka berusaha untuk mendukung dan menjaga satu sama lain.
Howard menggunakan pedang energinya untuk menghadapi robot capung itu. Dia menebaskan ayunannya dengan sangat kuat. Dia butuh beberapa tebasan pedang untuk menghancurkan tubuh robot itu.
Di sebelahnya, Inspector turut membantu Howard. Dia memain-mainkan tongkatnya dengan lihai dan mendaratkannya ke salah satu robot capung. Setelah itu, dia mengalahkan robot itu dengan serangan yang brutal dan bertubi-tubi.
“Seranganmu boleh juga, Inspector,” ujar Howard yang merasa terkesan. Pria berjubah hitam itu hanya diam saja tanpa ekspresi.
Tidak jauh dari mereka, Black Forte mengeluarkan serangan berupa bantingan yang brutal. Dia juga menghantam robot capung itu cangkangnya yang sangat keras. Robot capung itu rupanya gigih juga karena ia masih bisa menahan serangan tersebut.
Drake pun mengupayakan hal yang sama. Dia menciptakan bola api panas dan menembakkannya secara beruntun ke arah robot capung yang sibuk berterbaran di udara. Salah satu tembakan bola api itu berhasil mengenai target tepat sasaran.
Berbeda dengan kedua anggota Diamond Crush itu, Red Owl dan Shinobi tampak bekerja sama. Mereka mengkombinasikan serangan-serangan mereka yang cepat nan mematikan hingga tubuh robot-robot itu hancur menjadi beberapa bagian.
Di belakang mereka, Alex Morticon terlihat sedang mengamuk dalam wujudnya sebagai manusia bulldog. Dia memukul robot capung itu dengan tinju yang bertenaga penuh sampai-sampai tubuh robot itu remuk dan konslet.
Selama kurang lebih satu jam, Dr. Neuron beserta timnya berhasil mengalahkan seluruh robot capung itu. Tanpa disadari, pertarungan itu menguras cukup banyak stamina hingga mereka terlihat ngos-ngosan.
Ketika mereka sedang mengambil jeda istirahat untuk sejenak, layar monitor besar yang ada di ruangan itu tiba-tiba menyala. Layar tersebut menampilkan sosok Dewa Kematian yang khas dengan jubah hitam dan topeng tengkorak yang tampak menyeramkan.
“Aku ingin mengucapkan selamat karena kalian telah berhasil mengalahkan pasukan Insectoid. Mereka adalah salah satu kreasi terbaikku. Namun, kalian jangan senang dulu! Aku masih menyiapkan pasukan lain yang bisa membuat pesta kalian jadi lebih meriah. Six Beastronic, hancurkan mereka semua!” ucapnya sembari tertawa keras.
Tidak lama setelah itu, pintu yang menuju ke lorong berikutnya terbuka secara otomatis. Mereka melihat kemunculan enam robot baru yang mempunyai penampilan berbeda dibandingkan robot capung sebelumnya.
Robot-robot tersebut mempunyai ukuran setinggi 2,5 meter. Desain rancangan robot itu terinspirasi dari enam jenis kelompok hewan. Tubuhnya besar dan dilengkapi dengan persenjataan yang berbeda-beda.
Di tengah keterkejutan mereka, Dewa Kematian kembali bersuara. Dia menitipkan satu pesan lagi yang berisi sebuah tantangan.
“Dr. Neuron, aku menunggumu di ruangan terakhir yang terletak di ujung lorong ini. Jika kau tidak datang dalam kurun waktu sepuluh menit, aku akan menghabisi kalian semua sekaligus!”
Layar monitor itu langsung mati setelah Dewa Kematian mengakhir kalimatnya. Dr. Neuron terlihat sangat geram saat dia mendengar tantangan itu. Dia menahan emosinya dan berpikir dengan jernih.
Dr. Neuron sempat ragu untuk meninggalkan ruangan itu karena dia tidak ingin membuat anggota tim berada dalam posisi bahaya. Robot-robot yang ada di depan mereka bukanlah musuh sembarangan.
“Dr. Neuron, kau sebaiknya segera pergi dan memenuhi tantangan Dewa Kematian. Biarkan kami yang mengurus robot-robot itu di sini,” ucap Inspector secara tiba-tiba. Baru kali ini, Howard mendengar Inspector berkata-kata.
Dr. Neuron menatap Inspector dan anggota yang lain dengan tatapan ragu. Namun, seluruh anggota tim sepertinya sepakat dengan perkataan Inspector. Dr. Neuron pun memantapkan hatinya.
“Kalian harus berjanji satu hal kepadaku. Jika situasi berada di luar kendali, sebaiknya kalian melarikan diri dari tempat ini. Nyawa kalian lebih penting dari misi ini,” ucapnya dengan sangat tegas. Dia pun pergi menuju ke ruangan paling ujung untuk mengalahkan bos terakhir.
Pasukan Beastronic berniat menghalangi jalan Dr. Neuron, tetapi Inspector beserta yang lain menghentikan robot-robot itu dengan sigap. Mereka kembali memasang kewaspadaan mereka dan bersiap untuk bertarung habis-habisan.
Sesuai dugaan mereka, robot gorila itu jauh lebih kuat dari pada robot capung yang mereka hadapi beberapa saat yang lalu. Mereka pun mulai membentuk tim sesuai arahan dari Inspector.
Mengingat jumlah musuh yang mereka hadapi ada enam biji, masing-masing mulai membentuk tim yang terdiri dari dua orang. Tim tersebut adalah sebagai berikut ini: Pink Valentine & Jeanne, Black Forte & Drake, Red Owl & Shinobi, Alex & Crow, X-1 & Howard.
Karena tidak ada lagi anggota yang tersisa, Inspector secara suka rela mengajukan dirinya untuk bertarung melawan Rocket Kong sendirian. Bukannya takut, dia malah memasang wajah yang bersemangat dengan senyuman lebar.
“Baiklah. Mari kita serang mereka habis-habisan!” ucapnya sebagai sinyal bahwa pertempuran babak kedua telah dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Haunted Ghost
ActionThe Spirit of Fallen Star Part 3 Hantu dari masa lalu mulai memberikan teror bagi publik dan mengancam stabilitas perdamaian yang diciptakan oleh Hexagon. Dia adalah pembunuh yang dicari-cari oleh Howard selama ini. Hexagon membentuk sebuah tim khu...