Ex-Chap -- Mijn Familie

76 7 10
                                        

"Mijn dochter, mijn familie"--Kile>

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mijn dochter, mijn familie"--Kile
>

>>>>

Dulunya, Kile tidak memiliki pendidikan dan pola pikir yang matang hingga memutuskan menikah di usianya yang masih sangat belia. Ia berpikir, ketika ayahnya mampu bekerja sebagai penebang kayu bakar saja mampu menghidupi keluarganya dan menyekolahkannya, maka Kile juga mungkin saja bisa. Mengadu nasib ke Maastricht kemudian hidup dengan mengandalkan lapangan pekerjaan disana.

Kile jatuh cinta pada lembaran-lembaran berita di surat kabar. Ia baca, ia pelajari dan ia tanyai pria-pria berjas yang biasa duduk memesan anggur di kedai ujung gang. Mereka ramah, meski terkadang memandang remeh. Untuk apa seorang kurir kopi pelabuhan dan pengantar pos seperti Kile tertarik membaca berita di surat kabar. Bahkan ia mulai penasaran pada berita-berita yang dimuat pada Haagsche Courant yang sering memberitakan tentang sebuah negara bernama Hindia-Belanda. Terlebih, kopi-kopi yang biasa ia antarkan juga berasal dari tanah antah berantah itu.

"Hei anak muda! Siapa namamu?" Suatu hari, pemilik gudang kopi impor tempat Kile bekerja memanggilnya. Selama ini mengamati, mengapa anak yang selalu rajin bekerja, kini selalu buru-buru ingin kembali ke rumah. Bukannya ia selama ini bekerja keras demi tambahan sen agar bisa menghidupi istrinya yang tengah hamil tua dan mungkin saja anaknya telah lahir sekarang.

"Kile Roell, meneer."

"Kenapa buru-buru sekali?"

Kile Roell menunduk sedikit gelisah. Bahkan ia telah absen selama satu minggu kemarin, mungkin saja, tuannya itu akan memecatnya, seperti yang kantor pos lakukan. Kile akan menerimanya, namun setelahnya apa? Ia harus tetap menghidupi bayinya yang ditinggalkan istri sialannya itu.

"Bayi saya sendirian, meneer. Maaf."

Sang tuan mengernyitkan dahi. "Anak? Kemana istrimu?"

"Kabur, mencari suami yang lebih kaya dari saya. Muak hidup miskin dan meninggalkan bayinya."

Orang disamping tuannya menghela nafas seperti bisa merasakan pahitnya hidup Kile. Ia kemudian menepuk pundak pemuda itu. "Dimana rumahmu?"

"Wyck, meneer."

"Wick? Kau bukan orang asli Maastricht? Dialekmu sedikit berbeda." Kile menggeleng.

"Saya dari Limburg, meneer."

Sang tuan mengangguk saja, masih mencecar dengan beberapa pertanyaan. "Sekolah?"

"Openbare Scholen."

"Oh, keluargamu miskin." 

Sang tuan kemudian mengeluarkan sebuah kertas dan pena dari saku jasnya. Ia tuliskan alamat rumahnya yang ada di Weert. Katanya, ia memiliki penawaran untuk Kile dan kesempatan yang ia berikan hanya satu kali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LerajeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang