Terjebak Di Pasir Hisap

13 16 0
                                    

Di tengah hutan, kami melihat peta sesaat.
“Guys, kita pulang aja yuk.. nanti gue…” kata Nisrina.
Belum selesai ngedumelnya Satria memotong,
“ayolah,nis… stop gerutu elo. Kita udah sejauh ini masa mau pulang lagi? Bagaimana pun Mang Oleh masih 9 hari lagi datang ke sini.”
“Gue Cuma takut aja.. ortu kita tau yang sebenarnya. Cepat atau lambat pasti kita ketauan juga.” Elak Nisrina.
“Iya juga sih… gue takut nyokap gue curiga. Kalo nyokap gue nanya ke teman kelas kita gimana atau ke Walas kita?” kataku mulai menyetujui keresahan Nisrina.
“Come on, girls. Gitu aja panik… gue sih aman nyokap-bokap ijinin. Asal  gue jaga diri sendiri katanya. Lagian kenapa kalian gak jujur aja sih. Lambat laun juga bakal ketauan.” Satria membuat kami merasa berdosa sekarang. Kena mental telak.
“Gue takut gak diijinin ortu, Satria. Lo mah enak sering traveling. Nah kita, kan cewek… kalo kita hilang, mau lo tanggung jawab?” Nisrina mencomel.
“Udahlah, kita fokus aja. Selanjutnya kita ke mana, Mel?” Satria menyetop perdebatan. Aku pun mengeluarkan peta dan memerhatikan dengan sangat seksama.
“Kita ke arah sungai,” kataku menunjuk ke arah selatan, hamparan semak luas membentang seperti tak berbatas. Seperti layer kedua pulau ini setelah hamparan pasir putih pantai. 
“Kita ke sungai? Ke arah sana? Kalo ada hewan buas gimana?” Nisrina  bergumam terus-menerus karena rasa mendongkol, tidak puas dengan keadaan atau peristiwa yang dialaminya.
“Ayoklah, elo kebanyakan ngedumel aja, Nis daritadi. Tinggal ikutin petunjuknya susah amat sih lo.” kata Satria kesal hatinya.
“Ya, gue kan udah ke salon, udah melakukan rangkaian perawatan kuku tanngan, membersihkan kuku dan kulit. Kalo nan…” omongan nisrina terhenti ia keliatan sangat panik dan khawatir
Aku memahami kekhawatarin nisrina, namun aku tetap yakin bahwa petualangan ini memiliki potensi besar untuk membawa kami pada pertemuan yang menanjubkan.
Satria selalu menjadi orang yang penuh dengan semangat. Jiwa berpetualangannya tinggi. Mungkin ini efek karena dia sering travelling kali ya….
“tenang aja, nis. Kita akan tetap waspada dan bersiap menghadapi kemungkinan. Jangan lupa, kalo kita kuat dan selalu saling mendukung satu sama lain. Bukan begitu, mel.” Kata satria sambil menghibur.
Aku mengangguk setuju satria ada benarnya. Kita akan menghadapi semua rintangan yang akan datang kedepannya bisa saja kita menemukan hewan buas. Atau Mungkin diujung sekitaran sungai ini, kita akan mendapatkan resource alami yang bisa membantu kita dalam petualangan ini.
Tiba-tiba langkah kami terhenti. Kami merasa kaki-kaki kami terbenam. Kami terhisap.
“Pasir hisap.” Teriak Satria. Aku dan Nisrina bingung atas apa yang sedang terjadi.
“Ini kita lagi di pasir hisap.” jelas Satria.
“Hah? Pasir hisap? Duh keluarin gue dari sini.” Jerit Nisrina.
“Hei… hei… hei, pelan pelan Nis. Jangan meronta-ronta. Nanti lo tenggelam.” kata Satria mencoba menenangkan Nisrina dan juga aku. Karena aku juga bingung mesti bagaimana.
Pasir hisap adalah kaloid hidrogel yang terdiri dari pasir,air dan tanah liat. Pasir isap biasanya terdapat di sekitar sumber air seperti di pantai, sungai dan rawa. Pasir isap mempunyai densitas 2 gram/mililiter sedangkan desitas manusia adalah 1 gram/mililiter hal ini menyebabkan tubuh manusia yang terbenam 'ke pasir hidup tidak akan mati kecuali jika kepalanya yang duluan terbenam karena manusia akan dihisap sampai di pinggang atau setengah dari postur tubuh.

Almost ThereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang