Dit is Nederlands-Indië [END]

300 23 2
                                        

Bab Terakhir, tolong diramaikan yaa sebagai salam perpisahanSelamat membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab Terakhir, tolong diramaikan yaa sebagai salam perpisahan
Selamat membaca

>>>>>

Perjalanan manusia bisa dikatakan panjang bisa pula tidak.

Rasa-rasanya masih banyak hal yang tidak bisa disamaratakan. Terutama kehidupan dan tidak mungkin semua akan berjalan seperti apa yang ada dalam bayangan. Bertahun-tahun setelah kejadian itu, masih banyak hal tak terduga yang terjadi. Masih ada banyak permasalahan-permasalahan yang pada akhirnya menunggu untuk dituntaskan.

Politik Hindia-Belanda mulai membaik dan lebih bisa diterima oleh masyarakat dan dirasakan dampaknya. Walau diskriminasi masih tetap mendominasi. 

Pengakuan Kile nyatanya tidak menjamin Lerajee juga akan diperlakukan lebih baik di masyarakat. Tidak ada lagi yang secara terang-terangan meneriakinya sebagai Roell palsu atau gadis pungut Roell. Tapi tidak dengan bagaimana mereka menatap seorang dengan darah pribumi, bergabung dalam lingkungan mereka.

Nyatanya, Lerajee tidak bisa tetap menyunggingkan senyum percaya dirinya.

Ini bukan idenya. Minum teh, di bawah terik matahari. Hiburannya terganggu karena interupsi para nona dan nyonya Eropa yang bersantai menikmati secangkir teh. Anabertha tampak biasa saja saat candaan-candaan mereka lempar, tapi sarat akan cemoohan. Niat sekali, bahkan sampai membayar teh juga beberapa dessert yang mereka pesan untuk menahan Lerajee dan Anabertha.

Anabertha pun juga menjadi sasaran bully mereka. Tanpa tahu malu. Sampai Lerajee meletakkan cangkirnya dengan kasar karena muak.

Sedetik kemudian air dalam cangkirnya sidah berpindah ke wajah seorang nyonya yang sedari tadi merendahkan mereka. Hanya karena Rumah Nyonya adalah bisnis ibu mereka. Menyebut, tidak mungkin pemilik bisnis tidak merasakan atau sekedar mencicipi produk bisnisnya. Sial, mereka berpikiran jika Lerajee dan Anabertha sama seperti pelac*r.

"Dasar inlander! Kau--"

"Katakan sekali lagi?" Lerajee lantas mengangkat dagunya. "Lebih malu lagi karena hidup setelah berusaha menjilat kaki orang lain."

"Coba sadar nyonya." Melihat raut shock orang-orang disana membuat Anabertha bisa tersenyum puas. "Jangan pernah merasa tinggi karena menjadi pencuri."

Anabertha menghela nafas meletakkan cangkir tehnya setelah melihat pemandangan menarik. Tidak beranjak sekalipun Lerajee sudah lebih dulu pergi karena kesal. "Tidak ada manusia yang mau berbicara dengan monyet, kalau merasa derajat anda sebagai manusia lebih tinggi dari monyet."

>>>>>

Berteman bukan berarti mereka saling mengalah soal perasaan mereka yang masih tertuju pada gadis yang sama.

Ellan Matthias van Bern masih dengan caranya, membeli semua lukisan yang Lerajee buat. Dulu, ia akan mewarnai kelopak bunga yang selalu dilukis putih agar lukisan itu tidak lagi hampa. Sekarang, setelah sekian lama, lukisan bunga itu kembali, namun lebih bervariasi. Ellan memastikan pada pemilik toko itu jika yang menjualnya adalah gadis yang sama. Matanya berbinar, bangga dan terharu. Lukisan itu lebih hidup, ia melukis beberapa jenis bunga dalam vas berwarna putih porselen. Tidak bisa menyembunyikan senyum saat lukisan itu sudah berada di tangannya.

LerajeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang