Ciko menatap Caca yang mengigau di tidurnya. Demam memang belum turun tapi dokter sudah menanganinya. Demamnya muncul hanya karena banyak pikiran dan kelelahan.
Ciko sangat tahu, betapa berisiknya pikiran Caca walau wajahnya seperti bayi polos.
Ciko usap peluh yang muncul lalu mengompres lagi. Caca sudah ganti pakaian, dia menggantinya agar nyaman karena yang sebelumnya penuh keringat.
"Hiks.." Caca menangis dalam tidurnya lalu terdiam lagi. Entah apa yang sedang dia mimpikan saat ini.
Ciko menatapnya tak terbaca. Dia salah satu alasan kehancuran Caca. Dia menyesal namun semua sudah terjadi. Dia hanya akan bertanggung jawab.
Dia akan menjamin dan membahagiakan Caca.
"Ha.. Dingin," lirih Caca dengan mata sedikit terbuka. "Kak Adit.." lirihnya begitu pelan dengan mata kembali terpejam.
Ciko masuk ke dalam selimut, menutupi Caca dan memeluknya agar hangat. Caca terus bergumam tidak jelas hingga suara nafasnya yang terdengar teratur.
"Tidur yang nyenyak, mimpi indah, Caca." bisik Ciko lembut walau wajahnya tidak ada keramahan jika Caca tidak melihatnya.
Semalaman Ciko menjaganya, memastikan demamnya turun dan untungnya pagi tiba demam Caca turun.
Ciko akan mengubah dirinya sendiri untuk Caca. Dia akan mengubah dirinya lebih lembut dan perhatian agar Caca nyaman di dekatnya.
***
Adit pamit pada Azura, kemarin memang tidak jadi makan siang. Nolan dan Adhya juga membatalkannya karena ada urusan mendadak.
"Kemana?"
"Aku mau beli beberapa barang, Nolan suruh buat kontrakan yang kemarin di perbaiki," jawabnya.
"Oh, oke. Hati-hati, makan malem di sini ya.. Aku mau siapin," Azura terpejam sekilas menerima kecupan di bibirnya.
Adit mengangguk.
Adit pun pergi. Sebelum menjalankan tugasnya, dia ingin melihat apartemen Caca dulu. Mumpung masih cukup pagi.
Apa di sana ada Ciko? Bagus jika ada, dia ingin membicarakan semuanya. Dia tidak tenang, dan akan memilih mengalah jika itu baik untuk adiknya.
Sungguh dia akan berdamai walau berat mengingat Ciko pernah melukai Azura dan sekarang menargetkan Caca hingga adiknya harus mengandung sebelum menikah.
Adit pun sampai, dia turun dan menuju ke unit apartemen adiknya. Di sana hanya ada dua pegawai yang tengah membereskan sampah.
Adit tersenyum. "Saya kakak dari pemilik apartemen ini," lalu tatapan Adit meliar, menatap sekeliling.
Dalam apartemen jadi nyaman dan bersih. Ada banyak hal baru, terlihat mahal. Jika begini Caca akan nyaman.
"Pak Ciko membawa bu Caca karena beliau sakit, jadi kami di percaya menyelesaikan semua ini,"
"Sakit?" Adit berdebar cemas. "Baik, Makasih pak." Adit segera mendial nomor Caca.
Adit bergegas turun menuju mobil Nolan yang selalu dia pakai itu. Entah urusan pekerjaan atau sehari-hari.
"Ca, kamu dimana? Sakit apa?" todong Adit tanpa menyapa dulu.
"Dia masih tidur, demamnya udah turun, cuma perlu makan obat dan vitamin. Siang pulang ke apart," jelas Ciko datar.
"Dimana Caca sekarang? Dia bisa di tempat gu—"
"Lo urus Azura! Caca ga akan nyaman ganggu kalian. Dia aman di sini," potong Ciko.