꒰𖠔꒱ Taman Belakang Mansion

46 6 0
                                        

"Maaf, Yang Mulia. Baginda Kaisar tidak bisa menemani Anda makan malam hari ini." Arys menunduk. Ia baru saja mendapat kabar bahwa setelah rapat, ada tamu yang datang dari keluarga Dewan Harist bersama putrinya ke istana utama. "Baginda Kaisar terpaksa makan malam di istana utama bersama para tamu."

"Ah, begitu, ya." Chloe mengangguk paham. Ia tersenyum pada Arys. "Tidak masalah. Aku mengerti. Kalau begitu, apa aku boleh makan malam di balkon kamarku?"

"Baik, Yang Mulia. Saya akan meminta pelayan membawakan makanan Anda." Arys undur diri.

Chloe mengangguk sebagai jawaban dan menutup pintu kamar. Dia sedikit kecewa dengan berita mengenai Kalyan, tapi ia pun tak bisa protes dan egois karena tamu kerajaan lebih penting. Chloe melangkah ke balkon kamar. Sekarang ia merasa sangat sepi setelah kepergian Lais—yang begitu cerewet—tidak ada teman cerita. "Lais juga dipanggil untuk menghadiri makan malam itu," gumam Chloe.

Tak lama kemudian. Pelayan masuk sembari mendorong troli berisi makanan. Dua orang pelayan wanita dengan telaten menyusun piring serta lauk pauk di meja Chloe. Sang gadis mengucapkan terima kasih dan mulai makan dalam diam.

°˖ ⊹ ꒰𖠔꒱ ♡

Kalyan mendobrak pintu ruang kerjanya di istana utama. Ia melempar jas sembarangan lalu mengusap surai putihnya. Menggeram singkat dan mengepalkan tangan. Dia sangat marah dengan ucapan Dewan Harist yang begitu angkuh dan percaya diri—padahal waktu rapat mendadak Dewan itu dibuat bungkam. Harga diri Kalyan yang seorang kaisar tersinggung karena itu.

"Lian, tenanglah," ucap Dax yang baru masuk diikuti Lais. Ia pun kesal dengan obrolan saat makan malam tadi, tapi tak bisa melakukan banyak hal.

"Kau menyuruhku tenang dengan keangkuhan Pak Tua itu?!" Kalyan menggebrak meja. "Berani-beraninya dia mengusulkan rencana perjodohanku dengan putrinya?!"

"Dewan Harist memang keterlaluan sekali." Lais mengangkat bahu santai. "Aku juga merasakan hal yang aneh dengannya. Bukankah Dewan Harist selalu mengikuti Dewan Abila? Dia pasti tahu Nenek Tua itu berusaha menjodohkan Lian dengan anaknya, tapi Pak Tua itu malah maju."

"Aku juga punya pikiran yang sama," kata Dax. Ia melirik Kalyan yang kini duduk di kursi kerjanya sambil mengatur napas. "Lian, tenangkan dirimu. Ada hal penting yang harus kita pikirkan. Putri Dewan Harist adalah salah satu bangsawan terkenal di kalangan sosial. Rumor kau yang berencana dijodohkan dengannya akan tersebar luas hanya dalam satu malam saja."

"Aku tahu." Kalyan menghela napas. "Mereka akan datang besok. Aku ingin keluarga mereka dilarang masuk ke area kerajaan. Itu bentuk penolakan dariku pada perjodohan itu dan juga balasan karena Dewan Harist bersikap lancang padaku."

"Baik, Lian." Dax mengangguk. Lalu undur diri untuk mengurus masalah ini.

Lais menatap kepergian Dax yang begitu cepat bagai angin, lalu menatap Kalyan. "Chloe juga pasti akan mendengar hal ini."

"Bagaimana keadaannya?" Kalyan mengusap rambut.

"Baik-baik saja. Dia cukup nyaman di tempat ini, tapi sepertinya Chloe agak gelisah karena kau belum menemuinya. Yah, dia pintar menahan diri." Lais mengangkat bahu cuek.

" ... Aku akan pergi mengunjunginya. Lais, katakan pada Dax untuk mengurus sisanya." Kalyan berdiri dan merapikan kemeja yang agak berantakan, lalu hendak melangkah keluar.

"Sebentar. Aku punya pertanyaan." Lais mengangkat tangan. "Apa ada seseorang yang sudah menyembuhkanmu atau semacamnya? Sejak tadi aku penasaran ... kenapa kau 'bersih' sekali?"

Kalyan mengangguk. "Chloe yang melakukan ini. Dia bilang, sihir yang perempuan gila itu berikan padaku bukan sihir hitam, melainkan campuran sihir cahaya dan kegelapan." Ia menghela napas. "Kau hanya membersihkan aura sihir itu di dalam diriku. Sihir putih yang bercampur dengan kegelapan diriku dan membuatku 'kotor'. Lalu sihir hitam sudah netral saat masuk ke tubuhku."

Our Destin ꒰𖠔꒱Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang