꒰𖠔꒱ Hari Festival

20 2 0
                                    

"Lian," panggil Dax sambil menutup pintu ruang kerja Kalyan di sekolah ini. Ia mendapati sang kaisar sedang mengamati luar jendela—posisi membelakangi pintu. Dax mengintip dari balik punggung Kalyan. Ia melihat Chloe sedang berbincang dengan temannya—Lili—di bangku pinggir lapangan.

"Ada apa?" tanya Kalyan tanpa mengalihkan mata dari Chloe—yang saat ini diam mendengar ocehan Lili.

"Ah." Dax mengusap belakang kepala. "Kau ... tidak mau mengatakan pada Nona Chloe bahwa kau adalah mate-nya?"

Kalyan menghela napas. Ia jadi jengkel mengingat momen di rooftop. "Aku hampir menjawab pertanyaannya di atap gedung waktu itu andai saja kau tidak datang mengganggu," kata Kalyan tajam.

"Maaf." Dax menghela napas. Ia menyesal. "Apa kau tidak mau membahasnya lagi?"

Kalyan bungkam. Ia fokus menatap Chloe yang kini beranjak dari posisinya duduk di bangku lapangan. Gadis itu masih berbincang, terkadang tertawa, bersama temannya. Kalyan terus menatap sang gadis hingga Chloe hilang dari dalam jarak pandang.

"Kita tidak lama lagi akan pulang ke benua Sorcery," kata Dax. "Kau tidak mungkin pergi tanpa mengajak Nona Chloe, bukan? Kau tidak bisa hidup dengan tenang tanpa Nona Chloe."

Kalyan menghela napas. "Aku tahu, tapi apa aku harus memaksanya? Jika pun dia tahu, belum tentu dia mau ikut denganku, belum pasti Tuan Lamont mengizinkan putrinya pergi. Tuan Lamont membawa keluarganya ke benua ini untuk berlindung dari makhluk supranatural yang ingin memanfaatkan klan Sage yang tersisa."

"Kau bisa melindunginya. Kita bisa melindungi Nona Chloe dari mereka."

Kalyan tersenyum. "Tentu saja. Aku lebih dari cukup untuk melindunginya, tapi aku tidak mau memaksa Chloe."

Dax mengusap tengkuk. "Aku mendukung keputusanmu, tapi ... kau bisa tersiksa jika berada jauh dari mate-mu. Emosimu mulai tidak stabil karena harus menjaga jarak dengannya."

" ... Aku tahu." Kalyan menghela napas. "Aku tidak mau memaksanya, tapi bukan berarti aku akan membiarkannya."

°˖ ⊹ ꒰𖠔꒱ ♡

"Banyak sekali orang yang datang, ya. Pengunjungnya lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya. Anak-anak membagikan informasi festival dengan sangat baik," ucap Chloe yang berdiri di depan gerbang sekolah. Ia sedang menunggu Lili karena mereka telah berjanji untuk mengunjungi tiap kedai dan menikmati hasil kerja keras para murid di sekolah Deux ini.

"Chloe! Oh my! Kau cantik sekali!" pekik Lili girang ketika datang. Ia memperhatikan Chloe yang saat ini memakai dress santai berwarna putih dengan motif bunga kecil warna biru terang, ditambah cardigan berwarna biru gelap. Tidak biasanya gadis itu memakai dress karena selama hari-hari sekolah, Chloe selalu memakai celana. "Kita harus foto!" Lili mengeluarkan ponselnya, lalu berpose bersama Chloe.

Chloe tertawa. "Kau juga sangat cantik, Lili."

"Ah, omong-omong, siapa yang menata rambutmu?" tanya Lili. Dia memperhatikan rambut hitam Chloe yang diikat model sleek low bun menyisakan poni samping, lalu dihias bunga-bunga kecil.

"Kakakku." Chloe menyentuh rambutnya.

"Benarkah? Maksudku, kakakmu itu laki-laki, bukan?" tanya Lili kaget. "Dia bisa menata rambut?"

Chloe mengangguk. "Dia sudah sering seperti itu sejak aku kecil. Aku tidak punya ibu sejak umur sepuluh tahun, jadi dia menjaga dan merawatku bersama Ayah." Ia mengangkat bahu.

"Wah, kau punya kakak yang hebat."

Chloe tertawa. "Ayo masuk. Aroma makanan dari stan yang ada di dalam membuatku lapar."

Our Destin ꒰𖠔꒱Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang