Pulang sekolah, hari itu aku langsung masuk kamar. Aku rasanya malas untuk keluar kamar. Aku hanya keluar kamar ketika dipanggil oleh ibu untuk makan. Tau sendiri, kalo ibu manggil ngga dilaksanakan, malah makin banyak masalah. Masalahku sudah berat hari ini, mau jalan jalan saja harus berantem sama Nisrina. Mau senang senang aja susah untuk menentukan tujuan mau ke mana,Sebel.
Tiba tiba saja ponselku berbunyi, kuambil dan tampak dari Nisrina. Aku tutup handphone itu dengan bantal. Tak lama dia nge-chat.
Kenapa sih loe? ditelpon gak mau angkat?
Aku pandangin tulisan itu. Aku malas menjawabnya. Aku malah menonton youtube, sampai aku tertidur.
Besoknya, di kelas Nisrina langsung mendekatiku.
"Eh kenapa lo, marah ama gue?"Tanya Nisrina
"Apaan sih?" jawabku bete.
Guru Bahasa Indonesia masuk. Pelajaran hari itu dimulai.
-----
Siang itu di kantin Nisrina masih terus menggangguku dengan pertanyaan.
"kenapa sih lo, diam aja dari tadi? Bete ama gue? Karena masalah liburan sekolah ya?"kata Nisrina lagi.
"Ya, udah biar senang idup loe, kita ke gunung aja." Kataku.
"Yee, masa gitu si loe? Masalah tujuan liburan aja gitu amat. Ambekan lo. Yaudah biar senang hidup lo kita ke pantai aja." Balasnya. Nisrina dan aku diam sesaat, lalu kami tertawa bersama sama.
"Lagi ketawain apa nih? Gue ya?" kata Satria yang tiba-tiba sudah ada di meja kami.
"Yee, ge-er banget lo. Sok penting banget teman lo, Nis."kataku melirik Nisrina dengan senyum.
"Yee, emang kepedean anaknya." Balas Nisrina. Kami bertiga tertawa bersama.
"Eh, jadi udah diputusin jalan-jalannya ke mana?"tanya Satria
"Ya, itu masalahnya. Gue sama melati belum ada kata sepakat." kata Nisrina.
"Ya gitu kalo emak-emak rempong musyawarah. Ngga pernah ada kata sepakat." Ledek Satria.
Tiba tiba aku ingat peta yang diberikan oleh bapak tua yang aneh di stasiun.
"Eh gw ada sesuatu yang ingin gue tunjukin ke kalian." Aku mengeluarkan handphone-ku. "Tadi malam aku sudah foto. Coba menurut kalian ini gambar apa?" Tanyaku sambil menyodorkan handphone-ku ke muka Nisrina dan Satria.
"Apaan nih?" kata Nisrina mencoba menerka.
Satria diam tak menjawab. Dia melihat foto itu lebih lama. "kayaknya ini beneran...?"
"Maksud lo? Ini peta betulan?"tanyaku makin penasaran.
"Iya..." Kata Satria sambil terus melototi gambar itu.
"Eh dari mana lo yakin ini peta betulan?" Nisrina sangsi.
"Ngga tau... feeling aja." Lanjut Satria.
"Jadi, lo yakin ini peta harta karun beneran?" Tiba-tiba kegairahanku muncul. Kenapa kita gak kesini aja ya? batinku. Tapi aku tidak mau mengungkapkannya. Nanti malah jadi bahan tertawaan Nisrina.
"Ini tulisannya... Apa ya?" Kata satria sambil menunjuk bagian kertas yang sulit terbaca, karena warna tintanya yang sudah kabur.
"Pe... la... buh... an Sunda... Kelapa." Kata Nisrina mencoba mengeja.
"O... jeg... perah... uhu... Mang... Oleh. Ini maksudnya apa ya?" kata Satria menerka maksud tulisan-tulisan ini.
"Pelabuhan Sunda Kelapa Ojeg Perahu Mang Oleh." kataku memikirkan makna tulisan ini.
"Apa maksudnya? Kalo kita mau ke pulau Neymark ini, kita harus ke pelabuhan Sunda Kelapa dan menyewa ojeg perahu mang Oleh?" Satria mencoba menafsirkan.
"Eh, lho emang pada udah yakin ini peta beneran?" Tanya Nisrina masih sangsi.
"Kalo gue sih dari awal feeling gue ini peta beneran, dan gue setuju sama Melati. Kayaknya, ini petunjuk kalo mau kesana: kita harus ke pelabuhan Sunda Kelapa, dan menyewa ojeg perahu Mang Oleh."
"Wait...wait...wait. Ceritanya gimana peta ini bisa ada di tangan lo?" Tanya Nisrina masih dipenuhi keraguan.
Lalu aku menceritakan bagaimana pertemuanku dengan seorang lelaki tua di muka stasiun.
"Lo kenal lelaki tua itu?"tanya Nisrina lagi
"Ngga." jawabku.
"Bisa aja itu penipuan. Kalo kita kesana ngga ada apa-apa." kata Nisrina.
"Gimana kalo kita buktiin nanti liburan sekolah?"tantang Satria.
Aku dan Nisrina serempak melotot ke arah Satria
"Come on, girls. Dimana jiwa petualangan kalian" seru Satria merentangkan kedua tangannya.
"Eh, kita kan belum liat peta aslinya." kata Nisrina.
"Ya, udah siang ini kita ke rumah Melati untuk mengecek kebenaran peta itu." Ajak Satria antusias.
Hari itu pulang sekolah kami bertiga naik mobil jemputan Nisrina menuju rumahku. Sesampainya di rumah, kami bertiga langsung naik ke lantai 2 menuju kamarku.
"Lho ada apa ini, kok tumben?" tanya Ibu melihat kami sibuk dan terburu buru naik ke atas.
"Eh, iya Bu. Ini ada kerja kelompok." kataku berbohong. Mudah-mudahan ini tidak dosa ya, batinku
Di kamar, aku langsung menarik laci meja belajarku. Aku menunjukan gulungan kertas itu kepada Satria dan Nisrina. Satria membuka gulungan kertas itu dengan hati-hati. Satria memerhatikan peta itu dengan seksama.
"Gue jadi semakin yakin kalau ini beneran." Kata Satria.
"Ayo berani ngga terima tantangan gue?"lanjut Satria.
Aku dan Nisrina saling berpandangan. Kamar menjadi hening sesaat.
"Deal... ?" Tantang Satria sambil menjulurkan tangan untuk mengajak tos bersama.
Aku dan Nisrina masih saling berpandangan. Lalu aku meletakkan tangan sambil berkata, "siapa takut?"
"Okelah gue ikut." kata Nisrina ikut meletakkan tangan.
Lalu kami tos Bersama.

KAMU SEDANG MEMBACA
Almost There
MaceraBermulai dari mimpi, petualanganku menjadi nyata. Sebuah pulau yang tak terpeta dan akhir petualangan yang tak terduga. Dan akhir petualangan yang penuh tanda tanya.