Happy reading ❗
Jam menunjukkan pukul sembilan malam dan Anjasmara masih berada di ruang kerja miliknya belum keluar setelah permasalahan tadi sore. Akhirnya, Bening pun memberanikan diri untuk mengetuk pintu kerja sang ayah.
Tok! Tok! Tok!
”Daddy, ini Bening. Bening boleh masuk?” Tidak ada jawaban dari dalam. Apa mungkin ayahnya itu ketiduran di dalam pikir Bening. Ketika Bening akan mengetuk lagi dari arah dalam Anjasmara membuka kenop pintunya.
”Kenapa sayang?” Tanya Anjasmara.
”Bisa kita bicara?” Anjasmara mempersilahkan putrinya masuk ke dalam ruang kerja.
”Bening mau bicara apa sayang?”
”Dad, kak Vio tidak salah dan apa yang di omongin kak Vio itu semuanya benar. Bening yang minta untuk merahasiakan ini dari Daddy. Please, jangan marah sama kak Vio. Kak Vio itu udah baik banget sama Bening.”
”Bening sekarang tidur ya. Kita tidak perlu lagi membicarakan ini.”
”Tapi, dad-dy,”
”Tidur. Ini sudah malam.” Anjasmara keluar meninggalkan Bening sendiri di ruang kerja miliknya. Anjasmara tidak ingin kembali membahas masalah ini.
•~~~~~~~~~~•
Ini sudah satu minggu setelah kejadian di rumah Anjasmara. Violet uring-uringan karena tidak ada kabar sama sekali dari lelaki itu. Menghubungi lebih dulu pun ia gengsi.
”Kenapa sih Vi? Gue liat dari tadi cek hp terus?” Violet bersama Greta seperti biasa tengah berada di perpustakaan kampus.
”Huh, gue sebel sama om Anjas, masa udah seminggu ini enggak hubungin gue coba.” Violet masih terus membuka room chat nya bersama Anjasmara.
”Sibuk mungkin. Kan bisa lo yang duluan hubungin dia kaya enggak biasanya begitu aja sih.” Enteng bagi Greta berkata seperti itu karena memang Violet belum menceritakan kejadian seminggu lalu.
”Gue rasa itu duda emang terpaksa mau pacaran sama gue.”
”Dih kok begitu sih ngomongnya bukan Violet yang selama ini gue kenal.”
”Udah yuk pergi. Gue males ngerjain skripsi mau refresh otak dulu, enggak mau mikirin si duda yang bikin kue kesel.”
”Ya udah ayo. Naik mobil gue aja biar enak. Pokoknya hari ini khusus untuk Violet sahabat terbaik gue.”
”Huh, makasih Greta cantik, gue terharu.” Mereka berdua segera bergegas pergi dan merapihkan bawaan mereka berdua.
Mengikuti keinginan sang sahabat, Greta menyetir mobilnya menuju salah satu mall terdekat dengan kampus mereka. Perjalanan mereka berdua yang di iringi Violet yang terus bernyanyi lagu galau yang sengaja sahabatnya putar lewat playlist yang ada di ponsel Violet sendiri.
Greta sibuk menyetir dan sesekali melirik Violet yang terus bernyanyi lalu kadang-kadang berteriak sendiri. Untung saja Violet melakukannya di mobil jika di luar sudah pasti Violet akan di katakan orang kurang waras.
”Kita karaoke aja apa, Vi?” Tanya Greta ketika Violet sudah berhenti dengan nyanyiannya.
”Gue mau makan banyak terus shoping tapi habis itu gue mau mabuk aja apa ya stres banget.”
