Happy reading ❗
Ketegangan yang sempat terjadi di antara Anjasmara dan Ranu sebelumnya kini semakin bertambah tegang setelah bertambahnya kedatangan satu orang lelaki tua dengan satu tongkat di tangannya untuk menopang tubuhnya yang masih terasa kaku.
Tidak di sangka oleh Anjasmara, Bratalaras sang ayah ada di hadapannya sekarang. Bukankah sang ayah masih menjalani rawat inap di rumah sakit.
”Ayah, kenapa ada disini?” Tanya Anjasmara kebingungan. Bratalaras hanya membalas Anjasmara dengan satu senyuman dan tepukan pada bahu Anjasmara. Mengabaikan pertanyaan sang anak.
”Perkenalkan saya Bratalaras Senopati, ayah dari Anjasmara Senopati.” Bratalaras mengulurkan tangannya pada Ranu bersikap sangat ramah namun jabatan tangan itu di abaikan oleh Ranu. Bratalaras pun mengambil kembali tangannya dan tersenyum memaklumi.
Ketiganya kembali duduk bersama di sofa ruangan tersebut.
”Sungguh sangat terhormat untuk saya kedatangan pendiri Senopati Grup yang sangat terkenal itu.” Ucap Ranu pada Bratalaras. Bratalaras pun hanya tertawa kecil menyikapi sindiran dari Ranu.
”Terimakasih, tapi kedatangan saya kesini bukan untuk Senopati Grup tetapi sebagai ayah dari anak saya Anjasmara.”
”Sebagai ayah, saya akui jika sejak dulu cara mendidik saya itu sangat keras terutama pada Anjasmara. Di umur saya yang sudah tidak muda lagi, saya baru menyadari jika saya terlalu memaksakan keinginan saya terhadap Anjasmara, sehingga saya mengabaikan kehidupan pribadinya mengenai pasangan hidup. Dengan Violet, saya melihat Anjasmara bisa tersenyum bahagia bukan hanya bekerja. Jadi saya meminta dengan tulus dan rendah hati untuk mengizinkan Anjasmara bisa bersanding dengan Violet.” Ucap Bratalaras panjang lebar. Anjasmara yang mendengarkan hal itu sangat merasa terharu dan tidak menyangka, ayahnya yang selama ini keras bisa berkata demikian.
”Violet adalah adik saya satu-satunya. Yang saya jaga sejak kecil. Tidak mudah bagi saya menyerahkan Violet pada keluarga Senopati, yang secara terang-terangan tidak menyukai adik saya. Violet masih terlalu kecil untuk masuk ke keluarga kalian yang rumit.” Balas Ranu tidak kalah panjang.
”Saya paham. Saya pastikan Violet aman dalam keluarga Senopati. Seperti janji anak saya pada Violet.” Ucap Bratalaras lagi.
”Saya tidak perlu janji kalian semua. Saya datang ke Jakarta untuk membawa pulang kembali Violet.” Ranu masih tetap teguh pada pendiriannya. Bagi Ranu Anjasmara dan Bratalaras hanya membual dengan omong kosong.
”Mas Ranu saya mohon beri saya kesempatan untuk membuktikan kalau saya serius dengan Violet.” Ucap Anjasmara. Tidak akan ia biarkan Violet pergi. Sehari tanpa Violet sudah seperti neraka bagi Anjasmara.
”Untuk apa saya biarkan Violet tetap disini? Untuk keluarga kalian sakiti? Tidak cukupkah keluarga kalian mengirimkan ancaman dan foto-foto Violet di bar waktu itu?” Tentu saja Anjasmara tidak kaget mendengar hal itu. Siapa lagi biang kerok dari segala masalah di keluarganya. Berita hubungannya dengan Violet sampai pada Ranu tentu andil dari orang yang selama ini tidak menyukainya.
”Saya minta maaf untuk masalah itu. Saya yang akan pastikan sendiri Violet di terima dan aman dalam keluarga Senopati.” Terang Bratalaras.
”Mas Ranu juga harus pikirkan kebahagiaan Violet dan keinginannya. Saya tidak akan memaksa tapi saya pastikan mas Ranu tahu jika saya tidak pernah main-main dengan Violet, terlepas dari citra buruk keluarga Senopati itu sendiri. Saya akan buktikan ucapan saya. Mas Ranu hanya perlu melihat jika Violet memilih orang yang tepat.” Ucap Anjasmara dengan kesungguhan pada Ranu.
”Mari kita semua menjadi dewasa. Buang egois masing-masing. Violet bukan lagi anak kecil dia sudah bisa menentukan mana yang terbaik untuk hidupnya sendiri. Lagi pula Violet itu pintar, saya yakin dia sendiri tahu apa yang menjadi keinginannya.” Ucap Bratalaras lagi. Bratalaras akan upayakan apapun itu untuk menebus masa muda Anjasmara yang telah ia renggut.