Assalamualaikum
Hallo! Apa kabar guys? Semoga selalu dapat lindungannya, aamiin.
Aku sengaja update sekarang, malam takut terlupa. Jadi kalo masih nemu typo... jan lupa ditandai ya :D
Thank you udah mau vote and komen di bab-bab sebelumnya... di bab ini juga jangan lupa yaa...
Gws buat yang sakit
Selamat membaca
14. Semanis Senyummu
Melihat langit yang cerah dari balik jendela membuat semangat Dylan bertambah. Dia berjalan sambil bersenandung, hal itu tidak lepas dari perhatian mamanya.
"Semangatnya putra Mama," ujar Mama Liana ikut senang karena putranya terlihat bahagia.
"Mama nih! Kalo lemes ditegur, semangat dikit juga kena tegur," balas Dylan.
Mama Liana menggeleng pelan, putra besarnya kembali bertingkah seperti bocah berusia tujuh tahun. "Anak Mama balik kecil ya," ledek Mama Liana.
Bukannya marah diledek sang mama, Dylan bertambah manja dengan bergelayut manja di lengan mamanya. Dia benar-benar bertingkah seperti bocah.
"Dylan!" panggil Papa Andrew yang baru datang. "Jangan seperti itu pada istri Papa," tegurnya.
Dylan merengut kesal, "Istri Papa itu Mama Dylan," ucap Dylan menekan kata Mama.
"Tapi Mama istri Papa," timpal Papa Andrew masih kekeh.
"Mama Dylan," kekeh Dylan.
Mama Liana memijit keningnya sebentar, dia heran pada dua laki-laki ini. Mereka sudah sama-sama dewasa. Bahkan suaminya adalah seorang ayah, tapi lihat sikapnya yang suka menggoda putra tunggalnya tersebut. "Mama mohon jangan mulai lagi," ucap Mama Liana menengahi keduanya. "Apa tidak bisa sehari saja kalian akur tanpa berdebat?"
"Enggak Ma," jawab Dylan.
"Tidak Sayang," jawab Papa Andrew bersamaan dengan Dylan.
Keduanya saling pandang lalu tertawa bersama, mereka suka melihat wajah kesal wanita cantik yang sangat berharga untuk keduanya.
Dylan mencium pipi sang mama, "I am sorry, Mom."
Sedangkan Papa Andrew merenggangkan tangan mengode Mama Liana agar membalas pelukannya. Lalu ketika Mama Liana membalas pelukan Papa Andrew, dia berbisik dengan mesra, "Terima kasih sayang."
"Hem!" Dylan berdehem dengan kencang dan disengaja, "Sudah cukup untuk tontonan paginya, Pa."
"Cepat cari wanitamu," ujar Papa Andrew.
"Benar kata Papa. Kamu belum pernah mengenalkan perempuan pada kami," tambah Mama Liana. "Atau mau Mama kenalkan dengan putri teman-teman Mama?"
"No!" Dylan menolak dengan cepat. "Tunggu sebentar, Ma. Jangan mendesak," pinta Dylan.
Mama Liana langsung memandang Papa Andrew. "Kamu sudah memiliki kekasih?"
"Hem," Dylan sedikit ragu untuk menjawab, "Belum ... sebentar lagi. Pasti akan ku bawa dia pulang."
Melihat keyakinan putranya, Mama Liana dan Papa Andrew mengangguk setuju. "Tepati ucapanmu," pesan Papa Andrew.
****
Setelah memarkirkan motornya, Adira segera berlari ke kelas. Dia sudah hampir terlambat masuk kelas hari ini. "Ya Allah, mana dosennya galak lagi," batin Adira.
Dia sangat takut jika sampai terlambat di kelas dosen mata kuliah hari ini karena dia tidak mau jika tidak diizinkan untuk masuk. Masih teringat dengan jelas, kejadian minggu lalu dimana ada teman kelasnya yang nekat masuk dan diusir oleh dosen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terima Kasih Dylan
EspiritualNazima Adira Alifa Al-Ghifari, gadis berusia 18 tahun yang baru masuk ke dunia perkuliahan. Di usia yang baru beranjak dewasa ini merupakan masa pencarian jati diri. Di masa ini pula, dia jatuh cinta. Jatuh cinta adalah fitrahnya manusia, setiap man...