Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Selamat siang, apa kabar guys?
Aku kembali setelah libur beberapa hari, hehehe.Jangan lupa vote dan komen ya... selamat membaca!
17. Membuat Nasi Goreng
Bau harum menguar dari bumbu halus yang sedang ditumis, membuat perut kosong menjadi tidak sabar untuk segera mengisi perut. Setelah bumbu dirasa matang dan berubah warna, Dylan segera memasukkan bahan-bahan untuk membuat nasi goreng yang sudah dia siapkan sebelum menumis.
"Pintarnya putra Mama," puji Mama Liana yang merasa senang karena putranya sudah tumbuh dewasa dan mandiri.
Namun, berbeda dengan pemikiran Dylan yang merasa diperlakukan seperti anak kecil. "Dylan bukan bocil lagi Ma," kesalnya mengungkapkan apa yang dia rasakan pada sang mama.
Mama Liana tertawa pelan, "Tetap saja Lan. Kamu itu putra kecil Mama dan Papa. Walau sekarang sudah tumbuh besar, Dylan tetap menjadi putra kecil Mama."
Dylan mengangguk dan diam, dia tidak berniat menanggapi ucapan sang mama. Bukan karena tidak peduli, tapi nasi goreng buatannya sudah jadi dan harus segera disajikan.
"Nih!" Dylan menyerahkan nasi goreng buatannya pada sang mama. "Mama coba, terus kasih nilai buat masakan Dylan. Soalnya lama gak masak."
"Lama gak masak?" tanya Mama Liana yang heran. Pasalnya dia sangat mengenal putranya yang suka memasak jika merasa bosan.
"Hem. Soalnya ada Abid, jadi kalo gak Abid yang masak kami beli lauk matang," jelas Dylan.
"Pasti mager," tebak Mama Liana yang memang benar seperti itu. Dylan juga tak mengelak, "Jangan biasakan jajan, Lan."
"Iya," jawab Dylan patuh. "Itu gimana? Enak gak?" tanya Dylan lagi, karena Mama Liana sudah mencicipi nasi goreng buatannya.
"Enak," jawab Mama Liana.
"Bener? Rate 1-10 berapa Ma?"
"Delapan," jawab Mama Liana.
"Itu sih biasa Ma," jawab Dylan.
"Terus kamu maunya berapa?"
"Sepuluh," jawab Dylan.
"Bersyukur dapat rate 8, Lan. Papa yakin masakanmu tak seenak masakan Mama," sahut Papa Andrew.
"Kayak Papa bisa masak aja," balas Dylan yang kesal karena Papa Andrew meremehkannya.
"Kenapa Papa harus bisa masak?" tanya Papa Andrew dengan percaya diri. "Sedangkan Papa punya istri cantik yang pandai memasak," sombongnya.
"Yaaa...Dylan ngalah."
Setelah mengatakan itu Dylan segera menghabiskan nasi goreng yang sudah dia buat. Sedangkan Papa Andrew hanya tertawa pelan karena berhasil menjahili putra semata wayangnya.
"Papa," tegur Mama Liana.
"Tak apa Ma. Putra kita bukan manusia yang mudah baper," jawab Papa Andrew.
Dylan yang baru sadar jika sang papa baru pulang dari luar. Langsung mencecarnya dengan pertanyaan.
"Papa dari mana?"
"Rumah teman," jawab Papa Andrew. "Terima kasih," ucap Papa Andrew pada Mama Lian yang membuatkannya teh hangat.
"Rekan kerja?" tebak Dylan.
Papa Andrew mengangguk, "Iya. Oh! Papa ingat, putri teman Papa satu kampus dengan mu."
"Hanya satu kampus Pa," tanggap Dylan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terima Kasih Dylan
SpiritualNazima Adira Alifa Al-Ghifari, gadis berusia 18 tahun yang baru masuk ke dunia perkuliahan. Di usia yang baru beranjak dewasa ini merupakan masa pencarian jati diri. Di masa ini pula, dia jatuh cinta. Jatuh cinta adalah fitrahnya manusia, setiap man...