8. Membeli Dan Memasang K*ndom

50.8K 890 9
                                    

"Biasa aja dong jalannya, jangan kayak kingkong gitu," Nolan terbahak pelan sambil ngemil dan selonjoran di sofa.

Sungguh santai hidupnya. Membiarkan uang yang mengejarnya bukan dia yang mengejar uang.

Adhy terpejam kesal, terus berjalan ke dapur tanpa bisa mengubah jalannya yang agak ngangkang itu.

Jika dirapatkan rasanya aneh, mana masih agak merasa mengganjal. Akibat pagi kedua setelah pagi pertama.

"Lo yang bikin gue gini!" semprot Adhya dengan membawa dua botol minuman atas perintah Nolan.

"Iya, sugar. Maaf ya," Nolan menyambut botol di tangan Adhya sambil memiting leher Adhya tanpa tenaga lalu menyedot pipinya sekilas.

"Jorok! Ihh! Jijik tahu!" amuk Adhya semakin kesal. "Tahu ah! Mau ke Caca aja!" putusnya seraya beranjak marah.

"Caca kerja, emang lo pengangguran," ledek Nolan dengan kekehan.

Lihat perubahan sikap itu! Saat minta jatah begitu lembut tapi setelah semua terjadi menyebalkan lagi.

"Aduh-aduh!" pekik Nolan.

Adhya memukulinya membabi buta lalu pergi dengan teramat kesal sampai mata berair. Kebiasaan. Marah pasti nangis.

Nolan menyimpan minumannya. Dia mengejar Adhya ke kamar.

"Ayo, kita ke perusahaan Caca," ajak Nolan.

Adhya tetap tidak merespon.

"Ga mau?"

"Lo rese! Gue capek, jangan diajak bercanda dulu," kesalnya dengan bibir bergetar menahan tangis namun air mata tetap berjatuhan.

"Ululuh, cengengnya.." Nolan menarik Adhya ke pelukannya dengan paksa.

"Gue serius!" pekik Adhya kesal. "Dari selesai mandi, lo terus aja usil! Gue tuh lagi banyak pikiran!" amuknya.

Nolan mulai serius. "Apa? Lo mikirin apa?" tanyanya.

Adhya memilih melepaskan pelukan Nolan yang awalnya susah menjadi mudah karena Nolan mengalah.

"Mau tidur. Nanti sore anterin ke Caca," lalu melangkah lagi sambil menyeka air matanya.

Nolan menghela nafas sabar karena Adhya masih tidak terbuka lalu melirik kaki Adhya yang banyak jejak merah. Benar, yang membuat Adhya berjalan seperti kingkong dirinya.

"Ck! Lo enak sih, mana sah di mata hukum." gumamnya. 

***

Nolan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, sambil menikmati senja dan Adhya juga tidak buru-buru.

"Beli makanan buat Caca, mampir dulu."

Nolan tidak menjawab.

"Denger ga?" Adhya menatap Nolan agak kesal karena merasa diabaikan. Biasanya juga akan sangat berisik mengusilinya.

"Pake pertanyaan dong, boleh beli makanan dulu buat Caca? Jangan kayak preman, gue suami lo sekarang." Nolan menaik turunkan alisnya usil.

Adhya menghembuskan nafasnya kesal. "Boleh mampir?" tanyanya setenang mungkin bukan selembut mungkin.

"Boleh, sugar."

Adhya berpaling ke jendela. "Sugar-sugar! Gue bukan sugar!" dumelnya pelan. Biasanya juga bodo amat, mungkin karena kesal jadi terdengar menyebalkan.

"Beli apa?" Nolan mengusap-usap paha Adhya.

Adhya menatap itu. "Apa ke semua perempuan lo gini?" tanyanya lalu menatap Nolan tanpa menepis.

Musuh Seranjang (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang