꒰𖠔꒱ Malam Festival

48 5 0
                                        

Omong-omong, sejak kedatangan Kalyan, aku tidak pernah melihat pulau Sorcery dan tidak merasakan perasaan aneh itu lagi, batin Chloe. Apa dia begitu karena kesibukan? Tidak, tahun-tahun yang lalu Chloe juga sibuk mengerjakan ini dan itu, tapi tidak pernah absen menatap lamat pulau Sorcery. Lantas kenapa? Chloe tidak lagi merasa 'tertarik' sekarang, malah biasa saja.

"Ayo kita ke tempat lain! Jus buah di kedai sana kelihatan enak!" kata Lili menunjuk kedai yang menjual minuman buah.

"Ayo!" kata Dax semangat.

Chloe tertawa melihat tingkah Lili dan Dax yang tampak seperti anak kecil. Ia berjalan tepat di belakang mereka sambil membalas sapaan anak-anak murid yang dia temui. Chloe diminta oleh Dax dan Lili untuk mencari tempat yang bagus agar mereka dapat menikmati makanan dengan tenang. Chloe lantas menunggu di bangku bawah pohon, sementara Lili dan Dax memesan minuman buah untuk mereka bertiga. Chloe menghela napas. Ia melepas sandal model ankle strap wedges, lalu memijit kakinya yang agak sakit karena memakai sandal tinggi itu.

Chloe bersandar, lalu mendongak. Melihat daun-daun pohon yang menghalang sinar matahari. Suasana yang cukup tenang karena tempatnya agak jauh dari keramaian. Chloe tiba-tiba memikirkan Kalyan. Ia sedikit kecewa lelaki itu tidak datang dan jalan bersama mereka. Padahal, Kalyan yang paling sibuk dalam menyiapkan festival ini.

"Nona Chloe!" Dax datang membawa minuman diikuti Lili yang menenteng banyak makanan ringan.

Chloe tersenyum. "Aku rasa kita bisa piknik dengan makanan dan minuman yang kalian bawa."

"Ide bagus, Nona Chloe! Kita bisa menggelar tikar di bawah pohon ini!" Dax menaikkan jempol, lalu tersadar. "Ah, tapi aku tidak membawa tikar."

Chloe tersenyum sambil berdiri dan menenteng sepatunya. Ia menginjak rumput di bawah pohon, mencari tempat yang paling dingin, lalu menjentikkan jari. Seketika tikar panjang dan tebal muncul tergelar di atas rumput dekat akar pohon. Chloe dapat mendengar suara kagum dari Dax dan Lili.

"Nona Chloe hebat sekali!" Dax ingin tepuk tangan, tapi tidak bisa.

"Chloe paling terbaik!" Lili ingin tepuk tangan juga, tapi tangannya memegang banyak makanan.

"Sebaiknya kalian meletakkan makanan dan minuman itu dulu di sini," kata Chloe. Ia mendudukkan diri di tikar. Lalu menyusun makanan dan minuman yang Dax dan Lili taruh.

"Selamat makan!"

°˖ ⊹ ꒰𖠔꒱ ♡

Kalyan menatap penuh amarah pada Dewan Evelyn—Abila Evelyn—ibu Caterina. Ia mencengkeram ujung meja hingga retak dan berkata, "Kau tidak pantas mengatakan itu padaku, Dewan Evelyn. Kau adalah ibu dari pelaku yang menjebakku!"

"Itu karena Anda selalu menolak untuk bertunangan dengan Caterina! Sudah 60 tahun Anda menjabat sebagai Kaisar dan kedua benua ini tidak pernah memiliki seorang permaisuri karena Anda selalu menolak lamaran pernikahan. Caterina satu-satunya yang cocok dengan Anda, mendampingi Anda sebagai permaisuri!" balas Abila dengan nada emosi di seberang sana. Ia sangat tidak setuju anak perempuannya dikurung di ruang penyiksaan paling dalam kekaisaran Nuance. Jauh dari jangkauan orang lain dan sihir.

Kalyan menggebrak meja. "Selama 60 tahun aku menjadi Kaisar, tidak ada satu pun rakyat yang protes dengan kepemimpinanku. Kalaupun ada, masalahnya ada pada kalian. Jika aku dan Caterina menikah, dia tidak akan pernah menjadi permaisuri yang baik. Apa kau tidak tahu kelakukan anakmu itu di sekolah, huh? Kau mau membuat rakyatku menderita dengan memiliki ratu bodoh seperti itu?!"

"Anda tidak pantas mengatakan itu!" Abila berdiri dari duduknya. Mata cokelat Abila berkilat ungu. "Putri saya lebih dari cukup untuk menjadi seorang permaisuri! Tidak ada kandidat lebih baik dari itu!"

"Hah." Kalyan menatap rendah Abila. "Ambisimu untuk menjadi keluarga kerajaan tidak akan pernah terwujud. Apa pun yang kau katakan, kau tidak bisa melawanku yang seorang kaisar, Dewan Evelyn. Dengar ...." Suara Kalyan merendah. Mata emasnya tampak berkilat. "Sekarang pun aku bisa membuat gelar bangsawan dan jabatan milikmu hilang dalam sekejap. Apa kau lupa kejadian 15 tahun lalu? Menurutmu, kenapa para dewan tersisa empat?" Kalyan diam. Melihat reaksi Abila dan para dewan lain yang bungkam dan menunduk takut. Kalyan tertawa remeh. "Kita sudahi panggilan video ini."

Kalyan mematikan komputer lalu bersandar. Kesal sekali rasanya menghadapi Abila yang sama menjengkelkan dengan Caterina. Posisi permaisuri tidak akan pernah diisi oleh wanita dari keluarga Evelyn. Kalyan pastikan itu karena dia sudah punya calon permaisuri. "Chloe," gumam Kalyan.

Ia melirik jam dan fokus mendengarkan suara ramai dari festival. Pasti Chloe sedang menikmati acara itu, berpenampilan cantik, dan tersenyum senang. Kalyan menyungging senyum tipis mengingat bagaimana aura gadisnya dapat menenangkan pikiran. Kalyan tidak khawatir dengan keamanan Chloe karena sudah menempatkan Dax di sisi gadis itu.

Aku jengkel karena Dax terlalu akrab dengan Chloe, batin Kalyan mulai kesal. Ia mengangkat kaki dan meletakkannya di meja. Lalu menjadikan tangan sebagai bantal. Ia pikir, haruskah dia pergi menemui Chloe? Namun, jika Kalyan pergi, ada kemungkinan suasana festival itu berubah agak canggung karena kehadirannya, para manusia pasti mengenal siapa kaisar mereka.

"Ah, daripada itu, ada orang yang harus kutemui." Kalyan berdiri sambil mengambil jas hitam. Lalu melangkah keluar ruangan.

°˖ ⊹ ꒰𖠔꒱ ♡

Chloe meringis sakit sambil membuka pintu rumahnya yang besar. Tumit kakinya agak lecet karena seharian penuh berjalan mengikuti Lili dan Dax, juga ia sampai di rumah sekitar pukul tujuh malam karena harus mengawasi beberapa murid yang bersih-bersih untuk melanjutkan festival besok. Lalu memastikan mereka pulang ke asrama dan pulang ke rumah.

Aku sedang menyalurkan energi ke luka di kakiku, tapi karena terlalu kelelahan, aku jadi kurang fokus dan lukaku membutuhkan waktu agak lama untuk sembuh, batin Chloe. Ia masuk sambil menenteng tas dan sandal tinggi. Dia bertatih-tatih menaiki tangga menuju lantai dua. Lalu ketika sampai di kamar—tanpa menyalakan lampu, Chloe langsung baring di sofa panjang. Dia harus bangun untuk mandi, ganti baju, perawatan malam, kemudian tidur. Namun, Chloe rasanya tidak punya tenaga melakukan itu.

Chloe bergeming ketika mendengar pintu balkon kamar tiba-tiba dibuka. Dia langsung bangkit dan memperhatikan pintu yang kini tirainya berkibar. Langit malam bercahaya bulan menerobos masuk ke dalam kamar Chloe yang lampunya belum menyala. Ia mengernyit, lantas dengan susah payah berdiri dan melangkah mendekat ke balkon.

"Siapa?" ucap Chloe bertatih-tatih, ia langsung menyentuh pagar balkon. Lalu melihat taman belakang rumah yang luas dan dihias bunga. Tidak ada orang. Chloe menghela napas, lantas berbalik.

"Kenapa dengan kakimu?"

Chloe terkesiap hingga spontan melangkah mundur. Punggungnya menabrak pagar dan berbunyi agak keras. Ia menatap kaget pada Kalyan yang berdiri santai di hadapan. Chloe mengatur diri, lantas berkata, "Kalyan? Apa yang kau lakukan di sini?"

"Menemuimu." Kalyan tersenyum. Memasukkan kedua tangan ke saku. "Aku kesal tidak bisa melihatmu berpenampilan sangat cantik hari ini karena harus mengurus beberapa hal. Jadi, aku memutuskan datang ke rumahmu saja." Ia menelisik penampilan Chloe. Cantik sekali—meskipun rambut sedikit berantakan dan wajahnya tampak kelelahan. Justru Kalyan suka pemandangan ini. "Kau cantik sekali bahkan di bawah sinar rembulan."

"Terima kasih." Chloe tersenyum walaupun masih syok.

"Apa ayah dan kakakmu tidak pulang?"

Chloe mengerjap. "Tidak. Mereka lembur hari ini, ada banyak pasien."

"Hm, begitu." Kalyan membungkuk, lantas menggendong Chloe di bahu lebarnya. "Aku tidak akan sungkan kalau begitu."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Our Destin ꒰𖠔꒱Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang