Chloe melangkah perlahan ke arah pintu belakang aula. Ia mengintip, tidak ada orang. Chloe keluar dan menuruni tangga sambil celingak-celinguk. Di mana seseorang yang ingin menemui Chloe seperti yang Clara katakan? Sang gadis mengerjap, lantas berbalik hendak masuk ke aula lagi karena tak menemukan siapa-siapa. Namun, mulutnya dibekap dengan tangan besar yang dingin, pinggangnya dipeluk erat, Chloe diseret paksa masuk ke gudang belakang aula. Ia dihimpit di belakang pintu yang tertutup.
Siapa ini? batin Chloe sambil mengernyit. Ia meraba tangan yang membekap dan lengan yang memeluk pinggangnya. Merasa familier dengan ukuran dan urat-urat punggung tangan itu. Chloe mengerjap. Lantas mendongak perlahan melihat pelaku.
"Hai, Chloe," sapa Kalyan sambil tersenyum. Ia melonggarkan sentuhannya di pinggang Chloe agar gadis itu bisa berbalik.
"Kalyan? Kenapa kau melakukan itu?" Chloe bersandar pada pintu. Dapat ia rasakan tangan Kalyan mengelus punggungnya dengan gerakan pelan.
"Tidak ada. Aku hanya tak ingin orang-orang menyadari kehadiranku." Kalyan mengangkat bahu cuek. Lalu mengikis jarak wajahnya dengan Chloe. "Kau cantik sekali hari ini."
Chloe diam sejenak, lalu berkata, "Jadi, kau yang bicara pada Clara?" Ia pura-pura tidak mendengar pujian Kalyan agar jantung Chloe aman—walaupun sekarang sudah berdetak kencang. Apalagi mengingat kejadian semalam. Chloe berusaha berpikir jernih.
"Iya. Untung saja dia anak yang tidak banyak tanya." Kalyan menggesekkan hidungnya di pipi Chloe.
"Hentikan." Chloe mendorong dada Kalyan—dan pria itu langsung mundur. Sang gadis menghela napas. "Kenapa kau menarikku ke sini?"
"Untuk melihatmu. Aku tidak bisa menatapmu sesuka hatiku di tengah keramaian orang." Kalyan duduk di atas kardus keras yang entah apa isinya.
Chloe mengatup bibir. "Mungkin sulit mengajakmu jalan karena banyak yang mengenalmu. Um, apa kau mau berjalan bersamaku malam nanti? Anak-anak bilang ada pertunjukan kembang api."
Kalyan mengangkat sebelah alis, lalu bersedekap. Dia berdeham panjang sambil pura-pura berpikir—sebenarnya, dia mau mengajak Chloe, tapi ternyata gadis itu mengambil langkah duluan. "Bagaimana, ya? Mungkin nanti aku sibuk," katanya dengan nada jahil.
"Ah, kalau begitu tidak perlu." Chloe tersenyum. Ia sejujurnya agak kecewa, tapi tidak mau memaksa sang pria.
Kalyan menatap Chloe aneh. Tidak menyangka sang gadis menjawab seperti itu. "Kau ini terkadang agak lugu, ya."
"Hm?" Chloe mengerjap.
"Tidak, bukan apa-apa. Aku bisa pergi nanti malam." Kalyan melangkah mendekati Chloe. Lalu meletakkan kedua tangannya masing-masing di sisi Chloe, mengurung sang gadis. "Sebenarnya, aku masih mau menghabiskan waktu denganmu di sini, Chloe, tapi sepertinya temanmu itu sudah sangat panik mencarimu." Kalyan menyentuh kenop pintu.
"Temanku? Maksudmu Lili?" tanya Chloe.
Pintu tiba-tiba terbuka ke luar membuat Chloe hilang keseimbangan dan keluar dari gudang. Belum sempat ia melihat Kalyan, pintu sudah tertutup rapat. Chloe mengerjap dan menatap pintu itu aneh. Apa-apaan itu? Kenapa Kalyan bersikap begitu? Chloe segera mengendalikan diri agar tidak terjatuh.
"Chloe! Aku mencarimu dari tadi!" Lili datang dengan keringat menghias wajah. Dia sangat panik saat tidak menemukan Chloe di dalam aula. "Kau dari mana saja? Apa yang kau lakukan di sini?"
"Ah." Chloe tersenyum. "Aku tadi menemui seseorang. Dia sudah pergi."
"Benarkah? Siapa?" tanya Lili. Dia memperhatikan Chloe yang menarik tangannya, lalu masuk ke aula.
"Kaisar Gavier." Chloe mengangkat bahu. Ia tersenyum mengingat janji mereka nanti malam. Chloe tiba-tiba jadi tidak sabar, padahal malam nanti hanya jalan-jalan biasa, menikmati pertunjukkan kembang api, lalu pulang ke rumah. Sesingkat itu. Chloe menghela napas. Ia harus tenang—tidak biasanya dia seperti ini. "Ayo, Lili!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destin ꒰𖠔꒱
Ma cà rồngAda dua benua di dunia ini, yaitu benua Homme dan benua Sorcery. Benua Homme dihuni para manusia, sedangkan benua Sorcery berisi para makhluk supranatural. Pemimpin kedua benua ini adalah seorang vampire yang tinggal di kekaisaran Nuance, benua Sorc...
