36 • Vond Ze

164 18 0
                                        

Part ini akan lebih panjang dari biasanya dan selamat membacaaa!Komen kalau butuh double up

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Part ini akan lebih panjang dari biasanya dan selamat membacaaa!
Komen kalau butuh double up...

>>>>>


Sadar setelah kehilangan kesadaran. Kile melihat balutan kain batik dan kaki telanjang yang penuh dengan luka goresan serta tanah. Pria itu mengangkat kepalanya, tubuhnya menegang akan pemandangan menyedihkan di depannya.

Matanya terasa berkunang, namun mencoba untuk bertahan. Tangan ringkih itu diikat menggantung pada dinding, tubuhnya dibiarkan terduduk lemas dan rambut panjang yang selalu tersanggul itu terurai kusut. Pakaiannya sedikit basah dengan lebam di sekitar wajahnya. Kile berjalan tertatih mendekat pada tubuh itu. Matanya memerah, merasakan panas dan bulir mulai mendesak. Bibirnya tidak kuasa menjawab.

Apa yang tidak ia ketahui beberapa saat lalu hingga wanita itu berakhir begitu mengenaskan disini.

"Koespatni, hoor je me?-- kau dengar aku?" Bisiknya tepat di dekat wajah wanita itu. Sembari jemarinya menelusuri setiap inchi rupa yang terpejam. Kepalanya yang memang terasa berat dengan beban yang ia pendam, kini semakin berat hingga ia menjatuhkannya tepat pada bahu wanita itu. "Waarom ben je hier? Je verpest mijn plan-- kenapa kau ada disini? kau merusak rencanaku."

Dalam keheningan itu, suara lirih Kile benar-benar terdengar nyata. Ia tidak ingin beranggapan bahwa itu hanyalah mimpi. Ia ingin memastikan bahwa benar Kile ada bersamanya. Perlahan ia membuka mata walau terasa berat dan ingin kembali berkelana pada alam bawah sadarnya menikmati setiap rasa sakit yang ada pada tubuhnya. Koespatni melihat Kile yang berantakan, jauh dari Kile yang selama ini ia kenal.

"Meneer juga merusak rencana saya," bisiknya. Membuat Kile menengadah.

"Kau--"

"Kita hampir selesai, hampir. Andai meneer tidak membakar gedung itu, tidak membuat pengakuan palsu di pengadilan. Kita hampir menyelesaikan semuanya," ucapnya masih dengan suara yang sangat pelan dan terkesan lemah.

Kile tidak mengerti. Ia tidak akan bertanya untuk sekarang. Dengan tenaganya yang perlahan terkumpul kembali, Kile berdiri dan mencari cara untuk keluar. Setiap bagiannya terkunci dari luar. Koespatni tidak bisa berbuat apapun. Tangannya yang terikat terasa seperti hampir patah. Mereka dalam keadaan yang amat sangat mengenaskan.

Mereka kembali saling terdiam. Kile duduk pada tempatnya semula, berhadapan secara langsung dengan Koespatni. Lantas ia duduk dengan salah satu tangannya yang bertumpu pada lutut. Tidak ada rencana yang terlintas seketika di kepalanya saat mengetahui Koespatni justru ada bersamanya. Orang yang seharusnya ia lindungi, justru terluka disini, di hadapannya.

Harapan Kile hanya pada Victor dan Lerajee.

"Apa meneer melibatkan noni dan Victor?"

Kile mendesah. "Aku sudah menitipkan noni pada Victor dan Karel."

LerajeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang