"Selesai, sugar!" Nolan berlari cepat mendekati Adhya dan memeluknya. "Kan, dia bohong!" serunya bahagia.
Adhya menatap Nolan yang mengurai pelukan, mencium bibirnya namun Adhya hentikan tidak lama.
"Mana buktinya? Bukan di sogok pake uangkan?" tanyanya penuh selidik.
"Astaga, seburuk itu gue di mata lo, hm?" gemas Nolan sambil menggigit sekilas pipi Adhya.
"Mana sini liat buktinya!" Adhya begitu tidak sabaran.
Nolan membuka map coklat itu. Mengeluarkan semuanya. Adhya begitu serius melihat satu persatu.
"Gimana?"
Adhya menatap Nolan lalu tersenyum. Senyum yang sampai membuat Nolan terpana. Senyum yang begitu indah dan tulus.
"Seneng, akhirnya masalah ini selesai cepet." Adhya mendekat, memeluk Nolan lebih dulu. "Jangan bikin masalah lagi, gue kasih kepercayaan sekarang.." bisiknya.
Nolan balas memeluk dan mengangguk. "Gue ga akan rusak kepercayaan lo," janjinya semangat.
Keduanya berciuman, kembali saling memeluk dengan senyum bahagia.
"Udah makan?" Nolan mengurai pelukannya.
"Belum, sayang." Adhya mengulum senyum geli melihat Nolan yang terdiam sejenak lalu berpaling dengan pipi dan telinganya memerah.
Buaya salting lucu juga ya. Ralat! Mantan buaya.
"Cie, sayang merona,"
Nolan mengulum senyum, menggelikan sekali tingkahnya. Rasa senang begitu membuncah. Nolan alihkan.
Dia berjongkok, mulai mengusap perut Adhya yang atasannya Nolan angkat. Perut Adhya sedikit menonjol.
Ada anaknya di sana.
Tatapan Nolan meredup sedih. Semoga ucapan Namira tidak terwujud. Jangan sampai anaknya menanggung karma.
"Gue ga Ceroboh, Namira. Harusnya lo cari yang masuk akal, gue jelas ga akan diem karena sekarang gue udah ada istri."
"Lan, gue ga tahu siapa ayahnya, gu-gue.."
"Gue tahu, gue juga sama buruknya dulu. Gue cuma mau lo berhenti tidur sama siapapun yang lo temuin. Lo terlalu murah, Namira.."
"Setelah lo puas dan lo katain gue murah?"
"Gue cuma mau lo sadar. Otak cowok yang bebas itu isinya cuma selangkangan, dia suka manfaatin cewek kayak lo, gampang di ajak tidur, bukan berarti mereka mau jadiin lo istrinya.. Mau tanggung jawab sama anak yang lo kandung. Hanya cuma buat main aja.. Mereka pasti berpikiran yang sama.. Itu bisa aja bukan anaknya, lokan tidur sama banyak cowok,"
Namira mengepalkan tangannya. "Gue di rusak kaum lo juga! Dan di sini gue yang salah?" amuknya.
"Ck! Gue mau lo berhenti dan sadar. Kalau gini siapa yang susah? Lo! Gugurin dia, sama aja lo nanggung sial, beratkan? Jadi berhenti, besarin dia, ada atau tanpa ayahnya. Lo harus tanggung jawab sekali pun lo harus nanggung malu. Waktu lo tidur sama banyak cowok aja ga malu."
"Lo jahat, lan. Lo ga tolong gue. Gue harap anak lo rasain apa yang gue rasain. Karma itu ada. Lo udah banyak tidurin cewek juga,"
Nolan terdiam. Dia jadi kepikiran, mana sekarang Adhya hamil.
"Gue niat baik, kenapa lo seolah sumpahin anak gue?" kesal Nolan..
"Tanpa ketemu, tanpa gue sumpahin pun gue yakin. Karma pasti ada. Lebih baik lo pergi!"