꒰𖠔꒱ Satu Hari Menunggu

21 2 0
                                    

"Yang Mulia Kaisar tidak ada?" Caterina mengernyit sambil menatap Dax yang melempar tatapan dingin dan jijik padanya. "Hei! Saat aku menjadi permaisuri, aku akan memberikan hukuman atas sikapmu padaku!"

Dax tertawa remeh. "Anda sudah gila, ya, Nona Evelyn? Dalam mimpi Anda pun itu tidak akan pernah terjadi." Nadanya terdengar menusuk. Ia muak berurusan dengan Caterina. Dia membenci Caterina yang telah menyebar rumor palsu juga membahayakan kondisi Kalyan hingga berada di bawah pengaruh sihir hitam. Dax benar-benar tidak suka saat tahu Caterina dan Kalyan telah tidur bersama. Andai saja dia tidak berada di luar kota saat itu maka Dax akan menghentikan aksi Caterina.

Kasihan sekali Nona Chloe, batin Dax sedih. Teringat Kalyan menjaga Chloe. Wajah pucat sang gadis masih terbayang, tampak sekarat. Namun, ada sebuah energi yang mengelilingi Chloe. Itu adalah harapan bahwa Chloe masih hidup.

"Di mana Yang Mulia Kaisar tinggal?" tanya Caterina.

"Bukankah Yang Mulia Kaisar sudah memberi perintah pada Anda untuk tidak muncul di hadapan Beliau?" kata Dax kesal.

Caterina berdecak. Ia mengibas rambut cokelatnya, lalu melangkah pergi. "Dasar bawahan tidak berguna!" Ia menyambar tubuh Dax.

Dax memutar bola mata malas. Percuma bicara dengan orang gila, lebih baik dia tidak membuang tenaga. Ia harus fokus memberi penjelasan kepada Kepala Sekolah dan juga harus mengambil alih ponsel Chloe untuk mengirimkan pesan pada ayah gadis itu agar tidak perlu khawatir.

Di sisi lain, Caterina melangkah menyusuri lorong kelas tiga. Banyak anak-anak yang memperhatikannya sambil berbisik. Caterina yang merupakan seorang vampire, bisa mendengar suara mereka yang sedang bergosip tentangnya. Mereka meremehkan Caterina karena kejadian di halaman depan sekolah kemarin. Adegan ditolak hari lalu merupakan topik hangat dan sudah pasti santapan enak bagi para anak-anak yang tidak menyukai Caterina.

Lihat saja. Mereka pikir aku akan menyerah begitu saja untuk mendapatkan Baginda Kaisar? Ada berapa anak ... ah, tiga orang! Mampus kalian! batin Caterina sambil tersenyum miring. Dia akan menindas tiga anak gadis yang suaranya paling keras. Caterina mengirimkan pesan telepati pada teman-temannya untuk menyeret tiga gadis itu ke toilet wanita.

Ketika Caterina sampai di toilet wanita. Dia masuk ke salah satu bilik, lalu duduk di atas kloset yang sudah ditutup. Kakinya saling menumpu dan bersedekap dada. "Penyihir, muncullah."

Seorang wanita cantik dengan jubah berwarna hitam muncul. Ia tersenyum pada Caterina dan membungkuk hormat. "Halo, Nona Evelyn." Suaranya mengalun lembut.

"Kau pasti tahu bagaimana keadaanku. Aku ingin bertemu dengan Baginda Kaisar. Beri tahu aku di mana tempat tinggalnya."

Penyihir cantik itu menggeleng. "Maaf, Nona. Keberadaan Baginda Kaisar Gavier tidak bisa saya lacak. Ada sihir pelindung di tubuhnya. Sulit untuk menembus pertahanannya."

Caterina berdecak. "Lalu? Aku harus bagaimana! Kenapa dia tidak datang ke sekolah? Guru seni itu juga tidak datang!" rengek Caterina. "Dia memberikan perintah untuk tidak mendekat padanya. Apa yang harus kulakukan dengan itu?"

Guru seni? batin sang penyihir wanita. Ia tersenyum sebagai tanggapan atas rengekan Caterina. "Bagaimana kalau Anda melakukan hal yang sama seperti tiga minggu lalu?" Ia mengeluarkan tangannya dari dalam jubah, terdapat botol kecil berisi cairan hitam di genggaman. "Sisa sihir yang Anda tempelkan pada Yang Mulia masih ada di kepalanya. Anda bisa memanfaatkan itu untuk memperkuat pengaruhnya. Jika Anda berhasil mendekati Beliau, lalu membuatnya meminum ini maka Anda bisa berhubungan lagi dengan Baginda Kaisar Gavier."

Caterina menerima botol itu. "Setelah bercinta dengan Baginda waktu itu, pengawalnya memaksaku meminum obat kontrasepsi."

"Itu benar. Anda harus berhubungan dengan Baginda Kaisar Gavier lagi."

"Apa kau bisa mengurus itu? Pengawalnya banyak sekali." Caterina memutar botol yang ada di tangannya. "Omong-omong, cairan apa ini?"

"Itu seperti obat perangsang, Nona Evelyn," jawab Sang Penyihir. "Saya akan mengurus para pengawal setelah Anda berhasil tidur dengan Kaisar Gavier."

"Oh, begitu." Caterina mengangguk. "Baiklah. Kembalilah ke tempat asalmu. Teman-temanku sudah datang."

"Saya pamit, Nona." Penyihir itu langsung hilang dalam kabut tebal.

Caterina melangkah keluar bilik bersamaan dengan teman-temannya mendorong tiga anak yang membicarakan Caterina tadi. Ia bersedekap sambil meletakkan kakinya di atas kepala salah satu anak yang bersimpuh. "Nah, kita mulai permainannya."

°˖ ⊹ ꒰𖠔꒱ ♡

Kalyan membuka tirai ranjang yang menjadi tempat Chloe tidur. Dia duduk di tepi kasur, lalu menggenggam tangan mungil sang gadis. Memperhatikan dengan saksama wajah Chloe. Muka cantik itu tidak lagi pucat seperti sebelumnya, warna bibir Chloe kembali. Suhu tubuhnya pun mulai hangat dan detak jantungnya stabil. Kalyan menghela napas lega, keadaan gadisnya berangsur membaik. Ia telah menjaga Chloe sejak pingsan hingga so ini.  Kalyan mengetahui bahwa Chloe sedang memulihkan tenaga setelah mengeluarkan energi yang sangat besar untuk menyembuhkan Kalyan. Sang pria menghela napas. Sedikit merasa jengkel dengan tindakan Chloe yang tiba-tiba. Dia tak akan membiarkan kejadian ini terulang untuk kedua kali.

"Lian."

Kalyan melihat luar tirai. Menemukan Dax berdiri sambil memegang kantong plastik berwarna putih. Kalyan berkata, "Kau sudah melakukan tugasmu? Menghubungi keluarga Chloe menggunakan ponselnya dan memberi tahu Kepala Sekolah."

"Sudah. Ayah Nona Chloe benar-benar mengira jika Nona Chloe yang mengetik itu. Aku memang hebat dalam hal ini," kata Dax membanggakan diri. "Aku membawa roti untukmu. Sekarang sudah sore, kau belum makan apa pun sejak pagi."

"Aku tidak lapar."

Dax menghela napas. "Lian, kau masih membutuhkan energi karena aku tidak bisa menyediakan stok darah untukmu di sini. Tidak ada tempat untuk mengawetkan darah tiga tahun lalu di sini. Setidaknya makanlah roti untuk mengganjal perutmu itu." Ia berdecak. Terkadang dia jengkel dengan sifat keras kepala Kalyan. Sedari pagi, kaisarnya itu menolak untuk makan dan hanya duduk di samping Chloe. Andai saja Kalyan bukan seorang kaisar, Dax mungkin akan memukul kepalanya.

"Baiklah, baiklah." Kalyan memutar bola mata malas, lalu mengulurkan tangan meminta roti itu.

"Aku tidak tahu Nona Chloe bisa mengomel atau tidak, tapi aku berharap dia mengomelimu." Dax memberikan roti isi cokelat pada Kalyan.

"Kau makin berani saja padaku, ya."

"Hehe, mana mungkin. Saya hanya bercanda!"

°˖ ⊹ ꒰𖠔꒱ ♡

Penjelasan singkat :
Darah tiga tahun lalu. Maksudnya, tiga tahun lalu adalah tahun kesembilan di mana para vampire bisa meminum darah manusia.

Ann White Flo

Our Destin ꒰𖠔꒱Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang