Menelusuri Sungai

12 17 0
                                    

Sebatang sungai Panjang meliuk-liuk. Membelah pulau Neymark menjadi dua bagian yang sama. Sungai berair jernih sekali. Jauh diatas sana terlihat samar-samar kelihatan hutan kecil menghijau menjulang menyelimuti punggung gunung.
Sungai nya juga jernih berbatu-batu. Dengan kedalaman selutut kaki. Atau paling dalam sepinggang Satria.
“Hei.. ada perahu kecil di tepi sana!” teriakku senang.
“Barangkali milik survivor terdahulu.” Terka Satria.
“Barangkali mereka tidak selamat. Apakah mereka selamat?” Tanya Nisrina cemas. Aku dan Satria saling berpandangan sambil menggelengkan kepala. Satria lalu menceburkan dirinya ke sungai dan melangkah ke tepi tempat peerahu itu tertambat. Ia lalu menarik perahu itu ke arah aku dan Nisrina.
“Yuk naik.” kata Satria.
“Yuk,” kataku dan Nisrina bersamaan.
Satria pun mendayung  perahu itu.
Di balik air sungai yang jernih tampak beberapa ekor ikan warna-warni berukuran kecil dan besar. Sungai ini pasti merupaka rumah dari berbagai jenis ikan. Barangkali ada banyak ikan langka. Karena kulihat ada beberapa ikan yang bentuk dan warnanya unik yang tak pernah kulihat sebelumnya. Apakah ini surga?
Kanan kiri sungai pepohonan rimbun. Bagian atas rerimbunan pohon terlihat tajuk, di tengah berbaris batang-batang kekayuan. Di bawah, lantai hutan menghampar perdu dan semak berlukar serupa permadani. Dipenuhi guguran segala macam guguran batang kering, daun, ranting, bunga dan buah yang tua. Yang kering membentuk layer-layer humus. Lapisan tanah yang subur dan menjadi rumah dari beragam serangga dan beragai mikro organisme lain.
Inikah Firdaus yang dikisahkan dalam kitab suci? Aku bersyukur bisa menikmati keindahan yang tak pernah kusaksikan sebelumnya.










Almost ThereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang