Otot Peremuk

1 0 0
                                    

Pertarungan di ruangan itu masih terus berlangsung. Alex dan Crow sedang berusaha mati-matian untuk mengalahkan robot buaya bernama Alligatron. Robot tersebut mempunyai tubuh besar dan bergerak dengan cara melata seperti reptil pada umumnya.

Tanpa terasa, mereka telah bertarung dalam wujud buas mereka selama kurang lebih setengah jam. Energi dan stamina mereka semakin lama semakin terkuras karena kekuatan musuh sangatlah brutal. Belum lagi, musuh mempunyai pertahanan yang sulit ditembus.

Alligatron menyerang dengan gigi taringnya yang tajam seperti pedang gergaji. Punggungnya dilengkapi dengan mesin penembak rudal. Ekornya berlapis duri tajam yang bisa berputar-putar dengan kecepatan tinggi layaknya mesin bor.

Gurat wajah Alex menggambarkan rasa frustasi yang mendalam karena dia kesulitan untuk menyerang. Begitupun dengan Crow yang terlihat ngos-ngosan. Dia sedari tadi terbang di udara demi menghindari tembakan-tembakan Alligatron.

Crow termasuk salah satu petarung terkuat dari Black Guardian. Dalam permainan ujian hidup di Festival Havenstar tempo lalu, dia menempati posisi kesembilan. Dia tidak lolos ke babak turnamen karena lifebar miliknya hanya beda tipis di bawah Howard.

“Kita harus mencari celah untuk melakukan serangan balik,” ucap Crow usai mendekat ke sebelah Alex. Tubuhnya kini dipenuhi bulu-bulu hitam khas gagak. Paruh kuningnya terlihat mengeluarkan sedikit darah akibat hantaman dari Alligatron beberapa saat yang lalu.

“Pertahanan buaya brengsek itu sangat sulit ditembus. Sepertinya, kita harus melucuti persenjataannya satu per satu. Kita mulai dari mesin penembak di punggung robot itu,” jawab Alex dengan suara pelan sembari mengepalkan tangannya kuat-kuat. Crow kembali terbang ke udara setinggi mungkin lalu dia menukik tajam untuk menyerang sisi samping Alligatron. 

Robot buaya itu tidak tinggal diam begitu saja. Ia langsung mendeteksi ancaman dari Crow melalui sensor di tubuhnya. Setelah itu, ia mengeluarkan peluru kendali yang melesat cepat ke arah Crow. 

Pria gagak itu mempercepat laju terbangnya agar dia bisa mengatasi kejaran peluru tersebut. Namun, peluru itu semakin lama semakin memburunya dengan lebih cepat. Sebelum peluru itu mengenainya, Crow bermanuver dan menendang peluru itu ke arah atas.

Pada saat yang bersamaan, Alex bergerak menuju ke arah Alligatron. Saat robot buaya itu berniat menerkam sekaligus menembaknya, dia melompat ke udara dengan sangat lincah. Lalu, dia meraih mesin penembak yang ada di punggung robot itu.

“Inilah kekuatan otot-ototku, Brengsek! Muscle In Action!” ucap Alex sambil menggenggam mesin tersebut dengan kekuatan penuhnya. Otot-ototnya terlihat mengembang lebih besar hingga syaraf-syarafnya seperti mau keluar.

Alex memaksimalkan kekuatan otot-ototnya sampai mencapai titik maksimum. Wajahnya terlihat pucat pasi karena senjata itu sangat berat dan sulit dihancurkan. Dia butuh beberapa kali percobaan sampai senjata itu benar-benar terlepas dari punggung robot itu. 

Pasca menerima serangan Alex, Alligatron spontan menjadi semakin brutal dan sulit untuk dikontrol. Tubuhnya mengamuk hingga Alex terpental cukup jauh beberapa meter ke belakang. 

“Apa kau baik-baik saja, Alex?” teriak Crow dari atas udara. “Daripada mengkhawatirkanku, kau sebaiknya mengawasi gerak-gerik robot itu,” jawab Alex sembari mengusap darah yang keluar dari mulutnya.

Alex dan Crow langsung sadar bahwa robot tersebut sedang memasuki mode pembunuh.  Tubuh robot itu melakukan transfigurasi secara perlahan-lahan hingga robot itu terlihat berbeda dari sebelumnya. 

Alligatron yang tadinya melata kini berdiri tegak dengan dua kaki. Kedua tangannya terlihat lebih panjang dibandingkan ukuran sebelumnya. Bentuk baru robot itu sekilas mengingatkan Alex kepada Dino dalam wujud T-Rex.

The Haunted GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang