"Ca? Caca?" Andi mengangsurkan satu botol susu kecil rasa Coklat kesukaan Caca. "Ca?" panggilnya lagi sambil duduk di sebelahnya.
Adhya menautkan alisnya juga, Caca hanya mengaduk makanan. Apakah selama sebulan ini Caca ada masalah?
"CA!" Adhya mencolek lengan Caca kesal namun juga cemas. "Kenapa?" tanya Adhya lalu menolak panggilan Nolan. Dia ingin tahu dulu Caca kenapa.
"Itu, bingung. Mau sewa apartemen yang di deket sini atau yang satunya lagi, harganya sih ga jauh beda," Caca tersenyum. "Gimana ya?" lalu menatap Andi dan Adhya.
"Mau dibantu?" Andi tersenyum ramah.
Dela yang baru sampai duduk di samping Adhya.
"Bantu apa?" Dela menyahut penasaran.
"Ini mba, lagi cari apartemen, terus ada dua yang deket kantor, bingung gitu Caca.." jelas Caca sambil memulai makan walau tidak selera.
"Nanti mba bantu, jangan sampe mas Andi tahu," kekehnya jenaka.
Andi tersenyum tanpa tersinggung. Cap buayanya sudah terlalu melekat. Jika pun berubah tidak akan bisa mereka percaya.
Andi tidak peduli juga soal itu.
***
"Kak, jauh.. Capek tahu! Caca ga sanggup bolak-balik ke sini, terlalu jauh." Caca membereskan semua barang.
Adhya juga membantu, menyimpan beberapa barangnya di nakas, di lemari kecantikan. Adhya menarik sesuatu yang terselip di buku.
Garis dua? Ini apa?
Adhya menyembunyikan itu. Momennya tidak tepat. Nanti saja jika dia berdua dengan Caca. Apa Caca hamil gara-gara hilang di club? Apa Caca berbohong?
Adhya memucat. Jantungnya berdebar kencang. Sahabatnya hamil. Anak siapa? Caca baik, tidak pacaran. Lalu siapa? Atau ini test milik temannya?
Teman? Caca hanya memilikinya, Adhya belum hamil. Mba Dela juga ga mungkin rasanya.
"Malah bengong," Nolan menampar manja bokong Adhya. "Bantuin Caca, sugar," kekehnya sambil mengacak poni Adhya.
Anehnya Adhya tidak berseru kesal atau merespon apapun. Dia malah kembali bergerak membereskan barang Caca.
Nolan mengangkat satu alisnya heran. Tumben sekali langsung nurut tanpa ada perdebatan atau kekesalan.
"Ada salah? Hm? Gue ada salah, sugar?" Nolan mengintip wajah Adhya yang terlihat tegang, pucat juga.
"Ga."
"Ada apa?" Nolan memaksa.
Adhya berkaca-kaca, apa karena di club saat itu? Adhya terisak.
"Kenapa?" tanya Adit.
Caca mendekat, menyingkirkan dua pria itu. "Ada apa, Adhya? Siapa yang jahatin, bilang sama Caca? Kak Nolan jahil?" tanyanya.
"Siapa, Ca?—" Adhya segera mengalihkan. "Ga, aku ga papa.. Mau datang bulan kayaknya," Adhya menahannya. Kasihan Caca jika Adit sekarang tahu. Dia harus mendiskusikannya.
"Ha? Aneh banget," ceplos Caca.
"Lanjut aja, agak kepikiran hal lain," Adhya tersenyum menenangkan mereka dan kembali sibuk.
Hingga Adhya dan Nolan kembali pulang setelah mengantarkan Caca ke apartemen. Apa keinginan Caca itu sebagai pelariannya agar tidak ketahuan hamil?
Nolan melirik Adhya yang terus diam, terlihat memikirkan sesuatu yang begitu berat. Apakah ada masalah?