25
Alasya
Hari berlalu dengan cepat, saat ini aku sedang di kejar oleh tugas-tugas akhir serta ujian praktek. Kali ini kami mendapatkan tugas untuk membuat kerajinan gips yang di buat sendiri dan pada saat itu Keya menyarakan agar kami semua melalukan tugas itu bersama karena menurut Keya cewek-cewek tidak bisa mengolah gips bubuk sendiri, jadi lebih baik bersama agar ada bantuan dari laki-laki.
Akhirnya pada hari minggu kami memutuskan mengerjakan tugas itu di rumah Agatha, di luar para laki-laki sibuk mengolah gips dan kami para wanita sibuk di dapur untuk membuat makanan. Setelah beres aku duduk di dekat jendela seraya menengok keluar untuk melihat Rey, Rey menatap ku, tersenyum, kemudian menghampiri ku.
"Hey lagi apa?" tanyanya.
"Lagi lihat." jawab ku.
"Lihat aku?" tanyanya lagi dengan suara agak pelan mungkin karena dia malu bertanya begitu.
Aku hanya mengangguk dengan senyuman.
"Tinggal dua lagi, udah itu beres deh. Kalau yang kamu udah beres dari tadi dan udah aku jemur juga disana."
"Makasih ya."
"Sama-sama cantik."
Aku hanya tersenyum, Rey kemudian kembali sibuk mencetak gips di depan ku. Tangan ku tiba-tiba meraih rambutnya, aku merapikan rambutnya yang agak berantakan, dia hanya tersenyum seraya fokus menyelesaikan tugasnya.
Setelah semua itu selesai Rey tiba-tiba bergegas untuk pulang karena mendapat telepon dari ibunya. Dia bahkan belum sempat makan dan minum air yang sudah aku siapkan sedari tadi. Dia bergegas keluar tanpa mengatakan apapun kepada ku, aku berlari kecil menghampirinya keluar, "Rey, hati-hati."
Dia mengangguk dengan wajah yang sedikit pucat, lalu berkata "Nanti aku kabarin kalau udah sampai rumah."
"Ya." jawab ku.
Diapun pergi dengan mengendarai sepeda motornya yang sedikit mengebut.
55 menit telah berlalu sejak Rey pulang, tiba-tiba hujan turun dengan begitu deras. Belum ada kabar dari Rey, aku ingin bertanya lebih dulu tapi aku takut mengganggu dan terlihat tidak sabar, akhirnya aku mengurungkan niat ku seperti biasa.
Semua orang berkumpul di ruang tengah, Ragil mengambil gitar dan mulai memainkan sebuah lagu, mereka mulai bernyanyi bersama dan tertawa namun aku hanya terdiam seraya bersandar pada Agatha.
"Pasti Alasya mikirin Rey, tenang aja dia gak kehujanan kok dia lagi santai di rumahnya." Ucap Fadil.
"Dia udah sampai?"
"Udah."
"Kapan?"
"55 menit lalu."
"Ahh gituu, syukurlah."
Ya! Kalian pasti tahu apa yang aku pikirkan. Kenapa dia tidak mengabari ku, padahal aku menunggunya dengan berbagai pikiran yang ada di kepala ku. Aku takut ada masalah dirumahnya, takut dia terjebak hujan dsb. Tapi tidak apa-apa mungkin dia lupa. Tak lama dari itu 1 pesan masuk membuyarkan pikiran ku.
[ "Rey udah sampai." ] Rey.
[ "iya, alhamdulillah." ]
[ "Fadil bilang Alasya diem aja gak ikut nyanyi sama yang lain, kenapa?" ]
[ "gapapa, aku kan ga bisa nyanyi." ]
[ "Gara-gara Rey kah? Gak apa-apa kok, dirumah baik-baik aja.
Cuma tadi emang agak panik di telepon ibu dengan nada tinggi." ]
[ "ahh gituu, syukurlah." ]
[ "Iya sayang, jadi jangan diem aja ya. Nikmatin waktu sama temen-temennya." ]
[ "iyaa Rey." ]
Tiba-tiba Nada bicara, "Fadil, Ragil bukannya mau klarifikasi hubungan kalian. Jadi gimana nih?"
Bercandaan yang sudah tak asing di kelas kami, Fadil dan Ragil di sebut-sebut sebagai gay karena kedekatan mereka, awal mulanya grup Syahril, Fedro, Maulana, dan Samuel menggoda mereka berdua hingga yang lain pun ikut menggoda mereka, dan plot twist nya Nada serta Agatha menanyakan hal itu secara personal pada Fadil melalui pesan teks. Nada bertanya pada Fadil untuk lucu-lucuan aja seraya menjalankan misi pdkt nya. Sementara Agatha bertanya karena ingin meluruskan kebenaran. Memang kelakuan 2 sahabat ku yang sedang di mabuk asmara ini ada-ada saja.
Aku sebenarnya sudah tahu perasaan Agatha pada Fadil, dan aku pun sudah berulang kali menanyakan hal itu pada Agatha tapi jawaban dia tetap sama bahwa dia tidak menyukai Fadil dan tidak ada perasaan apa-apa. Sementara Nada aku tidak tahu persis perasaannya jika dia tidak mengatakannya sendiri, karena Nada itu sifatnya friendly jadi aku kira ya biasa saja seperti teman pada umumnya. Setelah mengetahui kedua sahabat ku ini menyukai orang yang sama, aku tidak bisa lagi berpihak atau mendukung salah satunya. Walaupun memang Agatha mengatakan tidak, tapi aku tahu perasaan dia yang sesungguhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Be The Same
RomanceAku dan kau, kita adalah dua bintang di galaksi yang sama, namun berada pada orbit yang tak pernah berpotongan. Kita bersinar di langit yang sama, berbagi malam yang sama, tetapi tak pernah bisa saling menyentuh. Alasya dan Rey, dua jiwa yang terses...