Hari – hari Hana jalani seperti biasa, Zainal yang setiap jam makan siang mengunjungi Hana ke Lacuna. Keduanya memang selalu bertemu tapi hanya untuk sekedar makan siang, mengobrol tentang 'kisah nya' pun tidak sempat dikarenakan kesibukan masing – masing, jika bertemu pasti selalu membahas pekerjaan. Hana berfikir mungkin karena baru saja Zainal buka klinik baru, sehingga ia masih harus beradaptasi untuk mengatur semuanya. Apa Zainal juga berpikir hal yang sama?
Pagi ini para orang tua Hana dan Zainal sudah berencana berlibur bersama dengan dalih pekan ini adalah long weekend. Bagi Hana semua hari sama saja, ia tidak begitu berminat untuk pergi berlibur, malah dalam hatinya Hana ingin sekali bermalas – malasan pada akhir pekan ini.
"Dek nanti berangkat sama Zainal ya, Zainal jemput kesini." Ucap Adzlan
Saat ini Hana masih betah rebahan di atas kasur nya, benar – benar ia tidak berminat untuk beranjak dari tempat ternyaman nya itu.
"Kenapa gak bareng Ayah aja?" Tanya Hana sambil mata nya tetap fokus pada layer ponsel.
"Ibok gak mau Ayah yang bawa mobil, jadi Abang sama Novia satu mobil sama kita."
"Terus di mobil keluarga Om Fikri ada Nabila sama Paul katanya." Lanjut Adzlan
"Ya udah." Tidak ada penolakan sama sekali dari Hana, biasanya ia selalu protes. Namun kali ini Hana benar – benar terlihat pasrah saja.
Adzlan menyadari jika anak gadis nya itu sedang merasakan sesuatu yang tidak biasanya.
"Dek, Ayah boleh masuk gak?" Adzlan meminta izin kepada Hana yang sedari tadi hanya mengobrol di depan pintu kamar.
"Kenapa Yah?" Hana masih dalam posisi tiduran dengan memainkan ponsel nya.
"Adek kenapa?"
Ketika kata itu keluar dari mulut sang ayah, Hana langsung bangkit dan duduk.
"Caca gapapa."
"Adek jangan bohong."
"Beneran Caca gapapa Ayah."
"Ya udah kalo adek gak mau cerita sama Ayah. Tapi kalo ada apa – apa yang ganggu pikiran adek bilang sama Ayah."
"Iya. yaudah Caca mau siap – siap dulu, belum packing."
Yang menganggu pikiran Hana sebenarnya bukan masalah yang besar, namun dasar nya saja Hana terlalu overthinking yang membuat diri nya sendiri merasa capek dan tidak mood.
-
Hana sudah siap dengan satu koper yang berisi baju dan keperluan lainnya. Kini ia tinggal menunggu Zainal karena keluarga nya sudah pergi lebih dulu.
"Mbak, Caca mau minta tolong bikin susu strawberry yang dikulkas tapi di angetin boleh?" pinta Hana kepada ART nya itu.
"Iya tunggu sebentar ya dek, itu kaya nya Zainal udah dateng. Mbak kebelakang dulu."
Dengan senyuman termanis nya Zainal menghampiri Hana. Belum sempat menyapa gadisnya itu, Hana terlebih dahulu meminta izin untuk menunggu Mbak Dewi membuatkan susu hangat untuk nya.
"Ayo Ka." Ajak Hana
"Mbak Dewi kita pamit ya." Ucap Zainal
"Hati-hati ya Nal, titip adek."
"Siap Mbak tenang aja."
Ya betul, Zainal bahkan sudah kenal dekat dengan asisten rumah tangga keluarga wicaksana.
Saat Zainal mengendarai mobil ia teringat perkataan Ayah Hana siang tadi bahwa sepertinya Hana sedang merasakan sesuatu yang mengganggu pikirannya.
"Sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Struggle but she's my home [Salma x Rony]
FanfictionStruggle but she's my home, itulah yang menggambarkan perasaan Rony kepada Salma.