Extra Part

31.5K 903 43
                                    

Caca menatap Adit lalu tersenyum. "Kakak di sini berapa hari? Apa kak Nolan bikin kakak diluar kota berbulan-bulan lagi?" kekeh Caca.

Adit tersenyum, memeluk adiknya sayang. "3 hari, terus balik lagi. Bisnis di sana belum beres," jawabnya.

"Gimana keadaan kak Adit, okay?" Caca mendongak menatap kakaknya yang terlihat lebih berisi di banding beberapa bulan setelah Azura memutuskan pergi.

Kita semua sedih melihat Adit yang hancur hari itu. Pernikahan pertamanya gagal, Adit tidak bisa mencegah dan memilih melepaskan Azura jika itu baik demi kesehatan mentalnya.

Adit terpuruk. Untungnya ada bayi lucu yang menghiburnya, hingga perlahan Adit bangkit, Nolan memberikannya pekerjaan agar tidak larut dalam kesedihan.

Dan sepertinya Adit bisa melaluinya.

"Lebih baik, Ca. Azura juga mulai aktif di media sosialnya lagi. Dia lebih bahagia sama anak-anak di desa. Kakak ga akan ganggu kebahagiaan dia, kakak akan bahagia juga di sini."

Caca tersenyum, memeluk Adit lagi. Entah harus senang atau sedih. Tapi setidaknya saat ini Caca senang, perhatian Adit kembali padanya.

"Mana Ciko? Thea mana?" tanya Adit. "Ini oleh-oleh. Simpen di kulkas biar bisa di makan besok, bahkan tahan semingguan." jelasnya.

"Ada, sama kak Ciko, paling main di belakang rumah." Caca segera meraih oleh-oleh itu. "Makasih, kak. Aku simpen dulu, langsung ke belakang aja." 

***

Ciko menatap anaknya yang sudah berjalan, banyak bicara walau masih cadel. Anteng sendiri dengan mainan dan kelinci peliharaan.

"Ga kerasa, Thea udah jalan dan sebawel itu." komentar Adit dengan tatapan meredup. Jika saja anaknya terus hidup, mungkin akan menjadi teman Thea.

"Hm, dia ga bisa diem." Ciko juga menatap anaknya dengan pandangan menghangat.

Dia berhasil mempersunting perempuan yang dia cintai. Hidup bersama Caca membuat Ciko semakin mencair. Dia semakin menghargai hal-hal kecil yang terjadi di keluarga kecilnya.

"Gimana bisnis? Lancar?" Adit melirik Ciko, musuh yang tidak di sangka menjadi suami adiknya.

Adit sungguh lega melihat Ciko sungguh-sungguh mencintai adiknya. Membahagiakannya.

"Lancar, lo di sini sampe kapan?"

"3 hari. Gue ajak Thea main ga papa?"

"Bawa aja, dia pasti seneng." Ciko tidak pernah membatasi keluarga jika ingin dekat dengan anaknya.

"Hm, semoga ga ada halangan." Adit beranjak, ingin mendekatkan diri lagi. Thea pasti agak melupakannya.

Thea yang mudah bergaul jelas tidak terlihat takut, dia langsung akrab dengan candaan Adit. Dia terlihat tertawa lucu dengan satu lesung pipi yang dalam.

Ciko sampai tertular. Anaknya itu cantik jelita. Mirip sekali Caca walau mata, hidung mirip dengannya.

Kalau kata Caca. Thea jadi ga sepesek ibunya.

Caca mendekati Ciko, ikut menatap Thea yang sudah kotor sekali. "Astaga! Harus berapa kali sehari ini dia mandi dan ganti pakaian!" gerutu Caca.

Ciko mengulum senyum. Caca kalau sedang ngomel entah kenapa terdengar seperti ibu-ibu.

"Caaaaaa!"

Caca tersentak dan menoleh pada Adhya yang menggendong Alsan Nolan Junior, anak pertamanya yang tidak terlalu jauh usianya dengan Theanya.

"Sini-sini!" sambut Caca.

"Asan!" seru Thea senang sampai berjingkrak.

"Tuh, Thea manggil." Adhya menurunkan anaknya yang langsung mendekati Thea. Keduanya bermain bersama, membuat Adit memilih bergabung dengan para orang tua.

Musuh Seranjang (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang