"Menurut gue sih, jangan ya.."
Adhya menoleh dan mengikuti gerak Nolan yang berdiri di sampingnya yang tengah membereskan semua barang yang dia bawa atau dia beli di sini.
"Jangan berharap sama Adit lagi," ujar Nolan di depan wajah Adhya dengan menyebalkannya. Mulai kumat.
"Ck! Ga jelas," dumel Adhya dan memilih mengabaikannya.
"Adit cuma fokus sama Azura, jangan tutup mata soal itu. Fokus pertama Caca, kedua Azura. Jadi, lo ketiga kalau jadi,"
"Apa sih! So tahu!" Adhya memukuli Nolan yang hanya tertawa dan ndusel padanya dengan menyebalkannya. "Jauh-jauh sana!" kesalnya.
"Adit loyo, kerenan gue.. Percaya deh," Nolan malah kian memepet, membuat Adhya menipiskan bibir saking jengkel.
"Terus? Ga pe.du.li!" Adhya berpaling jutek dan mulai melipat lagi.
"Yang sampe kelojotan, Aghh.. Nolaann"
Adhya sontak menoleh tajam. Emang hanya ingin usil saja dia, Adhya yakin. Nolan ingin membuatnya marah.
"Canda," Nolan mencolek puncak dada Adhya dari luar pakaiannya. "Apa sih natapnya gitu amat," godanya.
Memang ingin ditinju.
"ADUH!" pekik Nolan yang gagal menangkis tinjuan Adhya di perutnya, tidak terlalu kuat memang tapi lumayan lah.
"Lo beresin sendiri sana!" Adhya merajuk, dia tidak mau melanjutkannya. Dia BETE!
"Ga bisa, sugar." Nolan membelit perut Adhya lalu menggendongnya agar kembali ke tempat. "Lanjut, gue makan duluan."
"Nah, gitu dong," gumamnya.
Nolan tersenyum, menggigit pelan pipi Adhya lalu berlari kabur.
***
"E-engga," Adhya menggeleng, menatap Nolan agak salah tingkah. Dia duduk di pangkuan Nolan setelah selesai bercinta untuk yang terakhir kalinya. "Gue ga suka kak Adit," lanjutnya dengan agak gugup.
Nolan tahu itu kebohongan. Dia bersandar santai pada sofa dengan menatap Adhya di pangkuannya polosan.
Adhya memeluk dadanya agak malu. "Ga usah bahas kak Adit, mau suka atau engga emang bisa sama-sama? Kak Adit terlalu baik buat jadi pembinor," sambungnya begitu penuh bela.
"Kan, suka berarti!" tunjuk Nolan sambil tertawa puas lalu meremas sisi pinggul Adhya gemas dan mengusap pahanya.
"Ih! Ga gitu! Ck! Nyebelin! Beres bercinta pasti nyebelinnya kumat lagi!" celoteh Adhya dengan begitu kesal.
"Yaudah, ga mau nyebelin caranya bercinta lagi," Nolan menggerakan miliknya lagi yang memang masih tertancap dalam kehangatan itu.
"A-Apa? Hh.." Adhya meremas bahu Nolan, apa sungguh akan melakukannya lagi?
"Bentar kok, sugar. Rileks," Nolan merebahkan Adhya di sofa. Dia sasar tubuh atasnya dengan terus menumbuknya.
Adhya merem melek dalam desahnya yang panjang tak berjeda.
"Sugar,"
"Kenapa manggilnya gula mulu sih, Ogh.." Adhya mengernyit gelisah, meremas punggung Nolan dan mencakarnya, untung tidak ada kuku.
"Karena manis, segalanya manis, shhh.. Enaknya, sugar," bisik Nolan menggeram rendah tepat di samping telinga Adhya.
"Pelan," rintih Adhya saat Nolan terlalu liar.
Nolan menurutinya, mengangkat wajah lalu mengulum bibir Adhya yang selalu manis. Tidak salah dia menamainya sugar.
Adhya bergetar. Nolan berhenti sejenak, mengangkat Adhya menjadi duduk di pangkuannya. Mereka kembali bergerak pelan.