Historical Fiction #4
By: Alwaysje
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
[Tamat]
Lerajee tidak pernah meminta untuk dilahirkan sebagai setengah pribumi.
Ketika semua orang hanya memandangnya sebagai anak iblis sebab namanya yang disematkan oleh...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Jangan berbicara apapun, meneer." Koespatni tampak tenang sekalipun mereka telah tertangkap dan gagal melarikan diri. Seperti yang diucapkan seorang centeng padanya sebelum Kile dibawa ke tempat ini.
Kile bungkam, sementara Koespatni mengakui semua tindak yang ia lakukan selama hidup sebagai gundik seorang Kile Roell. Diam-diam mempelajari bahasa Belanda dan cara menulis sudah ia lakukan semenjak kecil. Ia hidup di lingkungan, dimana seorang anak gadis hanya bisa menerima takdirnya bukan menentukan. Seperti yang dilakukan kedua orangtuanya. Kile memintanya menjadi seorang gundik dengan balas harta dan tanah yang Kile Roell janjikan. Tapi semua uang itu Kile dapatkan dari bekerja dengan Thomas.
Secara instan seorang Kile Roell mendapatkan kekayaannya. Tapi Kile berhasil mengembalikan uang itu agar ia terhindar dari jerat Thomas.
Koespatni mendengar banyak cerita dari gundik yang menjadi korban para kompeni itu. Mereka berakhir mengenaskan dan dimanfaatkan. Para kompeni yang mengambil keuntungan sedangkan gundik-gundiknya harus sengsara terabaikan. Berharap apa ia mereka? cinta? sedangkan hidup mereka saja tidak lebih berharga dari uang ratusan gulden yang mereka tawarkan.
Kemudian Koespatni diam-diam menyalin semua surat dan pembukuan yang Kile lakukan selama bekerja bersama Thomas D'Aureville. Semua kejahatannya, suap dan korupsi yang dilakukannya. Kile juga tidak selamanya bersih. Ia memang tidak melakukan atau menerima suap. Kile hanya berhutang budi. Yang ia lakukan untuk membayar semua hutangnya adalah menutupi kejahatan yang Thomas lakukan.
Koespatni tidak mengakui semuanya. Koespatni hanya mengatakan bahwa ia diam-diam belajar membaca, menulis dan berbahasa Belanda untuk bisa menjalin kerjasama dengan Patricia. Untuk membalaskan apa yang sudah orang-orang itu lakukan padanya dan pada teman-temannya. Koespatni ingin memberikan rasa sakit pada Kile sebagaimana ia merasakannya dulu saat dijual oleh orang tuanya. Terlebih saat ia mengenal dunia yang jauh lebih gelap dari kehidupan pergundikan.
Saat melihat wanita yang terbuang dan tidak lagi dianggap hidup oleh sang tuan. Mereka memilih untuk tidak kembali dan hidup dalam sebuah gang sempit. Melayani satu persatu pria yang datang untuk merasakan kenikmatan malam. Mereka sudah tidak lagi memikirkan kehormatan, karena semenjak ia tersentuh oleh tangan orang-orang itu, kehormatan mereka telah hilang. Dirampas secara paksa dan tempat mana lagi yang bisa mereka jadikan untuk pulang selain gedung yang dibuka oleh Patricia.
Wanita Eropa itu memberikan kenyamanan, perlindungan dan rumah untuk mereka bisa pulang. Patricia tidak meminta balas apapun selain mereka membantunya untuk menjatuhkan Thomas-- suaminya sendiri.
Cerita yang Patricia bagikan begitu menyayat hati mereka. Alih-alih merasakan kehidupan mewah sebagai istri dari seorang yang berpengaruh seperti Thomas, Patricia justru tersiksa.
Itulah yang membuat mereka merasa Patricia juga sama korban, sekalipun ia adalah orang Eropa. Darah keturunan tidak menjamin seseorang akan memperlakukanmu dengan baik. Semua berasal dari pola pikir.