Hallo! Udah aku revisi nih. Harusnya udah ga ada yang tertinggal. Tapi kalo masih nemu typo, tandain aja. Jangan lupa kasih vote oke?
Oke.
23. Roomchat Me
Aldo menghentikan motornya di penjual martabak langganan mereka. Sebelum pulang keduanya memutuskan untuk mampir jajan lebih dulu. Tadi mereka juga diberitahu Umma Aira, jika Amma Jihan akan menginap bukan hanya Amma Jihan, tapi juga Uncle Zero yang juga akan datang berkunjung.
"Mau rasa apa kak?"
"Coklat sama keju aja. Kamu tungguin martabaknya, Kakak mau beli cilok dulu."
"Oke," jawab Aldo.
Mereka berbagi tugas membeli jajanan. Setelah semuanya terbeli mereka langsung pulang ke rumah. Sampai di rumah, sudah ada Uncle Zero dan keluarga.
"Assalamualaikum!"
"Wa’alaikumussalam."
"Ponakan Uncle emang terbaik," puji Uncle Zero.
"Bukan buat Uncle. Kalo Uncle mau, minta uang sini. Aldo beliin gapapa," ucap Aldo.
Wajah berseri Uncle Zero langsung pudar berganti dengan wajah suram. "Bapak sama anak sama aja," gumam Uncle Zero.
Umma Aira yang mendengar gumam kakaknya hanya tertawa pelan. Sesaat dia teringat pada ponakannya yang masuk ke pesantren, liburan semester juga tidak lama lagi seharusnya sudah ada pemberitahuan dari pihak pesantren.
"Kak," panggil Umma Aira.
"Ya?"
"Kapan kakak jemput Leo?"
"Belum ada info libur semester," jawab Uncle Zero. "Kalo udah ada kabar, dikasih tahu di grup kita makan-makan."
"Dira ikut ya Uncle," pinta Adira dengan wajah memohon andalannya. Dia sangat tahu, pamannya tidak akan menolak selama itu bukan hal buruk.
"Kayak bocil lo!" ledek Aldo. "Umma pergi dikit ikut, Baba pergi dikit ikut, Uncle pergi juga lo mau ikut Kak." Aldo berkacang pinggang sambil geleng-geleng heran dengan sikap kanak-kanakkah kakaknya.
"Mandi!" teriak Adira tepat di kuping Aldo lalu berlari naik ke kamarnya.
"Sakit kuping gue!" Aldo segera berlari menyusul sang kakak yang sudah berlari ke lantai dua. Jika sedikit lebih cepat, Aldo bisa meraih kakaknya sebelum pintu kamar ditutup.
"Awas aja nanti!" teriak Aldo.
Adira yang mendengar dari kamar tertawa puas karena berhasil menjahili sang adik. Setelah dirasa aman dan dia tidak mendengar omelan Aldo, Adira langsung bersiap mandi. Badannya sudah terasa sangat lengket.
Selesai mandi, Adira tidak langsung turun. Dia memilih berdiam dikamar, kalo sudah waktunya makan dia akan turun membantu Umma Aira menyiapkan makan malam mereka.
****
Selesai mandi, Dylan berniat masak untuk makan malam. Dia ingin membuat sayur bening dan ayam goreng, kebetulan hanya bahan-bahan itu yang tersisa di dalam kulkas.
Setelah 30 menit lamanya berkutat dengan alat masak. Dylan langsung membereskannya, lalu menyajikannya di meja makan. Tidak lupa di memfoto hasil masakkannya. Seperti biasa, selesai masak dia akan melaporkannya pada sang mama.
Dylan [Anda]
(Foto)Lapor! Hari ini Ian buat sayur bening dan ayam goreng
Karena merasa haus, Dylan berniat membuat es jeruk. Selesai membuat es jeruk, dylan membawanya ke ruang tengah untuk menonton tv.
Karena ponselnya bergetar, Dylan langsung mengeceknya. Ada balasan pesan, tapi bukan dari Mama Liana. "Bjir!" umpat Dylan yang baru menyadari telah salah mengirim pesan.
"Gue kenapa sih!" heran Dylan. Dia sangat bingung akan membalas apa.
Dira
Salah kirim?Dylan [Anda]
SorrySetelah mengirim balasan kepada Adira, Dylan diam-diam menantikan balasan dari gadis itu ketika pesannya sudah dibaca. Namun, itu hanya menjadi angannya karena gadis itu tidak membalas pesannya.
****
Tok tok tok"Kak! Lo gak turun? Yang lain udah kumpul," tanya Aldo dari luar kamar.
"Otw! Duluan aja," jawab Adira.
"Oke! Gue duluan ya."
"Iya," jawab Adira. Merasa respon Aldo biasa saja, sepertinya adiknya sudah melupakan masalah tadi.
Tidak mau membuat yang lain menunggu lebih lama karena semua sudah kumpul, Adira segera bersiap-siap. Dia mengingat rambut panjangnya lebih dulu baru menggunakan hijab instan yang sudah dia siapkan. Sebelum keluar, Adira kembali bercermin untuk mengecek ulang penampilannya.
Merasa sudah cocok, Adira langsung meraih ponselnya. Ada pesan baru yang masuk dari nomor Dylan. Kakak tingkatnya itu sudah mengkonfirmasi pertanyaan yang dia kirim. Tadi Adira mendapat pesan sebuah foto masakan dan dia sangat yakin jika itu salah kirim. Untuk memastikan hal itu, Adira bertanya dan langsung dibalas. Tapi Adira tidak berniat membalasnya lagi, dia merasa cukup dengan hanya membaca pesan tersebut.
Karena baterai ponselnya juga tinggal sedikit, Adira memilih mencharger. Lalu di segera menyusul adiknya, jangan sampai dia membuat yang lain menunggu lebih lama lagi.
Benar saja. Ketika sampai di ruang makan, semua sudah berkumpul. Bahkan Umma Jihan dan keluarga sudah bergabung.
"Ayo duduk Kak!" tegur Umma Aira pada Adira yang hanya diam melihat.
"Eh! Iya Umma."
Adira segera duduk di kursi yang masih kosong, dia menyapa Rabia yang terlihat sudah tidak sabar untuk makan.
"Bia!"
"Iya Kak Dira," jawab Rabia. Fokus gadis kecil itu tetap pada makanan di depannya. "Masih lama ya Kak?" tanya Rabia pelan tapi masih bisa didengar para orang tua.
"Ayo makan. Kasihan ponakan Uncle udah laper ya Bia?" tanya Uncle Zero.
Rabia dengan malu-malu mengangguk pelan, "Iya. Bia udah laper. Mau makan."
Mendengar jawaban dari gadis kecil yang memiliki wajah lucu membuat para orang dewasa tertawa. Setelah memastikan semua lengkap, Baba Zaidan mempersilahkan untuk segera makan sebagai tuan rumah.
Adira dengan gesit membantu si kembar untuk mengambil makan malam mereka.
"Ini buat Bia," ucap Adira menyerahkan piring berisikan makan yang sekiranya Rabia suka. "Yang ini buat Aziz."
"Terima kasih Kak," ucap Rabia.
"Makasih Kak," ucap Aziz.
"Sama-sama."
#20Juni2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Terima Kasih Dylan
SpiritualNazima Adira Alifa Al-Ghifari, gadis berusia 18 tahun yang baru masuk ke dunia perkuliahan. Di usia yang baru beranjak dewasa ini merupakan masa pencarian jati diri. Di masa ini pula, dia jatuh cinta. Jatuh cinta adalah fitrahnya manusia, setiap man...