"Dasar, pa aya!" dumel Adhya dengan menekuk wajah kesal. Istrinya dibiarkan kesusahan sedangkan dia sibuk dengan para betina!
Adhya melirik Nolan yang tengah haha hihi dengan pelayan toko yang semok itu. Memang buaya, mencari betina pun yang banyak dagingnya.
Adhya yang kesal melempar semua belanjaan hingga berserakan di lantai lalu pergi begitu saja tanpa peduli dengan semua itu. Tangannya sakit mengangkat semua belanjaan mingguan itu.
Nolan menatap tingkah Adhya lalu segera meninggalkan pelayan itu dan meraih semua belanjaan yang tercecer di lantai.
"Dasar emosian," kekeh Nolan dengan santai mengangkat semua belanjaan dan pergi tanpa menoleh pada pelayan yang sempat dia goda itu.
Nolan hanya main-main seperti biasa.
Sesampainya di mobil, Adhya bersandar pada pintu mobil dengan santai. Menunggu Nolan membuka pintu.
"Rusak telurnya, lo lempar gitu aja,"
Adhya tidak peduli.
***
"Sugar," panggil Nolan seraya mendekati Adhya yang telungkup di sofa dan sebelah tangannya sibuk menuliskan sesuatu pada buku.
Nolan dengan tidak sadar diri telungkup di atas tubuh Adhya yang langsung mengerang kesal karena keberatan.
"Modus ya lo!" protes Adhya dengan kesulitan karena Nolan sungguh berat.
"Hm, gue modus." Nolan mengecupi tengkuk Adhya.
Adhya terus protes hingga wajahnya memerah karena kesal. Dia menjambak Nolan namun Nolan malah cekikikan.
"Lepas! Berhenti cium-cium! Ihh! Berhenti!" Adhya mencoba berbalik walau kesulitan hingga pada akhirnya posisi terasa lebih buruk.
Dia di bawah Nolan. Tubuh keduanya merapat sampai Adhya bisa merasakan sesuatu yang menonjol menusuk pahanya.
Sejenak Keduanya terdiam melihat jarak yang begitu tipis. Nolan meniup wajah Adhya sampai terpejam sekilas plus kaget.
"Ck! Minggir!"
Nolan malah menggerakan pinggulnya seolah tengah berc*nta. "Kita latihan dulu, nanti tuh kayak gini.." kekehnya.
"Iiihhh! C*bul! Lo ngapain sih?!" teriaknya panik merasakan sesuatu itu.
Adhya ingin menendang anu Nolan tapi tidak bisa karena kakinya kini berada di setiap sisi tubuh Nolan.
Mereka terlihat seperti tengah berc*nta sungguhan..
"Lepas! Gila ya lo!" amuk Adhya dengan wajah begitu merah antara malu dan merinding merasakannya.
Apalagi bibir Nolan menyerang lehernya.
Adhya kian melotot merasakan sesuatu yang kian mengeras itu, menggesek di bawah sana walau terlahang kain. Nafas Adhya sampai pendek-pendek.
"Gue nangis ya! Gue benci sama lo!" Adhya kian panik merasakan desir nikmat itu. Dia takut, dia belum siap.
Nolan cekikikan usil lalu berhenti. Dia tatap wajah Adhya yang memerah dengan kedua mata berlinang air mata.
"Cengeng! Masa takut sih, bukannya pemberani?" ledeknya.
Adhya terengah emosi. Hal begini tidak bagus jadi bahan candaan.
"Minggir!" bentak Adhya kesal.
"Ga mau."
Adhya pun menangis saking kesal. Dia merasa dilecehkan tapikan Nolan suaminya. Membuat Adhya semakin menangis jengkel.
Nolan malah tersenyum melihat Adhya menangis sambil memukulinya. Memang menyebalkan dan usil.
***
Nolan membuka mata saat melihat Adhya masih terlelap dan mendengkur halus di sampingnya.
Nolan melepaskan belitannya di perut Adhya lalu menggeliat, menguap dan mendudukan tubuhnya.
Hari ini dia akan bertemu dengan teman, salah satu temannya yang memang pewaris di salah satu perusahaan.
Dia akan meminta satu tempat untuk Adhya.
"Bangun," Nolan mengecup pipi Adhya dengan gemas.
Adhya sontak mengernyit dan membuka matanya. "Ck! Apa sih! Ga usah cium-cium!" amuknya dengan suara serak khas bangun tidur.
Nolan malah menarik perut Adhya agar mendekatinya yang kini bergerak mengukung. "Serahlah, kan suami- Agh!" Nolan terpejam sejenak saat Adhya bangun dan membuat keningnya membentur ke bibirnya.
Nolan tahu Adhya pasti sengaja. Nolan segera menyingkir dan menyentuh bibirnya yang agak berdarah.
"Sengajakan?"
"Aduh, sorry ga sengaja." santai Adhya dengan masih agak ngantuk.
"KDRT!"
"Oh ya? Kalau gitu laporin ya, biar kita bisa- agh!" Adhya terhenyak saat tubuhnya kembali terlentang dan Nolan gelitiki.
"AMPUUUNN! Maaf, udah maaf! Argh ampun, haahaha!" Adhya sungguh kewalahan.
Nolan pun berhenti, menatap Adhya yang memelankan tawanya seraya terengah lalu tak lama menatapnya kesal.
"Apa? Mau lagi?"
Adhya segera kabur setelah meninju perut Nolan sampai mengaduh.
***
Nolan menghentikan langkahnya saat melihat Adhya melepaskan handuknya dan asyik memakai pakaian.
Nolan tidak bisa bergerak. Maju akan habis oleh Adhya dan mundur terlalu sayang untuk dilewatkan.
Nolan terdiam di ambang pintu kamar mandi. Adhya masih belum sadar dan berpikir Nolan akan lama di kamar mandi seperti biasanya.
Adhya memakai br* lalu celana dalam yang membuat Nolan menelan ludah kasar. Adhya indah sekali.
Hingga tak lama Adhya selesai dan berbalik. Tubuhnya membeku. Keduanya saling berpandangan. Sama kaget.
Cukup lama hingga pada akhirnya Nolan yang kepergok memilih melangkah maju, meraih wajah kaku Adhya dan melahap bibirnya rakus.
Adhya melotot dan kian membeku kaku. Bibirnya terus di lumat. Apa Nolan mengintipnya? Sejak kapan?