Historical Fiction #4
By: Alwaysje
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
[Tamat]
Lerajee tidak pernah meminta untuk dilahirkan sebagai setengah pribumi.
Ketika semua orang hanya memandangnya sebagai anak iblis sebab namanya yang disematkan oleh...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Anabertha selalu memiliki kepribadian yang luar biasa di mata semua orang berkat didikan orangtuanya. Bahkan di hadapan sang ayah, Bertha masih menunjukkan rasa hormat, sekalipun ini adalah akhir dari pengabdiannya sebagai seorang anak.
Ya, tidak ada yang salah. Selain Bertha meminta untuk sang ayah mengabulkan keinginan Victor agar bisa terbebas dari pertunangan yang menjeratnya. Bertha akan menyerah pada perasaannya. Seorang Thomas D'Aureville tidak mungkin mentolerir sikap putrinya. Entah bagaimana keluarga itu berhasil mempengaruhi putri bungsunya, tapi bagi Thomas, janji tetaplah sebuah janji.
Sayangnya, Bertha mempelajari sifat kuat bertarung itu dari sang ayah secara langsung. Jika melepaskan Victor Roell adalah keputusan yang sangat besar dengan segala resiko yang ada, maka Bertha akan melakukannya. Termasuk pergi meninggalkan Hindia Belanda bersama keluarga saudara laki-lakinya. Menjalankan bisnis yang ada di Netherlands, serta meninggalkan semua yang ada di Hindia Belanda.
Ini berat. Thomas murka dan tidak memberi pilihan apapun pada Kile. Janji itu harus Kile tepati.
"Nona tidak bisa menghentikan perjodohan ini begitu saja," protes Kile dengan nada suara rendahnya. Sedangkan Bertha tidak merasa semua yang dilakukannya adalah salah, terlebih jika orang-orang dewasa itu merasa ini adalah tindakan jahat, tapi hatinya berkata lain.
"Jangan menyembah kakinya, meneer. Dia bukan tuhan dan kalian sama-sama manusia. Anda bisa membunuhnya dengan senapan jika anda mau terbebas. Mudah, saya juga muak dengan sikap papa saya." jawaban Bertha tentu membuat Kile terdiam dengan rasa terkejut. Selama ia mengenal Bertha, gadis itu tidak pernah membangkang. Bertha selalu menjadi gadis yang baik.
"Jika meneer beranggapan dengan mengorbankan Victor demi menyelamatkan Lerajee adalah pilihan yang tepat, maka meneer salah. Kedepannya, saya maupun Victor hanya akan saling menyakiti satu sama lain. Victor akan tersiksa hidup bersama saya dan tidak bisa menemukan wanita yang dicintainya, sementara saya hanya akan tersakiti dengan harapan saya sendiri." Bertha menunduk dalam. Tidak ingin menangis, tapi air matanya jatuh begitu saja tanpa permisi. Gadis itu kembali menatap wajah pria di hadapannya saat ini. Sosok yang tidak kalah hebatnya dengan Thomas D'aureville. Meskipun Thomas berjasa dengan memberikan sejumlah hartanya untuk modal Kile Roell membuat peruntungannya di Hindia Belanda. Tetapi faktanya, Kile telah melunasi segala bentuk hutang material kepada Thomas, selain hutang budi.
Hutang budi tidak akan bisa dibayar dengan apapun.
Ketika Bertha mulai berjalan meninggalkan Kile, pria itu kembali bersuara. "Haruskah saya egois?"
Bertha berbalik, lantas mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Kile. "Terkadang manusia bersikap egois untuk bertahan hidup."
>>>>>
Di suatu masa, ketika mereka kehilangan banyak hal akibat kekejian yang melanda. Banyak dari mereka saling bersimpati sekalipun hidup mereka tak jauh menyedihkan dari yang lainnya. Mereka hanya mampu saling memeluk, saling menenangkan dengan sesuatu yang dapat mereka ibaratkan seperti bualan semata. Para gadis, pada pemuda, para pria tua dan wanita tua. Tidak satupun dari mereka yang berani mendambakan kemerdekaan.