14. Club Panas

38.6K 976 22
                                    

Oh jadi begini dunia malam yang disukai Nolan. Katanya Nolan akan perlahan meninggalkannya, kalau Adhya tidak menyukainya.

Romantis, tapi Adhya bodo amat.

Nolan tersenyum melihat wajah Adhya, mengernyit mungkin karena musik DJ terlalu keras di pendengarannya.

Adhya terlihat bercahaya di bawah lampu remang-remang dengan dandanan dewasa. Terlihat kaku karena pertama kali masuk ke sini.

"Cakep banget," gemas Nolan sambil menggiring Adhya ke ruangan yang selalu dia pesan di tempat ini.

Caca dengan Adit sibuk cekcok, dengan teriak-teriak karena suara musik terlalu kencang. Keduanya mengekori Nolan dengan masih saja debat.

Caca ingin ikutan ke tengah kumpulan manusia saat pertama kali melihatnya seperti seru. Tapi Adit jelas tidak akan mengizinkannya.

"Ha.. Ini enak, ga terlalu sakit," Adhya mengusap kupingnya yang pasti sangat terkejut mendengar semuanya untuk pertama kali.

Nolan tertawa pelan mendengar celetukan Adhya. "Berisik ya? Tapi seru, kita joget nanti mau, sugar?" dia tarik pinggang Adhya hingga duduk di pahanya.

"Kursi luas," Adhya menatapnya sebal.

Adhya malu karena ada Adit dan Caca. Masih tidak bisa terbiasa walau dia dan Nolan sudah menikah.

Nolan mengabaikannya. Dia menatap Adit yang masih saja cekcok. "Kenapa sih, Dit? Dia udah besar kali, lepas aja, pengen ikut joget apa gimana?" kekehnya.

"Engga!" seru Adhya. "Ca! Jangan ceroboh, banyak om-om loh tadi, mau di bungkus?" lanjutnya.

Nolan anteng menatap perubahan ekspresi dan bibir Adhya yang bergerak. Lucu sekali. Ingin dia gigit bibir bawahnya.

"Ga akan, kan bisa nolak," Caca menekuk wajahnya. Sudah Dandan cetar masa harus terus di ketek kakaknya.

Caca ingin punya pacar!

Adit merogoh ponselnya. "Ya, Ra?" sahutnya pada sosok Azura di balik telepon. "Apa? Di jalan mana?" paniknya.

Caca mendelik sebal dengan wajah lucunya tetap ketara.

"Kenapa?" Nolan juga berseru khawatir. Tanpa di jelaskan pasti itu Azura. "Dia kenapa?" ulangnya.

Adhya menatap wajah Nolan, sama persis seperti Adit. Keduanya begitu perhatian.

"Mobil taksinya mogok, jalan sepi katanya. Suruh di jemput ngeyel," kesalnya. "Jangan macem-macem!" Adit memperingati Caca.

"Lan, jagain—"

"Bawa pulang aja, takutnya gue fokus ke Adhya dia ilang di telen om-om," potong Nolan.

"Kita jemput Az—"

"Kakak pergi aja! Caca udah besar!" kesalnya sambil mendorong Adit keluar.

Adit gelisah, di sini ada Nolan. Di sana Azura sendirian. Dengan terpaksa dia pergi tanpa membawa Caca. 

***

Adhya tidak fokus, membiarkan tubuhnya di tindih tubuh Nolan yang babon itu di sofa yang ada di ruangan VVIP.

Banyak minuman yang disuguhkan, Adhya hanya cicip seteguk saking takut mabuk. Nolan sih sudah terbiasa, tidak bereaksi.

Kedua kaki yang berada di setiap sisi pinggang Nolan mulai gelisah saat pahanya Nolan belai lalu masuk ke dalam.

"Caca.. Jangan dulu," Adhya menatap pintu ruangan yang tidak kunjung terbuka. "Katanya ciuman doang, ini udah rebahan!" gelisahnya.

"Main bentar ga boleh, sugar?"

Musuh Seranjang (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang