Happy reading ❗
Setelah kepergian Violet dan Bima, Anjasmara masih duduk bersimpuh di lorong. Menangis, memegang dadanya yang sakit. Violet adalah cinta pertama bagi Anjasmara. Violet lah yang memberi warna lain selain hitam dan putih dalam kehidupan Anjasmara.
Anjasmara merasa lebih hidup setelah mengenal Violet. Lalu sekarang karena Violet pula, Anjasmara mengalami sakit dan terluka akankah hidupnya bisa kembali normal? Anjasmara tidak yakin akan hal itu.
Anjasmara masih tergugu meratapi kepergian Violet. Lalu sekarang apa yang harus ia perbuat? Bukankah usahanya sudah sia-sia dan membuat Violet pergi.
Anjasmara hapus air matanya, ia pun bangun lalu pergi dari rumah sakit. Berjalan menunduk, pikirannya kacau. Anjasmara tidak bisa berpikir jernih sekarang ini. Isi kepalanya terlalu banyak dan rasanya seperti mau pecah.
Untuk pertama kalinya dalam hidup, Anjasmara mengalami patah hati. Sangat sakit dan Anjasmara tidak menyangka jika semua itu berasal dari perempuan yang sangat ia cintai. Perempuan yang sangat Anjasmara perjuangkan.
Anjasmara pulang ke rumah. Masuk ke dalam kamar, mandi dan memilih kaos santai semua itu Anjasmara lakukan dengan setengah hati. Di saat pikirannya kacau hanya dua hal yang biasa Anjasmara lakukan yaitu bekerja atau alkohol. Pilihan terakhirlah yang Anjasmara pilih.
Sapaan dari asisten rumah tangga tidak ada satupun yang Anjasmara gubris. Anjasmara diam dengan tatapan kosong. Berjalan ke ruangan dimana koleksi wine dan whiskey ia tempatkan.
Banyak koleksi wine dan whiskey yang Anjasmara simpan semua dengan kualitas alkohol terbaik. Mulai dari kadar alkohol paling rendah sampai tinggi semua ada disana.
Anjasmara ambil beberapa balok es di lemari es. Memilih satu whiskey dengan kadar alkohol paling tinggi. Anjasmara ingin melupakan kejadian hari ini beberapa saat. Ketika perceraian terjadi dulu, Anjasmara sama sekali tidak berekspresi. Ia diam menerima semuanya, karena memang tidak ada cinta didalamnya.
Berbeda dengan Violet, dia adalah perempuan yang mampu menembus kekosongan dan kerasnya hati Anjasmara. Hanya Violet Pradeepa seorang. Bagaimana caranya Anjasmara menjalani hari-hari jika tanpa Violet di sampingnya.
Anjasmara buka tutup whiskey dan mulai menuangkan ke dalam gelas berisi es batu. Meminumnya dalam satu kali tenggak. Rasa pahit dan sedikit terbakar, Anjasmara abaikan. Kemudian setelahnya whiskey demi whiskey Anjasmara tuang sampai tersisa setengah di dalam botol.
Anjasmara mulai sedikit mabuk. Ia kembali menangis sendiri di dalam ruang penyimpanan alkohol. Tangis yang sedikit pilu. Anjasmara buka ponselnya, ia buka galeri foto dimana disana banyak tersimpan foto-foto Violet dan juga dirinya. Anjasmara tersenyum ketika mengingat momen dimana foto itu di buat lalu setelahnya ia kembali menangis mengingat kejadian hari ini.
Satu botol whiskey habis oleh Anjasmara sendiri. Kemudian dengan badan yang sempoyongan, Anjasmara turun dari kursi mini bar di ruangan itu. Anjasmara berpindah pada sofa panjang yang ada di sana. Merebahkan tubuhnya disana lalu menatap langit-langit dengan mata merah akibat banyak menangis dan pengaruh alkohol.
Anjasmara kembali tersenyum getir mengingat hubungannya dengan Violet, padahal ia sudah membayangkan dan mempersiapkan semuanya untuk hidup bahagia dengan Violet, kekasih kecilnya.
”Violet, jangan tinggalin saya sendiri. Saya mau nya kamu.” Anjasmara mulai meracau dengan mata sudah terpejam.
”Violet saya minta maaf. Kembali kesini, saya butuh kamu.” Kembali Anjasmara bersuara namun kali ini suaranya sedikit parau. Tidak ada racauan lagi dari Anjasmara, ia terpejam dan tertidur di sofa sendirian.