Historical Fiction #4
By: Alwaysje
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
[Tamat]
Lerajee tidak pernah meminta untuk dilahirkan sebagai setengah pribumi.
Ketika semua orang hanya memandangnya sebagai anak iblis sebab namanya yang disematkan oleh...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kile bisa merasakan beban tubuh seseorang begitu ia keluar sampai di villa tempat semua orang singgah selama di karesinan. Aroma segar kenanga membuat perasaannya mendadak menjadi tenang. Kile yang beberapa saat lalu tampak bringas setelah menghajar seorang pegawai di landraad itu seketika kembali menjadi Kile yang tenang dan berwibawa.
"Ik mis jee," ungkap gadis dalam pelukannya.
"Kita baru bertemu beberapa hari yang lalu."
Lerajee mencebik, adalah satu hal yang nyaris tidak pernah ia tunjukkan pada Kile, membuat pria itu tertegun sejenak. "Situasinya berbeda," jawab Lerajee dengan kembali mengeratkan pelukannya. Tentu saja situasi saat itu berbeda dan tidak bisa disebut sebagai perjumpaan yang wajah.
Di tengah pelukannya, Kile menatap pada Victor yang hanya diam berdiri. Ia melambai pada Victor.
"Kom hier, Papa mist je ook." Mendengarnya Victor tersenyum, lantas menghambur memeluk Kile dan Lerajee. Di tengah tangisnya, Lerajee tertawa saat Victor bergabung dengannya. Ah, ini happy ending? masih belum.
Masih ada yang harus mengganjal hati mereka.
>>>>>
Lerajee sudah bertekad akan membenci Victor jika yang terjadi malam itu adalah sebuah kesengajaan dan bentuk pengkhianatan.
Victor dan Lerajee adalah penembak handal. Lerajee tahu titik mana yang Victor tuju dengan revolvernya bukan tubuh Kile, melainkan tubuh orang yang berdiri di belakang Kile. Mungkin di dari arah pandang Kile, tembakan itu memang seperti tertuju pada tubuhnya. Namun Lerajee tahu pasti sasaran Victor bukanlah ayah mereka. Victor tidak berniat menjadi pembunuh dan berakhir dibenci oleh semua orang.
Lerajee menahan nafas saat tembakan itu dilesatkan, kemudian bersahutan dengan suara Galuh yang spontan meminta kita merunduk dan saat itu ada tembakan lain dari Victor yang meleset dari perkiraan seharusnya. Lerajee bisa melihat arah lesatan dari peluru itu kemudian hendak berteriak, walau pada akhirnya ia hanya bisa bersuara lirih ketika tembakan itu telah melukai seseorang di hadapannya.
Situasi benar-benar menegangkan dalam beberapa detik. Hal yang tidak orang ketahui, kenapa Galuh justru menembak Thomas malam itu adalah karena diam-diam Thomas juga mengarahkan tembakan lurus ke kepala Kile. Ketika ia tidak bisa menghabisi semua orang yang ada disana, ketika Thomas mulai terdesak, Kile adalah sasaran paling empuk untuk dibunuh. Sebab jika ia menghabisi salah satu anggota keluarganya, justru akan semakin memantik dendam Kile dan membangunkan iblis yang selama ini bersemayam. Kebengisan gundik dan anak-anak saja sudah semengerikan ini, bagaimana dengan Kile?
Karena itu, sasarannya adalah Kile, lurus di kepala yang seketika akan membuatnya tewas.
Galuh membaca pergerakan itu. Semua orang tidak tahu ada berapa suara tembakan dan dari arah mana saja. Galuh bukan hanya melempar satu tembakan, tapi dua sekaligus sama seperti Victor. Hanya saja, tembakan Galuh beruntun dengan jarak tembakan kurang dari satu detik, membuat suaranya tersamar oleh suara tembakan Victor.