꒰𖠔꒱ Gangguan Lagi Dari Gadis Berambut Cokelat

14 1 0
                                    

Kalyan menghela napas panjang. Ia sudah berkutat dengan berkas selama tiga jam dan tidak lama lagi waktu makan siang. Artinya, Chloe akan datang. Kalyan masih marah dengan pilihan Chloe yang pergi tanpa bicara apa pun tadi malam. Gadis itu tampak  tidak memikirkan Kalyan yang sangat khawatir. Dia sempat memporak-porandakan seisi kamar hotel karena emosi tak melihat Chloe di ranjang hingga ia menemukan surat yang gadis itu tinggalkan, beserta beberapa kelopak bunga cherry blossom.

Kalyan mengetuk jari telunjuk di meja. Berirama seperti suara jarum jam. Kalyan yakin, dia membuat Chloe sangat bingung dengan sikapnya. Namun, ia harus apa? Ikatan soulmate di antara mereka begitu kuat, bahkan sebelum Kalyan menandai Chloe. Sang pria begitu frustrasi ketika tahu Chloe tidak menyadari ikatan ini. Ia juga tak bisa bersabar saat dekat dengan sang gadis. Aroma, tubuhnya, suaranya yang lembut, itu benar-benar menggoda Kalyan.

Sebenarnya, kenapa Chloe tidak merasakan ikatan ini? Apa alasannya? batin Kalyan jengkel. Apakah ada kemungkinan dia bukan mate Chloe? Lantas, kenapa dia merasakan ikatan ini jikalau bukan? Dia melirik gelas kopi yang belum dia sentuh sama sekali sejak pekerja kantin mengantarnya beberapa waktu lalu. Dahaga tiba-tiba muncul. Kalyan mengambil gelas itu dan meminum isinya.

Kalyan membelalak ketika rasa panas muncul di dalam dirinya—setelah meminum kopi itu. Ia melempar gelas hingga air kopi tumpah dan gelas pecah. Kalyan mencengkeram sandaran tangan kursi dengan keras. Tubuh kian terasa panas dan tidak nyaman. Ia dapat merasakan gairah yang meledak. Sesuatu pada dirinya bangkit. Pikiran Kalyan dipenuhi oleh Chloe. Dia mengacak rambut, sedikit mengerang, dan berusaha mengirim telepati pada Dax untuk datang serta membawa ramuan yang dapat menenangkan gairah ini.

Sialan! Kenapa ramuan seperti itu ada di sekolah! batin Kalyan marah. Dia akan menghukum orang yang membuat kopi itu-ataupun yang memasukkan ramuan aneh ke dalam minumannya. Mereka telah berani meremehkan seorang kaisar dengan jebakan seperti ini.

Suara pintu dibuka mengalihkan pandangan Kalyan. Pria itu makin membulatkan mata kala mendapati Caterina masuk menggunakan jas sekolah dan rok sangat pendek yang mungkin digulung ke atas. Kalyan terkekeh remeh. Ah, apa gadis itu yang memberikan obat di minumannya? Mengingat bagaimana liciknya Caterina tiga minggu lalu agar mereka bisa bercinta dan hanya wanita busuk itulah yang paling masuk akal memiliki ramuan pembangkit gairah di sekolah ini.

Wanita gila ini menungguku meminum kopi tadi? batin Kalyan.

"Yang Mulia," panggil Caterina lembut sambil tersenyum penuh makna. Ia melangkah mendekati Kalyan yang bergeming di kursi kerja. Caterina sangat senang ketika Kalyan tidak mengalihkan pandangan darinya sedikit pun. "Anda pasti merasa kepanasan, bukan?" Dia menyentuh wajah tampan Kalyan, mengusapnya dengan lembut.

Kalyan tertawa remeh. "Ini pasti ulahmu, bukan? Dasar perempuan licik!" Ia dengan setengah mati menjaga pikirannya. Entah kenapa, wajah Caterina perlahan berubah menjadi Chloe. Namun, semua itu terpatahkan saat mendengar suara dan nada bicara Caterina yang jauh berbeda dengan Chloe.

"Saya harus melakukan ini karena Anda tidak mau tidur dengan saya meskipun saya mengajak Anda berkali-kali." Caterina membuka jasnya. Memperlihatkan tubuhnya, terbalut seragam sekolah—sebuah kemeja putih—yang tidak dikancing rapi dan diikat di area perut. Dia mengangkat tangan dan mengusap dada sang pria dengan lembut tanpa menghilangkan senyum dan tatapan gairah. "Yang Mulia, Anda pasti tidak tahan, bukan?" tanya Caterina sambil menarik dasi Kalyan. "Ayo, ada saya di sini. Anda bisa melakukan apa pun pada tubuh saya."

°˖ ⊹ ꒰𖠔꒱ ♡

Chloe tidak bisa duduk dengan tenang karena memikirkan Kalyan. Sudah tiga jam terlewat dan dia masih seperti itu hingga tidak fokus mengawasi anak-anak yang sedang memasang dekorasi di lapangan, tempat ketiga festival. Ia melihat gedung di mana Kalyan berada dan merasa sangat khawatir. Begitu menyesal karena telah pergi, tidak mengindahkan firasat buruknya ketika melihat pekerja kantin membawa kopi dengan aura yang aneh.

"Di mana Dax?" gumam Chloe. Dia berdiri, tak bisa tinggal diam begini, bahkan jika Chloe menemukan Kalyan dalam keadaan baik-baik saja dan dimarahi lagi karena melanggar perintah, Chloe tidak peduli. Yang penting tidak terjadi apa pun pada Kalyan, firasatnya terbukti salah. Chloe segera berlari sambil berkata, "Anak-anak! Lanjutkan tugas kalian, ya! Miss pergi dulu!"

"Baik, Miss!" kata anak-anak itu serempak.

Chloe berlari sekencang mungkin. Ia bisa teleportasi, tapi dia harus mencari keberadaan Dax terlebih dahulu. Dia menyusuri lorong-lorong sambil menoleh kanan diri, bahkan dia tak sempat membalas sapaan para anak murid. Chloe harus menemukan Dax dan memintanya menjaga Kalyan agar tidak terjadi apa-apa pada pria itu.

"Nona Chloe?"

Chloe berhenti mendadak di depan pintu kantin. Dia menemukan Dax berdiri di sana, sepertinya baru selesai makan. Chloe membulatkan mata. "Dax!"

Dax tersenyum sembari melambai. "Hai, Nona Chloe. Bagaimana keadaa—"

Chloe menarik tangan Dax, langsung teleportasi di depan pintu ruangan Kalyan. Chloe dapat merasakan aura sihir gelap terang di dalam ruangan. Ia buru-buru membuka pintu dan bergeming ketika mendapati Caterina berada di pangkuan Kalyan dengan pakaian yang sangat terbuka, sementara Kalyan mencekik Caterina—wajah anak itu sudah membiru—dengan tatapan penuh amarah.

"LIAN!" Dax segera masuk dan menarik tangan Caterina hingga gadis itu turun dari pangkuan sang kaisar. Ia menatap jijik pada Caterina sambil mencengkeram pergelangan tangan gadis itu hingga Caterina menjerit sakit. "Kau berani sekali pada Baginda Kaisar!"

Chloe masih bergeming. Merasakan rasa ganjal di hati, makin menguat. Sangat tidak nyaman. Perasaan benci dan kesal muncul mengarah pada Caterina. Chloe langsung menggeleng. Apa yang baru saja dia rasakan? Ia harus fokus mencari keberadaan sihir gelap terang yang menguar di ruangan ini. Chloe menelisik sekitar dan melihat pecahan gelas juga genangan kopi di lantai. Ia segera melangkah dan berjongkok menilik air kopi itu.

Sihir gelap terangnya berasal dari sini. Bukankah ini kopi yang dibawakan untuk Kalyan? Berarti ..., batin Chloe membelalak. Ia berdiri lagi dan melihat jas seragam sekolah tergeletak di lantai. Pasti itu milik Caterina. Ada aura aneh di sana. Chloe melangkah dan mengambil jas itu, merogoh bagian saku dan mendapat botol kecil berisi cairan hitam yang tersisa setengah. Ini dia, ramuan berisi sihir gelap terang yang diubah menjadi obat perangsang. Chloe membelalak. Jadi ... ini obat yang ada di dalam minuman Kalyan? Caterina yang memberikannya? batin Chloe.

"Lepaskan aku!" teriak Caterina.

"Apa kau tidak malu?!" balas Dax marah. Menguatkan cengkeraman pada tangan Caterina. Dia menatap Kalyan. "Baginda, apa yang harus saya lakukan pada perempuan ini?"

Kalyan bersandar, tampak lemas. Ia memperhatikan Chloe—yang membelakanginya—dengan intens seraya menjawab, "Kirim gadis itu ke ruang penyiksaan. Bawa dia masuk ke ruangan paling dalam yang jauh dari jangkauan orang luar dan jangkauan sihir."

"Baik, Yang Mulia!" Dax jadi semangat sekali. Ini hukuman yang ia tunggu untuk diberikan pada Caterina. "Ikut aku sekarang! Biarkanlah teman-temanmu tahu seberapa rendah dirimu!" Dax segera menyeret Caterina yang melawan.

Kalyan menghela napas panjang. Hampir saja ia bercinta dengan Caterina lagi. Beruntung dia masih punya tenaga untuk mencekik gadis itu sebelum Caterina bertindak jauh, bahkan bagi orang kuat seperti Kalyan ... ramuan itu bisa melumpuhkannya. Ia fokus melihat Chloe yang belum bergerak sedikit pun. Kalyan dengan suara lemah berkata, "Kemarilah, Chloe."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Our Destin ꒰𖠔꒱Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang