Bab 2

103 8 3
                                    

1 tahun kemudian.

"Sean lo kenapa ? Diam aja dari tadi. "Tanya Iras sahabat Sean.

"Ngak ada apa apa ." Jawab Sean dingin.

"Sebanyak ini cewek apa gak ada gitu yang membuat lo tertarik ?" Pasal nya mereka saat ini berada di klub malam.

"Gak." Jawab singkat Sean."

"Hai om, aku temani ya." Tiba tiba 2 orang perempuan menghampiri Sean dan Iras.

Wajah tampan Sean membuat wanita wanita tersebut mengilai Ceo yang terkenal dingin itu. Namun tidak ada satu pun perempuan yang berhasil menadapat kan Sean.

Iras sebagai teman nya merasa cemas takut Sean belong.

"Gue cabut dulu ya ?" Ucap Sean beranjak pergi.

"Eh kemana bro, ayo lah temanin mereka berdua." Iras mencoba menahan kepergian Sean.

"Kalau lo mau ambil saja, gue gak tertarik barang murah." Ucap Sean tajam, Sean pun pergi meninggal kan Iras.

Sesampai nya Sean di rumah sang kakak, Sean langsung menuju kamar nya, namun saat iya melewati kamar Sasa, Sean pun langsung masuk.

Sean menatap foto Sasa memakai pakaian sekolah. Sasa terlihat sangat cantik.

"Uncle kangen Sa, andai uncle punya keberanian mungkin saat ini kita sudah bersama, maafkan uncle sayang." Sean mencium foto Sasa.

Saat Sean keluar, Sean kaget dengan ke hadiran Wijaya yang berdiri di ambang pintu.

"Sejak kapan ?" Tanya Wijaya dingin.

"Maksud kakak ?" Tanya Sean pura pura tidak mengerti.

"Aku sudah mendengar semua nya tadi, jadi tak perlu berkilah lagi Sean ." Wijaya menatap Sean dengan tajam.

"Maaf kak, aku ngak tau persis kapan tumbuh nya perasaan tersebut, namun aku selalu menepis nya. Tapi saat Sasa menyatakan perasaannya aku masih mengelak, namun Saat Sasa pergi aku baru sadar bahwa aku mencintai nya." Ucap Sean tertunduk lemah.

"Jadi kepergian Sasa ada kaitan nya dengan mu?" Tanya Wijaya penuh selidik.

"Iya kak, saat Sasa menyatakan perasaan nya, aku menolak nya hingga iya merasa patah hati, Sasa pergi agar bisa melupakan aku." Jawab Sean jujur.

"Ya tuhan Sean, kenapa harus Sasa ? Kamu tau bukan dia keponakan mu sendiri." Wijaya masih tidak percaya adik angkat nya mencintai putri bungsu nya.

"Aku sudah coba untuk membuang nya kak, tapi 1 tahun kepergian Sasa membuat ku hilang akal, hingga aku berniat menyusul nya." Ungkap Sean tertunduk tidak berani menatap Wijaya.

"Sean jangan gila kamu, dia keponakan mu sendiri Sean, sampai kapan pun aku tak akan merestui kalian." Tegas Wijaya.

Wijaya pergi meninggal kan Sean dengan penuh rasa kecewa, sedang kan Sean hanya tertunduk sedih tidak tau harus apa.

****

Di belahan dunia, gadis cantik sedang mengintai musuh nya. "Kalian siap ." Ucap gadis itu pada anak buah nya.

"Siap Queen." Ucap mereka serentak.

"Bagus, ingat tidak boleh satu pun yang kabur, jika ada nyawa kalian taruhan nya." Gadis itu menghitung sampai 3.

"Serbu." Teriak nya.

Anak buah Queen sudah menyerbu dari berbagai penjuru.

Dor

Dor

Dor

Suara tembakan bersaut sautan. Sedangkan sang gadis hanya memantau dari kejauhan.

Gadis itu adalah Sasa, Sasa  ketua mafia yang terkenal kejam. Baru 10 bulan memimpin namun banyak sudah banyak kelompok yang iya hancur kan.

Kelompok yang Sasa hancur kan adalah kelompok perdagangan manusia, dari mulai anak anak hingga para gadis.

****

Bugghhh.

"Uhuk uhuk."

Sean terbatuk batuk saat Alvero memukul nya. Sean di hajar oleh Alvero habis habisa.

"Kenapa harus Sasa uncle ?" Teriak vero.

"Maafkan uncle ver." Ucap Sean memengang perut nya.

Vero pun kembali menghajar Sean.

"Hentikan." Teriak wijaya saat vero ingin memukul kepala Sean dengan vas bunga.

"Kenapa papa hentikan aku, biar ku bunuh dia sekalian." Emosi Vero tak terkendali saat Wijaya memberitahu kan nya masalah Sasa dan Sean.

"Apa kah kalau dia mati semua selesai ? Tidak bukan." Wijaya membantu sang adik berdiri, lalu membawa Sean ke ruang keluarga.

Raisa membantu mengobati luka di wajah Sean, setelah selesai Sean pamit masuk ke kamar nya.

"Uncle harus apa Sa, semua orang menetang hubunggan kita, maafkan Uncle Sa, Uncle tak bisa memperjuangkan cinta kita. Tapi doa uncle tidak pernah putus, uncle selalu mintak agar kita bisa bersatu suatu hari nanti." Air mata Sean jatuh berderai membasahi kedua pipi nya.

"Kita berhasil Queen, semua anggota dan ketua nya sudah tewas." Lapor kemal tangan kanan Sasa.

"Bagus kemal, jangan lupa beres kan semuanya, dan juga lupa lepas kan para tahanan." Perinta Sasa.

"Baik Queen." Sasa mematikan panggilan begitu saja, lalu menatap foto yang terletak di atas meja kerja nya.

"Apa kabar Uncle, sudah 1 tahun lama nya kita tak bertemu, apa tak ada sedikit pun uncle merindui ku ? Sedangkan aku disini sangat merinduimu uncle, cinta itu tak pernah padam, malah ku rasa semakin bertambah." Manolog Sasa

"Sekarang aku sudah berubah uncle, aku sekarang bukan Sasa yang dulu lagi, sekarang aku seorang manusia kuat uncle, tapi diluar saja, kalau di dalam aku masih rapuh. Hati ku masih belum utuh uncle." Sasa kembali menyimpan foto tersebut, iya tidak mau lagi sedih jika teringat Sean.

Sasa teringat kejadian yang membuat nya jadi ketua mafia.

CEO TAMPAN DAN QUEEN MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang