Ada dua benua di dunia ini, yaitu benua Homme dan benua Sorcery. Benua Homme dihuni para manusia, sedangkan benua Sorcery berisi para makhluk supranatural. Pemimpin kedua benua ini adalah seorang vampire yang tinggal di kekaisaran Nuance, benua Sorc...
"Hmm, aku juga tidak pernah mencoba sihir ini, Chloe." Lais mengernyit. Lalu berdiri. "Lebih baik dicoba daripada harus menelusuri perpustakaan ini! Aku muak melihat buku!"
Chloe mengangguk. Ia mengepalkan tangan, memberi gestur semangat pada Lais. Pria itu berjalan di tengah-tengah ruangan dan mencoba mantra—langsung gagal—lalu mencoba lagi. Chloe membuka lembaran selanjutnya, menemukan sesuatu yang menarik. Tentang vampire dan pasangannya. Chloe mengangkat alis. Membaca dengan teliti. Seorang vampire yang menemukan mate-nya akan sangat posesif dan protektif, terlebih untuk para pemimpin. Mereka akan berkali-kali lipat bersikap seperti itu pada pasangannya.
"Woah ...." Chloe mengatup bibir. Ia memikirkan Kalyan yang seorang vampire dan seorang pemimpin dunia supranatural dan manusia. Chloe merinding. Membaca lagi. Tertulis bahwa jika vampire menemukan pasangan jiwanya, vampire itu tak akan tertarik lagi dengan darah lain, selain darah mate-nya. Vampire itu harus hidup dengan meminum darah sang pasangan yang terasa sangat berbeda dengan darah lain hingga mampu memendam nafsu pada darah selain mate-nya.
Chloe mengerjap. Mengingat kejadian di mana Kalyan datang ke kamarnya dan terlihat aneh ketika pria itu melihat luka di kaki Chloe. Ia adalah mate Kalyan maka Chloe harus memberikan darah pada sang pria. Chloe menelan ludah. Membayangkan bagaimana rasanya ketika kedua taring tajam Kalyan menancap di kulit. Chloe memang belum pernah melihat taring Kalyan, tapi ia pernah sekali menangani siswanya yang kehilangan kendali.
Dipikir-pikir, dia tak pernah meminta darah padaku .... Bagaimana dia menahannya? batin Chloe. Selama ini, mereka selalu saling memberi afeksi—terlebih Kalyan suka menyentuh Chloe lebih dulu. Ah, bagaimana cara pria itu menahan diri? Chloe menghela napas. Melirik Lais yang sekarang mengomel karena belum bisa melakukan sihir itu, bahkan saking kesalnya Lais mengentak-entakkan kaki seperti anak kecil. Chloe terkekeh tanpa sadar. Lalu kembali melanjutkan bacaan. Membaca bagian di mana seorang vampire tidak bisa berpisah jauh dari mate-nya.
Hmm, kalau diingat ... aku tidak satu kamar dengan Kalyan dan dia juga kadang tidak pulang .... Lalu saat di benua Homme, aku juga tidak selalu bersama dengannya apalagi kalau sudah pulang, batin Chloe. Ah, dia jadi sadar kenapa Kalyan suka memberi afeksi, tapi dia tidak melakukan lebih dari itu.
Kenapa dia menahan diri? Apa karena khawatir atau merasa tidak enak padaku? batin Chloe lagi.
Di sisi lain, Kalyan beserta Dax dan rombongan—lima orang jenderal—melangkah memasuki istana utama. Mereka habis menerima laporan pemberontakan yang dilakukan tiga orang witch yang mengganggu area lingkungan kerajaan peri. Meskipun kerajaan itu memiliki pasukan yang banyak, tapi sulit untuk melawan tiga orang witch.
Para bangsawan fairy memiliki ukuran tubuh seperti manusia pada umumnya, begitupun dengan peri-peri lain, tapi mereka bisa mengubah bentuk tubuh menjadi kecil untuk memudahkan merawat tanaman. Sebagian besar dari mereka suka mengubah bentuk tubuh jadi mungil seperti kupu-kupu. Katanya, dunia jadi lebih besar dan makanan jadi lebih banyak dengan ukuran seperti itu.
"Dax, berikan ponsel pada Chloe setelah aku dan dia pulang dari taman," titah Kalyan dengan dingin.
"Baik, Yang Mulia." Dax mengangguk paham. Ia melirik ke arah lima jenderal yang dilatih langsung oleh Kalyan. Mereka pasti bertanya-tanya siapakah wanita yang dimaksud sang kaisar karena sebanyak apa pun wanita yang mendekati sang penguasa, tidak pernah sekalipun para perempuan itu mendapatkan perhatian penuh. Memang hanya untuk menikmati tubuh sang kaisar saja, kecuali anak para dewan yang ingin lebih dari itu.
Jika dipikir-pikir, tindakannya itu brengsek sekali. Andai saja Ibu Elina masih ada, Kalyan tidak akan bersikap bajingan begini dan Chloe pun tak akan sakit hati, batin Dax sambil menghela napas. Memang semuanya dimulai setelah kematian Ibu Kalyan, Elina Caitlyn Gavier. Salahkan para dewan.
"Chloe masih ada di perpustakaan?" tanya Kalyan. Ia melihat jam di tangannya. Sudah waktu makan siang. Kalyan berbelok menuju perpustakaan.
"Ah, saya sudah menghubungi Lais, Yang Mulia. Mereka masih berada di perpustakaan," balas Dax sopan.
"Begitu, ya." Kalyan mengangguk. Lantas berlari menembus angin diikuti para bawahan. Ia berdiri di depan pintu perpustakaan. Pendengarannya menangkap suara berisik dari dalam. Entah apa yang Chloe dan Lais lakukan di sana. Pintu pun dibuka oleh pengawal yang bertugas menjaga perpustakaan.
"Haha! Aku stres! Sihir apa ini! Tidak berguna!" Lais mengentak-entakkan kaki sambil mengomel. Sedari tadi dia mencoba, tapi tak bisa sampai sekarang. Kemudian, ia menarik napas, lalu mencoba lagi. "εύρημα (évrima)*!" Lais membuka mata dan tidak ada satu buku pun yang melayang ke arahnya. Ia kembali jengkel.
Kalyan melangkah masuk melewati Lais yang kembali mengamuk seperti anak kecil. Pandangannya tidak teralihkan dari gadis yang sedang fokus membaca buku. Ia berdiri di samping Chloe, melihat gadisnya sibuk membaca hingga tidak menyadari kedatangannya.
Kalyan mengangkat tangan, menutup buku itu dengan paksa agar Chloe melihat ke arahnya. Sesuai dugaan, gadis itu langsung melihat Kalyan dan tersenyum. Menyapa Kalyan dengan hangat. Menanyakan bagaimana pekerjaannya.
"Sudah beres. Selebihnya akan kuserahkan pada Dax," jawab Kalyan dengan lembut. Ia mengulurkan tangan dan disambut oleh Chloe, membantu gadis itu berdiri. "Kau sudah siap untuk pergi ke taman, Chloe?"
"Iya, tentu saja." Chloe mengangguk. Sejujurnya sempat lupa dengan janji pergi bersama Kalyan karena fokus membaca buku. Chloe mengerjap melihat ada lima orang asing di belakang Kalyan. Jika ditilik dari pakaiannya, kelima orang itu adalah jenderal. "Kalyan?" Ia menatap sang pria dengan tatapan tanya.
"Mereka berlima adalah jenderal tepercayaku." Kalyan membalikkan tubuh menghadap para jenderal yang dulunya adalah anak didik Kalyan. "Aku harap kalian bisa memberikan perlindungan yang sama pada gadis ini. Dia adalah Chloris Emilia Gavier, mate-ku," katanya dengan tegas dan sedikit lantang.
Para jenderal itu seketika berlutut. "Kami menghadap Anda, Yang Mulia." Tak dapat dipungkiri mereka teramat senang dengan berita ini. Akhirnya, sang penguasa yang merupakan guru mereka ini menemukan pasangan jiwanya. Terlebih, gadis yang menjadi calon permaisuri begitu cantik dan memiliki aura kuat serta menenangkan. Mereka sempat terpana, tapi logika langsung mengambil alih dan memberikan penghormatan.
Chloe tersenyum sebagai balasan. Jujur saja ia kaget dengan perkenalan yang tiba-tiba ini—terkejut juga dengan Kalyan yang mengganti nama belakangnya—terlebih melihat reaksi para jenderal. Namun, ia bisa mengendalikan diri dengan cepat—pengalamannya sering bicara di depan banyak orang sangat membantu. "Salam kenal. Mohon bantuan kalian," jawab Chloe dengan ramah.
Kalyan menarik tangan Chloe dan beranjak. Ia mengirimkan telepati pada Lais yang menatap mereka penuh tanya. Melihat pria rambut perak itu mengangguk paham membuat Kalyan menghela napas. Jadi, Chloe dan Lais sejak pagi hingga waktu makan siang berdua saja di sini? Kalyan menahan diri untuk tidak memberi hukuman atau lebih parahnya lagi—jika Lais berani mengambil Chloe darinya—membunuh pria penyihir itu.
Entah kenapa, firasatku memburuk. Apa ada yang berniat jahat padaku? batin Lais menelan ludah. Ia jadi ketar-ketir.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.