꒰𖠔꒱ Masih Ada Rahasia

14 4 0
                                    

"Chloe, kemarilah," panggil Kalyan.

Chloe sedikit tersentak. Dengan sengaja tidak berbalik dan pura-pura fokus pada botol kecil karena tidak ingin melihat wajah sang pria. Hatinya sakit. Ia juga tidak mau mendekati Kalyan di saat pria itu masih dalam pengaruh cairan hitam yang sama saja dengan obat perangsang dosis tinggi. Ia perlahan berbalik langsung membungkuk. Chloe berkata, "Maaf, Yang Mulia. Saya ... akan meminta ramuan pada healer yang bertugas di UKS sekolah ini untuk menyembuhkan Anda."

Kalyan tidak berkata apa-apa. Hanya menatap Chloe dengan dalam. Rasa panas bergairah di dalam tubuh bertambah, terlebih dengan godaan aroma vanila dari tubuh Chloe. Kalyan menggeram singkat. Sangat menahan diri untuk tidak menghampiri Chloe dan melakukan hal yang ingin dia lakukan sejak dulu.

"Pergi. Sekarang," titah Kalyan tajam. "Sebelum aku berubah pikiran."

Chloe membungkuk hormat sekali lagi dan segera berlari keluar. Dia melirik Kalyan sambil menutup pintu, lelaki itu juga menatap dirinya. Chloe segera teleportasi ke UKS sekolah. Meminta ramuan pereda obat perangsang. Obat itu disediakan di sekolah ini mengingat ada female werewolf yang mengalami masa heat—setelah berumur 18 tahun—sesudah bertemu dengan mate mereka. Ramuannya baik untuk tubuh dan tak terlalu membahayakan asalkan tidak dikonsumsi terlalu sering.

Chloe berterima kasih kepada penjaga UKS dan segera teleportasi lagi di depan ruangan Kalyan. Di tangan kanannya, ada botol kecil berisi cairan bening. Ia membuka pintu ruangan itu dan menemukan Kalyan membaringkan kepala di meja sambil mencengkeram rambutnya sendiri.

"Kalyan," panggil Chloe. Segera menutup pintu dan melangkah pelan mendekati meja Kalyan. "Aku membawakan obat peredanya untukmu." Dia meletakkan botol kecil itu di meja Kalyan.

" ... Apa kau kesal padaku?" kata Kalyan tiba-tiba.

Chloe bergeming. Memang benar dia merasa kesal, tapi setelah dia tahu bahwa Caterina menjebak Kalyan, rasa jengkel itu berpindah sepenuhnya pada Caterina. Chloe menghela napas. "Aku hanya marah pada Caterina dan merasa malu karena perlakuannya."

Kalyan meraih botol kecil itu lalu meminumnya sekali teguk. Perlahan, rasa panas bergairah mulai hilang dari dalam diri Kalyan. Dia pun juga kembali tenang dan waras. Ia menghela napas. "Aku lebih malu berhadapan denganmu sekarang."

Chloe mengerjap. "Apa aku sebaiknya keluar saja?"

" ... Aku baru sadar." Kalyan bersandar. "Kau melanggar perintahku. Sekarang belum waktu makan siang."

"Maaf, Kalyan." Chloe menunduk. "Aku benar-benar khawatir sampai berlari ke sini karena punya firasat buruk. Setelah keluar dari ruanganmu pagi tadi, aku melihat pekerja kantin membawa kopi dan merasa aneh dengan auranya. Itu membuatku tidak tenang." Ia mengepalkan tangan dan menggigit bibir bawah. "Maaf sudah melanggar perintahmu."

" ... Kenapa kau khawatir padaku?" tanya Kalyan. Ia sadar, Chloe tidak pernah mengabaikan, bahkan membahayakan dirinya untuk membantu sang pria.

Chloe berdeham panjang. Dia pun sebenarnya bingung dengan perasaannya sendiri. Padahal, belum cukup seminggu ia dan Kalyan bersama, tapi perasaan Chloe sudah seperti ini. Tidak mungkin dia menyukai Kalyan dalam waktu singkat, bukan? Sikap pria itu padanya pun juga aneh. Chloe tersenyum dan berkata, "Aku tidak tahu. Kenapa kau memperhatikan perasaanku?"

Kalyan bungkam. Haruskah dia katakan? Namun, keraguan muncul dalam dirinya. Kondisi Chloe yang tidak menyadari ikatan ini patut dicurigai. Apakah ini salah satu permainan takdir? Chloe ditakdirkan seperti ini ataukah Kalyan bukan mate asli Chloe? Kalyan mengepalkan tangan. Memikirkan itu membuat hatinya panas. Chloe bersama pria lain?

" ... Bagaimana caranya kau bisa teleportasi?" tanya Kalyan mengganti topik. Namun, ia juga penasaran dengan ini.

Chloe bungkam. Apakah dia harus jujur pada Kalyan mengenai jati dirinya? Apa Kalyan bisa dipercaya? Ayah Chloe melarang, tapi Beliau percaya dengan keputusan yang Chloe buat. Jika Kalyan tahu mengenai dia berasal dari klan Sage, apakah Kalyan akan memanfaatkannya seperti kata sang ayah?

Sejauh ini, dia tidak tahu tentang aku yang seorang sage selama mendekatiku, berarti itu tidak termasuk alasannya, bukan? batin Chloe. Ia menghela napas. Haruskah dia katakan? Namun, apa hubungan mereka sampai Chloe percaya pada Kalyan? Ia tiba-tiba ragu. Chloe berkata, "Maaf ... untuk sekarang, aku masih ragu."

"Hmm, begitu." Kalyan bersedekap. Tidak masalah. Dia juga masih menunggu laporan dari Dax mengenai keluarga Chloe.

"Omong-omong mengenai tempat Caterina dikurung. Apakah ruangan yang kau maksud benar-benar sulit dijangkau orang luar?" tanya Chloe.

Kalyan mengangguk. " ... Seharusnya aku mengurungnya tiga minggu lalu, tapi aku memikirkan ibunya yang merupakan salah satu dewan dan hanya memberi hukuman melarangnya masuk ke istana." Kalyan menggeram rendah. "Aku tidak menyangka gadis itu benar-benar meremehkanku." Padahal, Kalyan sudah berbelas kasih, apalagi para dewan tersisa empat. Ia harus memperlakukan mereka agar kerajaan tidak berantakan.

Chloe mengangguk sebagai jawaban. Entah bagaimana rumor akan tersebar mengenai Caterina. Chloe tidak menyangka anak itu akan bertindak sampai seperti itu hanya karena gelar permaisuri. Chloe merogoh saku, lalu mengeluarkan botol kecil berisi cairan hitam dan diletakkan di meja Kalyan. "Aku menemukannya di saku mantel Caterina. Ini yang dia masukkan ke dalam kopimu, Kalyan."

Kalyan menatap botol kecil itu sebentar, lalu menatap Chloe. "Kau tahu dari mana?"

Chloe mengangkat bahu. "Aku menebaknya. Aroma botol itu dan aroma dari kopimu sama, lalu aku menemukannya di mantel Caterina yang ... menggodamu seperti itu. Apa tebakanku salah?"

"Tidak. Kau benar." Kalyan tersenyum miring, lalu meraih botol itu. "Aku akan memberikannya pada Penyihir Kerajaan setelah tiba di benua Sorcery. Ini bisa jadi bukti kuat jika ibu gadis itu melayangkan protes."

Chloe mengangguk. "Aku akan bertanya kepada Kepala Sekolah mengenai Caterina, lalu melanjutkan tugas yang kau perintahkan. Aku pamit dulu, Kalyan." Chloe membungkuk singkat.

"Pergilah."

Chloe beranjak keluar. Saat ia berada di lorong, Chloe tersenyum melihat Dax datang sambil membawa map cokelat. "Halo, Dax."

Dax tersenyum ramah. "Halo, Nona Chloe. Aku mau berterima kasih padamu karena sudah menyelamatkan Lian." Ia merasa sangat senang. Berkat Chloe, Kalyan selamat dari ular cokelat itu.

"Itu bukan masalah besar," balas Chloe ramah. "Kalau begitu, aku pergi dulu, ya." Ia melanjutkan langkah sembari melambai.

Dax membalas lambaian Chloe hingga gadis itu menghilang dari lorong. Ia menghela napas panjang dan memperhatikan map yang ada di tangannya. "Ini benar-benar mengagetkan. Pantas saja Nona Chloe bisa teleportasi semudah itu."

°˖ ⊹ ꒰𖠔꒱ ♡

Our Destin ꒰𖠔꒱Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang