Adhya tersenyum bahagia. Setidaknya untuk saat ini Caca tidak sendirian. Adhya juga melihat ketulusan di kedua mata Ciko.
Dia tengah diperjalanan, pulang dari pernikahan Caca yang sederhana sesuai permintaan Caca.
Untuk resepsi akan dilakukan setelah lahiran atau anaknya cukup besar nanti.
"Seneng, sugar?" Nolan tersenyum melihat mood Adhya. Bahkan sesekali bersenandung.
"Hm, Caca berhak bahagia. Semoga kak Ciko tulus," jawabnya sambil meraih jemari Nolan dan memainkannya.
Nolan menyetir dengan sebelah tangan, begitu ahli dan keren. Nolan balik genggam jemari Adhya dan mengusapnya.
Semakin hari rasanya semakin lengket. Pacaran setelah menikah ternyata tidak buruk. Nolan sangat menikmati dan menyukainya.
"Mau lanjut jalan aja?" Nolan melirik Adhya sekilas.
Adhya terdiam sejenak lalu mengangguk. "Mau, belanja yuk? Liat peralatan bayi," ajaknya.
"Oke, kita belanja!" Nolan mengecup punggung tangan Adhya yang masih dia genggam erat jemarinya.
"Asyik, makasih papa sayang.."
"Iya, mama.."
"Ihhh geli banget ya," Adhya geli sendiri tapi suka, dia berdebar dibuatnya.
"Ga." balas Nolan sambil mengecup lagi punggung tangannya.
"Merinding, tapi lucu kamu di panggil papa. Btw, sejak kapan kita aku-kamu?" Adhya baru sadar soal itu.
***
Adhya menatap Nolan yang berjongkok membenarkan tali sepatunya, lalu memasangkan topi.
"Lagi terik, pake dulu. Kita jalan dikit ke depan, di sana ada toko peralatan bayi lengkap, abis itu kita ke mall.."
Adhya mengulum senyum. Masih duduk di jok, menyamping menghadap keluar, sedangkan Nolan berjongkok.
"Kok tahu?"
"Aku selalu cari tahu tentang anak, biar ke depannya aku kayak bisa diandalkan," ujar Nolan sombong lalu terkekeh.
Adhya menghangat. Mantan buaya di depannya sepertinya sungguh-sungguh dan sudah sangat siap memiliki anak.
"Kamu pasti nanti jadi papa keren," puji Adhya.
Nolan mengulum senyum geli, tumben Adhya memujinya. Tapi, makasih. Dia sangat senang mendengarnya.
"Kamu juga, mama." Nolan mengecup punggung tangan Adhya lalu berdiri. "Saatnya keluar princess," lalu tersenyum.
Adhya tersipu.
Keduanya berjalan saling bersisian, jemari bertaut saling menuntun ke tujuan yang sama. Keduanya seperti pasangan yang tengah jatuh cinta. Sepertinya memang begitu.
Adhya mulai menerima, mulai sering menatap Nolan dengan penuh ketertarikan. Apalagi Nolan.
"Mana? Masih jauh?"
"Dikit lagi."
Keduanya berjalan tanpa bersuara lagi. Hingga toko besar pun mulai terlihat.
"Itu?"
"Hm, besarkan? Kayaknya sih lengkap," Nolan agak tidak yakin namun melihat betapa besar sepertinya memang cukup lengkap.
"Ihh.. Bagus-bagus," Adhya tidak sabar untuk segera masuk.
Nolan melepaskan genggaman tangannya, membiarkan Adhya memilih sesuka hati. Nolan pun mulai ikut melihat-lihat.
Bak mandi bayi, peralatan lainnya sedangkan Adhya langsung melipir ke bagian pakaian. Jantung keduanya sama berdebar tidak sabar.