25. Kesedihan Dan Kebahagiaan

23.6K 944 27
                                    

Adhya tersenyum menatap Caca yang cantik sekali hari ini. Hari di mana Adit dan Azura menikah, hanya keluarga, beberapa teman saja yang datang.

"Gue ga tahu pak Ciko akan datang, Lo ga papakan, Ca?" Adhya berubah cemas.

"Ga papa, Adhya. Caca ga mau banyak pikiran, kata pak dokter jangan banyak pikiran," jawabnya.

Tersenyum memang tapi entah kenapa kedua mata Caca terlihat sedih.

"Kalau dia maksa, nyakitin, jangan ragu bilang ya, Ca.." ujar Nolan yang fokus di kemudi lalu menghentikan mobilnya di gedung apartemen agak lusuh itu.

"Apa ga mau pindah tempat?" tanya Nolan. Dia banyak kontrakan yang aman, tapi Caca selalu saja menolak.

"Ini tempat yang nyaman, kak Nolan." Caca meraih semua barangnya. "Makasih ya udah antar Caca,"

"Jangan sungkan, Ca. Ada apa-apa telepon, kita pasti usahain datang," balas Nolan.

"Iya, jangan takut. Bergantung aja sama kita," 

***

"Apa Caca beneran baik-baik aja?" Adhya menatap jemarinya yang di genggam Nolan.

Mereka masih di perjalanan menuju kediaman. Nolan terlihat santai melajukan mobilnya. Sambil jalan-jalan malam mungkin.

"Emang kenapa?"

Adhya menatap Nolan, apa ceritakan saja?

"Kak Azura.."

"Dia kenapa?" Nolan melirik sekilas.

"Dari dulu, Caca selalu ngerasa Adit direbut perhatiannya, selalu utamain Azura, kita ga tahu soal sakit mentalnya,"

Nolan terdiam sejenak.

"Seharusnya, maunya Caca.. Diakan adiknya, harus lebih diutamain, dia juga kesulitan, Nolan. Apa di dunia ini, cuma Kak Azura yang punya masalah mental?"

Nolan masih memilih diam.

"Caca juga punya, dia selalu merasa kesepian, ditinggal, wajahnya aja polos kayak bayi, dia aslinya sama rapuh kayak kak Azura.. Makanya apa Caca baik-baik aja liat kak Adit nikah sama Azura yang pastinya Caca akan merasa Adit sepenuhnya punya Azura sekarang.."

Nolan tiba-tiba merasa bersalah. Dia maupun Adit sama saja. Mengutamakan perasaan Azura, menyuruh orang disekitarnya mengerti tentang  Azura tanpa peduli perasaan yang lain.

"Tapi Caca terus nolak gue nginep, apa sekarang dia lagi nangis sendirian?" Adhya tiba-tiba terisak.

Kenapa Caca cobaannya berat. Hamil sendirian, apa dia sungguh baik-baik aja?

***

Caca terisak sesak, terus mengayunkan langkah menuju pintu apartemennya. Dia memasukan pin lalu masuk tanpa bisa berhenti dengan tangisnya.

Mungkin karena hormon juga membuatnya begitu sensitif.

Caca senang melihat senyum bahagia di bibir Adit, mereka cocok. Ganteng dan cantik tapi entah kenapa dia begitu sedih.

Dia merasa semakin sendirian. Kakaknya, orang satu-satunya yang selalu ada kini memiliki kehidupan baru yang mungkin saja fokusnya tidak lagi padanya sepenuhnya.

Caca melepaskan tas di tangannya begitu saja. Tangisnya semakin kencang, dadanya sesak. Tangisnya begitu tergugu.

Caca tidak peduli dengan sekitarnya yang gelap. Masih ada bulan yang menerangi apartemennya lewat jendela besar itu.

Hingga siluet hitam terlihat, suara langkah terdengar. Tangis Caca agak terjeda saat melihat pria tinggi mendekat dan merengkuhnya.

Tanpa peduli siapa. Caca kembali menangis, tersedu-sedu. Yang dia tahan seharian ini pecah di pelukan orang yang harusnya dia benci.

Musuh Seranjang (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang