>30<

43 16 0
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Selamat sore menjelang malam guys!
Maaf banget update diwaktu maghrib. Soalnya kalo bukan sekarang nanti terlupa hehehe... habis ini mau tempur dengan tugas.

Btw aku dah baca beberapa komen kalian, kalo kalian menemukan typo lagi jangan lupa di tandai yaa... nanti kalo udah end ini cerita, bakal di revisi kok😁

Selamat membaca, dan tinggalkan vote plus komen kalian

30. Perjodohan

Dylan kembali pulang ke rumahnya, dia berharap kedua orang tuanya sudah kembali pergi bekerja seperti biasa. Namun, itu hanya menjadi harap karena Mama Liana langsung menghampiri putranya yang baru kembali.

"Ian dari mana? Sudah makan?"

Dylan menjawab dengan gelengan pelan. Dia tidak merasa lapar sama sekali. Melihat sikap putranya yang seperti ini membuat Mama Liana khawatir.

"Mama sudah masak makanan kesukaan Ian. Kita makan dulu ya? Mama temanin," ajak Mama Liana yang menggandeng Dylan ke ruang makan.

Seperti perkataan Mama Liana, beliau sudah memasak makanan kesukaan Dylan. Tapi lagi-lagi mungkin karena tidak merasa lapar, Dylan tidak tertarik untuk makan.

"Dylan ke kamar dulu," pamitnya tanpa duduk lebih dulu.

"Ian!" panggil Mama Liana karena Dylan langsung beranjak pergi.

Papa Andrew yang mendengar teriakan istrinya yang memanggil putranya segera menghampiri istrinya. "Ada apa sayang?"

"Ian, Mas...." Mama Liana tak bisa membendung tangisnya. Dia merasa gagal menjadi seorang ibu.

"Biarkan...." Papa Andrew langsung memeluk istrinya. "Dia sudah dewasa. Biarkan dia berpikir, jika masih sama Mas putuskan akan menerima tawaran perjodohan itu."

"Tapi...."

"Itu keputusan paling tepat," tegas Papa Andrew.

Mama Liana hanya bisa mengangguk dan pasrah dengan keputusan final sang suami. Dia berdoa, semoga putranya tidak meninggalkan agamanya hanya karena seorang perempuan.

Bukannya dia tidak suka pada gadis yang disukai putranya. Tapi dia tidak ingin suatu saat ketika mereka benar-benar bersama dan menikah karena cinta. Cinta itu akan hilang dan pernikahan pun akan selesai.

****

Masuk kamar, Dylan langsung membersihkan diri. Setelah merasa segar dia merasa sangat bersalah pada sang mama.

"Gue terlalu kasar sama Mama," lirih Dylan. "Jangan tambah bego karena orang tua lo gak dapat dukungan mereka...."

Dylan mengacak rambutnya kasar. Rasanya dia sangat ingin memukul sesuatu untuk melampiaskan kekesalannya. Tapi dia urungkan karena tidak mau membuat Mama Liana bertambah khawatir dengan sikap kanak-kanaknya.

"Kenapa hidup ini gak adil!" gumam Dylan.

"Apa salahnya jatuh cinta?"

"Kalo memang jatuh cinta salah. Kenapa harus ada hati?"

Dylan bergumam menatap ke langit-langit kamarnya, lalu memejamkan mata karena rasa pusing yang terasa lebih sakit dari sebelumnya.

Tok tok tok....

"Mama masuk ya Ian?" Mama Liana meminta izin untuk masuk ke dalam kamar. Walau mendengar, Dylan tidak menjawab. Dia masih diam dengan posisi yang sama.

Clek. Pintu tetap dibuka oleh Mama Liana walau Dylan tidak menjawab. Dylan sendiri juga baru teringat belum mengunci pintu kamarnya.

Terima Kasih DylanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang