22. Terungkap Dan Pertengkaran

23K 926 21
                                    

"Gimana ini? Caca kabur atau harus berterima kasih? Aduh," gumam Caca gelisah, masih duduk di atas kasur serba hitam itu.

Pantas aura bossnya itu gelap. Ternyata kamarnya pun sama gelap. Hanya tertolong lampu.

Caca menoleh untuk melihat Ciko sudah bangun atau belum. Tubuh Caca sontak membeku.

Ciko tengah menatapnya. Sejak kapan? Caca menelan ludah. Dia bergegas turun lalu berdiri di samping ranjang beriringan dengan Ciko yang kini duduk di atas kasurnya.

Mempertotonkan otot perut dan lengannya. Caca kembali menelan ludah sambil merapihkan setelan kerja yang kemarin dia pakai.

"Ma-Ma...." Caca berhenti. Dia harus mengucapkan maaf dulu ya? Astaga! Panik..

"Maaf, pak." Caca menunduk merasa bersalah. Sebenarnya apa yang terjadi. Apa semalam dia terlalu pulas sampai Ciko kesulitan karena pegawainya kebo.

Ciko hanya menatapnya lurus, tak terbaca. Lagi-lagi Caca menelan ludah.

"A-Anu, Ca-saya kenapa bisa di sini? Maaf karena me-merepotkan mereka bapak," bodo amatlah, rasanya Caca tidak bisa berpikir sampai apa yang keluar dari mulutnya tidak jelas.

Ciko tetap diam menatap.

Astaga Caca geram, mana gugup. "Bapak kenapa diam? Caca jadinya itu, apa.." Ha.. Sudahlah, tamat riwayatnya.

Dia akan dipecatkah? Kakaknya jika tahu semakin tamat riwayatnya.

"Saatnya berangkat kerja." Ciko menyingkirkan selimut dan turun dari kasur.

Caca menganga, dia tidur dengan bossnya dengan keadaan bossnya hanya memakai celana dalam saja? Liat yang menonjol itu..

Caca segera membalik tubuhnya dengan syok, berdebar dan wajahnya sangat panas.

"Kenapa bapak tidak tidurkan Ca-saya di sofa? Di teras juga ga masalah!" Caca berseru saking syok dengan penampilan Ciko.

Gawat jika ada yang lihat. Mereka akan langsung berpikiran buruk.

"Hm, Lain kali gitu."

Apa lain kali?

"Sa-sa-saya pamit," Caca pergi begitu saja saat lihat jam di dinding. Bisa terlambat dia.

Ciko tidak menahan lalu melirik tas Caca. Dia hanya mendial nomor sopir untuk memaksa Caca diantarkan, jika gagal dia yang akan dipecat. 

***

"Caca tumben banget," Adhya mondar-mandir. "Apa ga ada taksi? Rasanya ga mungkin," gumamnya.

Caca juga tidak kunjung mengangkat teleponnya. Apa dia baik-baik saja? Membuatnya panik.

"Makasih, pak.." Caca turun dari mobil yang tak asing namun Adhya belum ingat mobil siapa itu.

"Loh Ca, ga ganti—"

"Sttt.. Sini, ceritain di tempat sepi." potong Caca lalu menyeret Adhya.

Caca begitu bawel, Adhya mendengarkannya dengan serius dan terkaget-kaget.

"Kita dalam bahaya, Ca. Apa nanti ada bukti kalian tidur sampai ke kak Adit?" panik Adhya.

Keduanya sungguh memiliki jiwa-jiwa drama.

"Bisa jadi!" balas Caca dengan begitu serius mengabaikan penampilannya yang acak-acakan.

"Lipstik, Ca! Kenapa bisa begini, apa pak Ciko cium lo?" bisik Adhya yang membuat keduanya menegang.

"Apa?" lirih Caca sambil menyentuh bibirnya.

"Terus kandungan, ga papa? Apa dia lakuin sesuatu sampai rasanya di bawah basah?" Adhya terlihat serius.

Musuh Seranjang (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang