34. Lika Liku Perasaan

17.6K 614 4
                                    

"Banyak banget aku belanja," Adhya menatap sesaknya mobil. Padahal semua baru pakaian, belum peralatan.

Nolan mengusap jemari Adhya yang dia genggam. "Yang penting kamu seneng." lalu mengedipkan sebelah matanya genit.

Adhya memicing sebal namun mengulum senyum. Nolan semakin baik, Adhyakan jadi oleng.

"Cium aja, ga usah bilang makasih," Nolan manyun lalu tertawa pelan dan manyun lagi.

Adhya mencubit pelan paha Nolan. "Ada sopir, sayang!" sebalnya berbisik.

Nolan terkekeh mendengarnya. Panggilannya sudah sayang, tapi tetap galak tidak ada lembut-lembutnya.

"Ga minta sama lidah, kecup aja." bisik Nolan yang sepertinya memang sengaja usil.

Adhya mendelik kesal tanpa ingin mewujudkannya namun Nolan tidak menyerah. Dia meraih wajah Adhya, mengecup bibirnya sekilas.

"Misi selesai." kekeh Nolan yang mengaduh saat Adhya memukul lengannya dengan pipi bersemu. 

***

Adhya mendengarkan maunya Nolan. Semua pakaian di cuci dulu dari sekarang dan baru di simpan di lemari dengan rapih.

Adhya juga sangat setuju, agar bisa menikmati waktu berduaan dengan Nolan ke depannya tanpa khawatir belum membeli ini itu.

"Untuk peralatan, aku masih pikirin. Mau tanya-tanya dulu." Adhya duduk di samping Nolan.

Nolan mengangkatnya dan mendudukannya di paha kiri. "Hm, mau pake pengasuh?" tanyanya sambil membelai wajah Adhya.

"Menurut kamu?"

"Karena kita pisah rumah sama orang tua, orang tua juga ga jamin ada 24 jam.. Menurut aku kita harus punya.. Nanti kita obrolin lagi sama orang tua aja." putusnya.

Adhya mengangguk setuju.

"Seneng banget." Nolan memeluk Adhya.

Adhya mengusap kepala Nolan, dia berjengit sedikit kegelian karena Nolan ndusel di dadanya.

"Seneng?"

"Kamu ndut." kekeh Nolan, dia jadi gemas dan juga Adhya jadi enak dipeluk.

"Kok seneng! Berarti senang di atas penderitaan orang lain!" sebal Adhya.

Nolan tertawa mendengarnya. "Bikin suami seneng harusnya kamu seneng, bukan sebel!" lalu mengecup bibirnya sekilas.

Keduanya cekikikan, ciuman dan saling memeluk. Sungguh tidak peduli apapun. Mereka hanya bertingkah seperti pengantin baru yang menggebu-gebu.

Hingga bel berbunyi menghentikan keduanya.

***

"Dia jadi lebih tenang dari biasanya." Adit memainkan secangkir teh yang dibuatkan oleh Adhya.

"Jadi, kak Azura di rumah sakit jiwa sekarang? Dia di rawat karena depresi?" Adhya cukup terkejut, Nolan tidak bercerita mungkin karena merasa itu tidak penting untuk Adhya.

Adit mengangguk. "Dia bilang, mau sembuh, seengganya membaiklah.. Kayaknya ga akan lama Azura bisa pulang, dia lebih tenang." jawabnya.

"Semoga cepet pulang, kak Adit. Nanti kita kumpul bareng-bareng. Kayaknya kita, khususnya Caca harus lebih deket sama kak Azura. Kita semua harus bisa memahami satu sama lain." secara tidak langsung Adhya ingin Adit juga fokus pada Caca juga.

Semoga dengan semakin dekat nanti, Caca dan Azura saling memahami satu sama lain. Mereka masih sama-sama membutuhkan Adit.

"Setuju, kita jadiin makan malam, siang juga oke." Nolan menyesap tehnya juga. Adit terlihat lebih baik. Semoga masalah sahabatnya segera selesai dengan penanganan tim medis khusus.

Musuh Seranjang (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang