Happy reading ❗
Perjalanan menuju Senopati Grup menjadi sangat lama bagi Violet. Hatinya resah tidak tenang. Violet ingin secepatnya bertemu dengan Anjasmara, memeluk lelakinya, meminta maaf karena ia sudah sangat keterlaluan kemarin.
Jakarta memang selalu macet di setiap harinya dan Violet sudah terbiasa akan hal itu. Tetapi kali ini Violet sungguh tidak sabar dan ingin menerobos kemacetan.
”Mas, apa enggak bisa cari jalan alternatif lain?” Ucap Violet dengan raut wajah cemas.
”Maaf Vi, mas tidak terlalu hafal jalan di sekitar sini.” Jawab Bima. Memang benar Bima hanya sesekali ke Jakarta dan dia kurang tau jalan alternatif untuk menghindari kemacetan.
”Kamu sabar ya, sebentar lagi jalan kok.” Ucap Bima mencoba menenangkan Violet yang terlihat sangat gelisah.
Akhirnya setelah satu jam terjebak dengan kemacetan dan panasnya Jakarta, mobil yang di bawa oleh Bima bisa melaju dengan lenggang tanpa hambatan. Violet sedikit bernafas lega. Kantor Anjasmara tinggal beberapa meter saja setelah lampu merah di depan.
Violet terus mengigit kukunya dan mencoba lagi menghubungi nomor Anjasmara tetapi tetap saja tidak bisa terhubung. Jangan sampai Anjasmara keluar dari kantor dan Violet belum sampai disana. Pokoknya masalah ini harus selesai hari ini juga. Violet tidak ingin masalah ini berlarut-larut dan semakin membuat Anjasmara salah paham.
Sesampainya di depan kantor Senopati, Violet langsung membuka pintu mobil dan berlari ke arah dalam kantor, meninggalkan Bima sendiri di dalam mobil. Ini adalah kali pertama Violet datang ke kantor Anjasmara. Violet tidak tahu dimana ruangan Anjasmara. Violet tidak tahu ia harus naik ke lantai berapa dan Violet juga tidak tahu harus bertanya pada siapa.
Di tengah kebingungan, Violet berdiri di lobby utama kantor tersebut. Melihat sekitar tetapi tidak ada satu pun yang sekiranya bisa Violet tanya. Semua sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Otak Violet buntu di saat genting seperti ini. Rasanya Violet ingin menangis saja.
Violet tutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, biarkan saja seluruh orang di lobby melihat dirinya yang aneh. Terlalu sesak di hatinya saat ini.
Selang beberapa detik, Violet mendengar satu langkah kaki berjalan ke arah dirinya dengan langkah tegas. Violet pun membuka kedua telapak tangannya. Di hadapannya berdiri seseorang yang sangat ingin ia temui, Anjasmara Senopati, lelakinya yang telah Violet sakiti.
Berdiri tegap dengan tatapan tajam mengarah ke Violet. Tidak menunggu lama lagi Violet segera memeluk Anjasmara sangat erat. Keduanya langsung saja menjadi pusat perhatian semua orang di lobby.
Haikal dan Bima langsung mundur menyaksikan keduanya saling memeluk. Violet peluk Anjasmara erat, menangis tersedu-sedu di dada Anjasmara. Anjasmara sendiri masih mencerna dengan apa yang terjadi. Mungkinkah ia masih mabuk melihat Violet kini mendekap dirinya. Tetapi pelukan perempuan itu terasa nyata dan hangat.