Happy reading ❗
”Secepatnya kalian harus segera menikah.”
”Ini cukup sulit.”
”Tidak sulit jika kamu terus mendekatinya.”
”Ada sedikit pengganggu.”
”Gadis kecil itu? Kamu kalah dengan anak kecil?”
”Dia pintar cari perhatian, anjasmara.”
”Kamu punya Bening sebagai senjata.”
”Dia pasti ada di pihak saya.”
”Segera selesaikan semuanya untuk kamu mendapatkan bagian kamu.”
”Bantu singkirkan gadis itu.”
”Itu hal kecil. Tunggu saja!”
•~~~~~~~~~~•
Perkataan terakhir dari Anjasmara tidak pernah Violet pahami. Mungkin, Violet belum cukup dewasa untuk mengerti setiap perkataan Anjasmara.
Keinginan nya yang menggebu untuk mendapatkan cinta dari si duda tidak dapat di bohongi dengan apapun. Violet, sering lebih dulu menghubungi Anjasmara meskipun itu hanya sekedar menanyakan apakah Anjasmara sudah makan atau tidak.
Pelajaran yang Violet berikan untuk Bening sudah mulai ia lakukan meskipun sikap Bening sedikit cuek terhadap dirinya. Tidak masalah, Violet cukup memahami perasaan Bening.
Sambil mengisi materi pelajaran untuk Bening, Violet juga sering kali mengajak Bening untuk bercanda. Menanyakan kegiatan sekolah dan hal-hal yang anak itu sukai.
Bening cukup senang dengan cara mengajar Violet yang santai dan tidak terkesan menggurui. Apalagi materi yang di berikan bukan melulu soal materi pelajaran tetapi permainan yang cukup mengasikan untuk dapat memahami pelajaran tersebut.
Di sekolah, Bening sedikit kesulitan memahami materi yang di berikan oleh gurunya dan itu membuat ia sedikit tertinggal dengan teman satu kelasnya. Hal ini, Bening akui tetapi tidak ingin menunjukkan pada Violet.
Bening, masih belum menerima jika Violet nantinya akan menggantikan Kirei menjadi ibu sambungnya. Tetapi, Bening juga sedikit mengerti jika sang ayah butuh bahagia.
”Gimana, ada yang mau di tanyakan?” Tanya Violet pada Bening yang sejak tadi melamun.
”Oh, tidak ada.” Jawab Bening lagi.
”Apa materinya membosankan? Kalau iya kita sudahi saja.”
Keduanya berada di ruang perpustakaan mini milik Anjasmara. Anjasmara, tidak ada di rumah karena masih mengurusi beberapa kerjaan di kantor. Padahal kan Violet mau ketemu sama si duda lagi. Sikap Anjasmara masih saja cuek padahal kan menurut Violet mereka berdua sudah lebih dekat. Dasar orang dewasa susah di mengerti.
”Aku capek.” Ucap Bening lagi. Lalu setelahnya Bening pergi meninggalkan Violet sendiri di perpustakaan.
Melihat Bening pergi Violet hanya bisa menghembuskan nafas beratnya. Susah sekali mendekati Bening.
Violet habiskan satu gelas es jeruk yang di siapkan oleh Bi Asih tadi. Lalu, Violet pun membaringkan tubuhnya di sofa yang berada di dalam perpustakaan itu. Sedikit merebahkan tubuhnya setelah itu Violet akan pulang.
Cukup lelah setelah banyak berbicara mulai dari kampus dan berakhir mengisi materi tadi untuk Bening. Tidak menunggu waktu lama, Violet pun sudah jauh ke alam mimpi. Hembusan nafasnya teratur dengan mulut sedikit terbuka.