꒰𖠔꒱ Pertemuan Para Bangsawan

47 5 0
                                        

"Chloe, perkenalkan ini Kepala Pelayan. Namanya Arys." Kalyan menunjuk pria berambut abu-abu dengan pakaian butler berupa jas hitam. "Dia akan membantumu mulai hari ini."

"Salam kenal, Yang Mulia. Nama saya Arys Blaise. Saya adalah Kepala Pelayan di istana. Anda bisa memanggil saya Arys." Arys membungkuk sambil tersenyum ramah.

Chloe tersenyum membalas sapaan Arys. "Salam kenal, Arys. Mohon bantuannya." Ia merasa sedikit canggung, bahkan sedari tadi Chloe tidak melepas genggamannya dari Kalyan. Tempat ini masih sangat asing, terlebih Chloe merasa sedikit tidak nyaman dengan tatapan penasaran dari para pelayan yang melihat kedekatannya dengan sang penguasa. Ia menghela napas.

"Arys, antar Chloe ke kamarnya. Aku ada urusan hingga sore nanti." Kalyan mengusap kepala Chloe, lalu membungkuk mensejajarkan wajah mereka. "Orang-orang di sini tidak akan berani padamu. Jadi, kau tidak perlu khawatir." Kalyan mengecup kening dan pipi Chloe singkat. "Aku akan kembali sebelum makan malam. Kau boleh jalan-jalan di sekitar sini. Arys akan menemanimu."

Chloe mengangguk. Pipinya agak merah dengan ucapan dan tindakan Kalyan. "Baiklah. Hati-hati, ya." Ia memeluk Kalyan sebentar, lalu tersenyum lebar.

Kalyan beranjak dan melepas genggamannya dari Chloe. Lelaki itu menoleh ke kanan di mana Dax—sedang menarik Lais—muncul dari lorong. Kalyan dan kedua bawahannya ini akan pergi ke istana utama di mana para dewan dan pejabat lain sedang berkumpul untuk rapat dadakan yang diadakan Kalyan. Itu akan menjadi pertemuan panjang penuh perdebatan.

"Baginda Kaisar mengadakan pertemuan dengan para bangsawan dan dewan. Itu akan menjadi rapat yang cukup panjang, Yang Mulia," kata Arys tiba-tiba.

Chloe berbalik dan mengangguk. Dia memanggilku Yang Mulia, berarti Arys sudah tahu hubunganku dengan Kalyan, batinnya. Ia tiba-tiba berpikir, apakah mereka akan membahas tentang bangunan terbengkalai di hutan yang Kalyan dan Dax bicarakan di mobil tadi? Chloe tersenyum pada Arys. "Tolong, bisa tunjukkan di mana kamarku?"

"Mari ikuti saya, Yang Mulia."

Chloe memperhatikan sekitar sembari berjalan mengikuti Arys. Ia berada di lantai dua, lorong sebelah kiri dari arah pintu masuk. Dinding lorong ini berwarna hijau gelap. Ada banyak jendela yang memperlihatkan pemandangan belakang mansion. Chloe berhenti di depan pintu besar warna putih dengan ukiran bunga lily. Ah, dia jadi teringat dengan sahabatnya di benua Homme. Pintu itu dibuka, memperlihatkan kamar luas dengan nuansa biru.

"Ini kamar Anda, Yang Mulia. Silakan Anda beristirahat lebih dahulu. Jika Anda ada perlu, Anda bisa memanggil saya." Arys membungkuk hormat.

"Terima kasih, Arys." Chloe tersenyum dan dengan pelan melangkah masuk. Entah kenapa suasana kamar ini mirip dengan kamarnya dulu. Sejuk dan tenang. Chloe menghela napas, lalu melangkah ke arah ranjang ukuran queen, mendudukkan diri. Ia merenung. Mulai sekarang Chloe akan tinggal di sini, jauh dari ayah dan kakaknya, serta Lili. Tempat yang masih sangat asing. Namun, Chloe tidak merasa takut ataupun khawatir karena ia bersama Kalyan, hanya sedikit tidak nyaman saja, tapi dia akan segera terbiasa.

Kupikir aku akan langsung satu kamar dengan Kalyan, tapi mungkin aku saja yang berpikir berlebihan, batin Chloe. Yah, dia tidak masalah.

Suara ketukan pintu menyadarkan Chloe. Ia berjalan ke arah pintu, membukanya, lalu menemukan Lais berdiri dengan wajah ceria. Pria itu menyapa dan mengajak Chloe ke taman belakang. Kata Lais di sana ada gazebo, tempat yang bagus untuk minum teh. Chloe mengangguk menerima ajakan Lais. "Baiklah. Aku ikut."

"Yeey!" Lais mengangkat kedua tangan dan berjalan duluan.

Chloe menutup pintu dan segera menyamai langkah dengan Lais. Ia dapat merasakan aura kuat dari penyihir yang tampak sangat ceria ini—padahal beberapa saat lalu mengamuk. Chloe penasaran Lais penyihir klan apa, lalu teringat dengan perkataan Lais mengenai lukisan masa lalu. "Lais, apa saya boleh bertanya?"

Our Destin ꒰𖠔꒱Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang