Rasanya baru kemarin Adhya mengungkapkan perasaannya. Dia yang jatuh cinta, berdebar dan sangat sayang Nolan.
Nolan tentu kegirangan karena dia yang awalnya mengungkapkan perasaan. Menunggu sampai berbulan-bulan hingga Adhya menyadari perasaannya.
Tapi hidup tidak selamanya mulus. Ada saja cobaannya. Seperti hari ini.
"Jangan marah, jangan usir aku tidur diluar, hm?" Nolan membujuk bumil cantik yang perutnya kian bulat saja itu.
"Bukannya perempuan itu cantik? Pake tebar pesona pula, udah sama dia sana!" usir Adhya dengan sensitifnya.
"Yaampun, ga gitu sayangku. Dengerin aku, sugar. Tadi aku bukan godain, tapi nyapa layaknya manusia ke manusia lain,"
"Masih ngelak? Tadi itu kamu senyum-senyum genit kayak buaya!"
"Astaga! Terus aku harus nyapa sambil pasang wajah ga bersahabat gitu? Dia kan calon partner bisnis aku, ke depannya juga dia cuma berurusan sama Adit," jelas Nolan dengan sabar.
"Tetep aja, kesel!" isaknya dengan menggerakan dua kakinya bagai bocah.
"Dia cuma klien, masa aku harus terima yang cowok semua, diliat dari bisnisnya sugar, bukan orangnya.."
"Tetep kesel! Tadi tuh dia hiks kayak kepincut, ga bisa tenang aku! Akukan udah cinta sekarang!" isaknya.
Nolan menggigit bibirnya, tidak lucu dia tersenyum sekarang. Adhya yang ada akan semakin ngamuk.
Semenjak mengakui perasaannya, Adhya memang jadi posesif. Saking cintanya mungkin ya, romantis.
Nolan senang sendiri membayangkannya. Ternyata jatuh cinta semenggelikan ini, dulu mana tahu cinta selain senang-senang saja.
"Tega banget! Udah besar gini perut," celoteh Adhya tidak jelas dan asal ceplos.
"Astaga, sugar. Ini pertemuan pertama, ga akan ketemu lagi, serius. Dia ga ada apa-apanya dibanding kamu,"
"Buaya banget!"
Nolan terkekeh pelan dan langsung memasang wajah seriusnya lagi.
"Malah ketawa!" amuk Adhya dengan segala mood dan hormonnya.
"Engga, sugar. Kamu lucu, aku juga cinta kamu tapi sedih, kamu raguin aku," Nolan balas marah dan kecewa.
"Aku ga raguin! Aku bicara fakta!" tegas Adhya dengan air mata membasahi pipi.
"Aku ga goda klien aku! Itu juga fakta! Udahlah, kamu lebih percaya sama mata, pikiran kamu, kalau sama aku engga,"
"Lohhh.." Adhya semakin kesal.
"Aku sedih. Padahal aku udah beneran berubah, tapi emang susah sih. Mungkin selamanya aku di mata kamu akan terus buaya."
"Ga gitu!"
"Terus gimana? Aku ga mau bertengkar lagi, aku mau tidur sama kamu, bukan kayak musuh yang tidur seranjang!"
"Hiks.. Kok balik marah,"
"Aku udah jujur tapi kamu ga percaya," Nolan memeluk Adhya yang tidak menolak. Senyum samar terbit.
Perlahan tapi pasti, Adhya pasti akan memaafkannya.
***
"Caca mau lahiraaaaann!" teriak Adhya panik, tidak sadar kalau dirinya sendiri perutnya sudah besar.
Akhirnya. Yang ditunggu-tunggu, entah itu Adhya, Adit dan semuanya. Caca semakin bahagia semenjak menikah dengan Ciko. Membuat kebahagiaan kembali bertambah saat kabar lahiran sampai pada mereka semua.