7. Pagi Kedua

53.5K 1K 7
                                    

"Loh, kok lo kabur," Nolan terbahak pelan melihat Adhya yang turun dari mobil dan lari seperti dikejar orang.

Adhya dan Nolan sebelumnya berdebat di mobil, Adhya tidak mau sekarang, tapi Nolan membujuknya sekarang.

"Lucu banget," gumam Nolan sambil menutup pintu mobil lalu bermain ponsel.

Banyak sekali pesan masuk, dia lewati semua perempuan yang haus perhatiannya lalu berhenti pada pesan Caca.

Caca
Kak Nolan, Adhya tadi tangan kirinya keseleo, pasti ga akan cerita, obatin ya.. Hampir Caca lupa,

Nolan tersenyum tipis. Jadi Adhya hanya percaya Caca? Kelak Nolan akan membuat Adhya sangat terbuka padanya, tak hanya soal tubuhnya.

"Astaga.. Kayaknya malam ini harus libur. Besok pagi aja lagi," kekehnya seraya mengayunkan langkah untuk menyusul Adhya.

Nolan melepas kemeja hingga menyisakan kaos polos hitamnya, melempar asal ke sofa beserta kunci mobil.

"Loh, dikunci?" Nolan terus mengetuk pintu. "Janji, ga akan ngapa-ngapain kalau itunya beneran sakit, serius cuma tidur," lanjutnya.

Pintu pun terbuka dengan Adhya yang berlari dan bersembunyi di selimut.

"Janji ya! Jangan malam ini. Masih sakit." cicit Adhya di akhir.

"Iya bawel!" Nolan mencari salep agar tidak bengkak dan juga pegal. Dia harus segera mengoleskan itu pada tangan Adhya. 

***

Adhya mengerjap, menatap tangannya yang sedang diolesi obat dan dipijat pelan. "L-lo tahu dari mana?" tanyanya agak sewot padahal salah tingkah.

Nolan tersenyum manis. "Caca." jawabnya lalu mengusap kepala Adhya sekilas. "Dah beres, lanjut tidur." perintahnya.

Nolan membereskan semuanya lalu melepas kaos untuk bersiap tidur. Dia akan cuci tangan, dan bersih-bersih.

"Jorok, ga bersih-bersih?" tanya Nolan sebelum masuk kamar mandi.

"Ga, emang jorok! Kenapa mau ceraiin? Gue sih seneng," lalu menjulurkan lidah.

Nolan tidak membalas, dia masuk ke kamar mandi.

Adhya mulai sayup-sayup akan terlelap namun pergerakan disampingnya membuat matanya kembali terbuka.

Nolan mendorong lembut bahu Adhya hingga terlentang lalu menindihkan setengah tubuhnya dengan bibir mulai menyesap manisnya bibir Adhya.

Adhya meremas lengan Nolan dan memukulinya hingga ciuman paksa itu terlepas.

"Gue tahu lo benci gue atau pernikahan ini, tapi jangan jadiin Cerai candaan atau celetukan kayak tadi. Kita ga tahu ke depannya gimana, dan ucapan itu bisa jadi do'a."

Adhya kicep didepan wajah Nolan yang begitu dekat.

"Bibir lo lebih enak dari cewek lain," jujur Nolan sambil menyeka bibir bawah Adhya dengan jempol tangannya.

Adhya sontak mendorong Nolan hingga terlentang di sampingnya.

"Hahaha.. Sekarang tidur, kalau ga mau gue serang!"

Adhya sontak berbalik, menutup dirinya dengan semilut namun melotot saat Nolan memeluknya dari belakang, membelit perutnya.

"Ihhh!" Adhya mulai memukuli Nolan.

Keduanya berakhir saling menyerang dan terbahak puas. Terus saja begitu. Hingga Adhya menyerah karena ngantuk.

Adhya tidak peduli lagi dengan pergerakan Nolan yang memeluknya lagi. Kedua matanya sungguh berat.

***

Adhya menggeliat geli dalam tidurnya. Mencoba menepis hewan di lehernya. Begitu basah dan menjilatnya geli.

Adhya mulai kesal, perasaan dia tidak tidur di rumah. Apa kucingnya itu pindah.

"Ihh!" kesal Adhya lalu membuka matanya.

Nolan dengan rambut acak-acakan, muka bantal dan senyum manisnya menyambut. Begitu tampan, membuat Adhya terpaku beberapa saat.

"Ck! Ganggu, lo jilat-jilat?" Adhya mengusap lehernya sendiri.

"Susah dibangunin sih," Nolan tetap tersenyum, sepertinya memang sudah bawaan dari lahir murah senyum.

Adhya memalingkan wajahnya. "Jam berapa sih ini!" kesalnya lalu menatap jam di nakas.

"Udah jam 8 pagi, ga mau liat usaha suami lo?" Nolan menopang kepala dengan sebelah tangannya.

"Ga, gue butuh uangnya aja!" ketus Adhya sambil diam mencoba mengumpulkan nyawa sepenuhnya.

"Kalau dari jual obat gimana?" Nolan mengusap sesuatu yang mengering di sudut bibir Adhya.

Adhya menepis pelan dan menggantikan jemari Nolan. Astaga! Itu ilernya lalu menatap Nolan yang santai saja.

"Ck! Terserah!"

"Galak amat sih," Nolan mendekat, membelit perut Adhya yang membuatnya urung bangun. "Minta jatah dong, galak amat," Nolan kembali tersenyum manis.

"Ga ngaruh ya! Ga usah senyum-senyum!" cerocos Adhya agak salah tingkah dan juga berusaha menghindar dari jatah.

Apa serius Nolan ingin meminta jatah?

"Pagi kedua boleh lah," Nolan menarik Adhya agar semakin merapat lalu dia tindih tanpa membebaninya.

Adhya menelan ludah lalu tak bisa menghindar lagi. Nolan mulai melumat bibirnya dengan perlahan.

Adhya berdebar menerima itu. Nolan yang begitu lembut. Tidak terlalu buru-buru seolah paham kalau dia belum berpengalaman.

Ciuman Nolan yang lama di mulutnya kini mulai merambat ke rahang, leher Adhya dengan begitu dihayati.

Adhya menggigit bibir bawahnya, dia gengsi jika mendesah. Rasanya dia sama menikmati walau pada nyatanya memang menikmati.

"Shh.. " Adhya kelepasan saat jemari Nolan masuk ke dalam pakaiannya lalu memijat sebelah dadanya lembut.

Adhya menelan ludah merasakan lehernya disasar tak terlewatkan bersamaan dengan buaian jemarinya.

Nafas Adhya kian memberat. Senyum Nolan di leher Adhya terbit. Akhirnya pancingannya berhasil.

Pagi kedua pasti akan sukses. Nolan janji akan pelan-pelan.

“Engh.. Ah..” Adhya meringis, dia masih belum terbiasa. “Gede banget sih!” keluh Adhya seraya meremas lengan Nolan kuat.

“Sstt.. Pelan kok, masih sempit.” Nolan meringis pelan, dia terus berusaha menekan miliknya. “Punya lo cantik, sugar.” pujinya dengan terus menekan pelahan.

Adhya merona dan meringis samar disertai desah halus saat jempol tangan Nolan membelai bulatan kecilnya yang begitu sensitif.

“Biar makin basah,” Nolan tersenyum, terus berusaha sambil mengulum bibir Adhya lalu berhasil.

“Agh!" Adhya memalingkan wajahnya hingga pagutan terlepas.

“Shh.. Rileks,” Nolan mengusap wajah Adhya. “Cengkraman lo astaga, enak banget. Hisap gue ah..” bisiknya dengan mengerang seksi.

“Berhenti ngomong jorok!” Adhya malu, tapi juga meremang. Membuatnya merasa kupu-kupu menggeliat begitu banyak. 

Spesial part pagi pertama dan pagi kedua ada dikaryakarsa bagi yang mau. Makasih :)

Musuh Seranjang (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang