꒰𖠔꒱ Fakta Mengejutkan

5 2 0
                                    

"Lian." Dax mengangkat map cokelat sambil menutup pintu. "Aku sudah mendapat informasi tentang Nona Chloe."

"Dia tidak tahu, bukan?" tanya Kalyan.

Dax menggeleng. "Dia tidak curiga sama sekali." Ia melangkah mendekati meja Kalyan dan menyerahkan map itu pada sang kaisar. "Aku kaget. Ternyata Nona Chloe punya kekuatan sebesar itu. Apa dia juga bisa bertarung?"

Kalyan menerima map cokelat itu dan membukanya. Ia melihat beberapa lembar kertas dan mulai membaca satu per satu. Kalyan membelalak saat membaca fakta bahwa Chloe bukan penyihir klan Wizard, melainkan klan Sage. Penyihir yang sudah hilang ratusan tahun lalu. Dia menatap Dax meminta penjelasan lebih.

"Ayah Nona Chloe, Tuan Saviero, ternyata penyihir klan Sage sejak dulu. Tuan Saviero menyembunyikan identitasnya karena tahu klan Sage diburu sejak lama untuk dimanfaatkan hingga mereka perlahan punah," jelas Dax. "Setelah istrinya meninggal karena ulah para dewan 15 tahun lalu, Beliau memutuskan untuk pindah ke benua Homme membawa anak-anaknya yang merupakan penyihir Sage juga, yaitu Nona Chloe dan Tuan Gavin."

Kalyan mengernyit. Ia sudah mengenal Saviero sejak lama. Pria surai hitam penuh wibawa dan kuat itu selama ini dikenal sebagai penyihir terkemuka dari klan Wizard. Ternyata Beliau menyembunyikan identitas agar tidak jadi buronan. Kalyan dulu tidak begitu peduli dengan para bangsawan karena itu dia baru tahu fakta mengejutkan ini.

Dax berkata, "Sejak tinggal di benua Homme. Tuan Saviero bekerja di salah satu rumah sakit begitu juga dengan anak pertamanya, sementara Nona Chloe bekerja jadi guru di sini sejak lima tahun lalu dan baru lulus dari Universitas Melanger tiga tahun lalu."

Kalyan mengangguk. Ia jadi ingat bagaimana ekspresi ragu Chloe saat dia menanyakan tentang bagaimana cara Chloe teleportasi. Kalyan jadi paham alasan sang gadis seperti itu. Chloe belum percaya Kalyan sepenuhnya hingga tidak berkata jujur. Ia mengepalkan tangan.

"Istri Tuan Lamont bernama Lavierna, bukan? Penyihir putih yang mati karena para dewan serakah itu." Kalyan mengernyit. Mengingat bagaimana perang dimulai karena para dewan tertarik pada Lavierna yang merupakan istri bangsawan tinggi, keluarga Lamont, dan juga putri bungsu Raja Penyihir Putih. Mereka mengincar perempuan itu, tapi berkali-kali digagalkan oleh Saviero sehingga perang antar dewan dan keluarga Lamont dimulai. Keluarga kaisar terkena dampaknya. Tidak. Memang para dewan merencanakan hal lain saat menyerang keluarga Lamont. Kalyan menggeleng. Dia tidak mau mengingat kejadian di masa lalu yang berhubungan dengan kematian sang ibu. Ia tidak menyalahkan keluarga Lamont. Mereka adalah korban. Itu salah para petinggi yang serakah. Kalyan berkata, "Baiklah, terima kasih, Dax."

Dax mengangguk. "Omong-omong, apa Nona Chloe tidak marah padamu? Dia melihatmu bersama Caterina gila itu."

Kalyan tersenyum lebar. "Hah. Dia tidak marah padaku. Dia hanya marah pada wanita ular itu! Chloe paham bahwa perempuan gila itu yang menjebakku." Dia menyandarkan diri dengan santai. Ia kepikiran Chloe akan marah dan tidak mau bicara padanya, tapi sang gadis paham tanpa Kalyan perlu menjelaskan. Itu membuatnya sangat senang.

"Kau beruntung sekali menemukan pasangan seperti Nona Chloe. Dia percaya padamu." Dax tertawa.

Kalyan berdeham singkat. "Tidak terlalu percaya karena dia masih ragu mengatakan identitas aslinya."

"Tentu saja. Itu hal yang sensitif." Dax mengibaskan tangan. "Kau sebaiknya melanjutkan pekerjaanmu membantu Nona Chloe, Lian."

Kalyan mengangguk. "Tolong cari tahu tentang pekerja kantin yang membawakan kopi untukku dan cari tahu bagaimana bisa Caterina memasukkan ramuan sialan itu di minumanku."

"Ah, itu yang dia lakukan ternyata." Dax mengangguk. "Baiklah, aku akan mencari tahu."

°˖ ⊹ ꒰𖠔꒱ ♡

"Sudah lama sekali sejak kita makan bersama, Chloe!" Lili memeluk lengan Chloe dengan erat. Mereka berdua melangkah menuju kantin sekolah setelah bertemu di ruang guru.

"Ini baru hari ketiga, Lili." Chloe tertawa. "Aku harus menemui Kepala Sekolah setelah makan siang."

"Kau mau membahas tentang Caterina?" tanya Lili. "Aku sempat melihatnya diseret pria ganteng dengan kasar. Pakaian anak itu tidak senonoh sekali. Kali ini, dia pasti akan dikeluarkan, bukan?"

"Itu yang mau kubahas dengan Kepala Sekolah. Selama ini, Beliau selalu menghindar saat Caterina dalam masalah. Dia tidak pernah menegur langsung ataupun bertindak di dalam masalah anak itu makanya Caterina tidak pernah dikeluarkan." Chloe menghela napas. Entah kenapa Kepala Sekolah seperti itu, tapi masalah yang ditimbulkan Caterina kali ini sudah sangat kelewatan.

"Kau peduli sekali padanya."

Chloe tersenyum sebagai tanggapan. Tentu dia peduli karena Chloe adalah saksi dan merupakan seorang guru. Tindakan Caterina sudah di luar batas, entah lingkungan seperti apa yang membuat anak itu punya sikap begitu. Chloe menghela napas. Ia akan tahu ketika bicara dengan Kepala Sekolah nanti.

"Lupakan sejenak masalahmu, Chloe! Ayo kita makan daging sapi!" kata Lili mengangkat tangan semangat.

"Aku rindu masakan bibi kantin." Chloe tertawa. Selama ia jadi asisten Kalyan, Chloe melewatkan makan siang karena sangat sibuk menemani sang kaisar. Chloe juga bertanya-tanya, apakah Kalyan tidak makan siang? Dia tahu bahwa sang pria adalah vampire, tapi tetap butuh makan meski makanan manusia bukan menu utamanya, bukan?

Lili menarik tangan Chloe sambil berlari menuju kantin. Suasana ramai karena siswa yang mengantre, duduk berbincang, dan makan menyambut Lili dan Chloe. Mereka pergi mengambil piring nampan stainless steel dan mengantre bersama guru-guru lain. Setelah beberapa menit, Chloe dan Lili melangkah ke meja dekat jendela. Duduk berhadapan dan mulai makan.

"Anak-anak banyak sekali membicarakan tentang Caterina," ungkap Chloe. Ia menyuap daging ke mulutnya sambil fokus mendengar gosip dari anak-anak murid.

"Itu topik yang lagi hangat-hangatnya, apalagi Caterina punya banyak musuh dari korban yang dia bully. Kau tahu? Baru-baru ini Caterina menindas tiga anak di toilet. Untung saja ada guru yang menangani itu dan dia sempat menemui Kepala Sekolah, tapi Beliau tidak menggubris hingga Caterina dan teman-temannya hanya dihukum membersihkan toilet saja." Lili menghela napas. Ia suka sekolah ini punya guru-guru yang peduli dengan anak muridnya, tapi para guru bisa apa jika Kepala Sekolah diam saja?

"Beliau masih diam saja, ya. Anehnya, dia begitu hanya kepada Caterina," balas Chloe.

"Aku sempat mendengar beberapa gosip dari guru-guru, katanya Kepala Sekolah disuap atau sejenisnya karena itu dia tetap diam." Lili mengangkat bahu. "Aku bersyukur Yang Mulia Kaisar mengusirnya dari sekolah ini, jika Beliau yang diganggu maka Kepala Sekolah pun tidak akan berkutik."

Chloe tersenyum sambil mengunyah. Ia juga kesal pada Caterina dan sangat malu karena anak muridnya itu punya kelakukan di luar nalar meski Chloe bukan wali kelasnya. Ia kasihan pada Kalyan yang dimanfaatkan seperti itu. Ah, apakah Caterina melakukan trik begitu untuk tidur bersama Kalyan tiga minggu lalu? Chloe jadi membayangkan bagaimana pria itu berusaha menolak saat terpengaruh dalam sihir.

Itu pasti sulit sekali, batin Chloe.

Itu pasti sulit sekali, batin Chloe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our Destin ꒰𖠔꒱Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang